36. Get Along With...

10.9K 509 12
                                    

Bryan duduk dalam diam di pesawat itu. Ibunya sudah beranjak ke kamar di pesawat itu untuk tidur siang. Bryan sendiri tidak bisa terlelap meski nyatanya dia baru tidur selama dua jam kemarin malam. Bryan berdiri dan menuju ke pantry. Dia membuka lemari dan mengambil obat tidur yang tersimpan di dalam kotak obat. Dia meminum beberapa butir obat itu.

"Lima dan akan terus bertambah..." gumam Bryan.

Bryan kembali dan menemukan ayahnya sudah terduduk di sofa yang ada di sebelahnya. Padahal, tadi ayahnya masih berada di kamar dengan sang ibu. Bryan duduk di sebelah ayahnya dan memejamkan matanya. Efek obat tidur itu memang cukup cepat. Bryan terlelap dengan cepat di kursinya.

"Maaf, Ryan." Gumam Dario.

Dario melihat putranya meminum obat tidur di pantry tadi. Dia cukup terkejut saat melihat jumlah obat tidur yang di konsumsi putranya. Dario benar-benar merasakan penyesalan kembali setelah sebelumnya dia terpuruk dalam penyesalan saat putranya terbaring koma di Qeunzia. Dario menatap keluar jendela, dia terus merutuki kesalahannya pada Bryan.

"Engghh..."

Dario menoleh kembali ke arah Bryan saat mendengar lenguhan kecil dari bibir putranya. Dia melihat kening Bryan berkerut dan beberapa bulir keringat mulai turun dari dahinya.

"No! Jessie... come back!" Ujar Bryan.

Dario semakin merasa bersalah saat melihat Bryan mengigau dengan begitu lirih. Dario sendiri memahami bagaimana perasaan putranya saat ini. Dia pernah mengalaminya dulu, saat Caroline pergi bersama dengan Bryan di dalam kandungannya.

"No, Jessie..." igau Bryan lagi.

Dario merangkul bahu Bryan dan menarik putranya mendekat. Dia meletakan dagunya di puncak kepala Bryan sementara, tangannya dia gunakan untuk mengusap bahu putranya dengan perlahan.

"Shussh... tenanglah Bryan. Itu hanya mimpi buruk. Hanya mimpi buruk..." bisik Dario pada putranya.

Dario mengeratkan pelukannya saat dia mendengar isakan kecil dari bibir Bryan. Dia memejamkan matanya sekilas dan menahan rasa sakit yang menghujam hatinya saat melihat putranya terpuruk seperti ini.

"It's okey Bryan... everythings gonna be okey.." ujar Dario lagi.

Berdiam dalam posisi itu selama beberapa waktu dan akhirnya Dario sendiri jatuh terlelap sambil memeluk putranya. Bryan merasakan deru napas seseorang di puncak kepalanya. Dia membuka matanya dan mengerjapkannya beberapa kali sebelum dia sadar dia sedang berada dalam pelukan ayahnya.

'Jam empat.' Batin Bryan saat melihat arloji di tangannya.

Bryan cukup terkejut saat melihat arlojinya. Ini adalah kali pertama Bryan terlelap cukup lama setelah Jessica meninggalkan dia dan menghilang entah kemana. Bryan yang biasa tidur satu sampai tiga jam sehari dengan bantuan obat tidur, kini bisa terlelap selama tujuh jam. Bryan mengakui memang keberadaan kedua orangtuanya cukup ampuh untuk sedikit menenangkannya.

"Sudah bangun jagoan?" Bryan sedikit kaget saat mendengar suara yang agak serak itu.

Tak ayal Bryan mengangguk kecil. Bryan kira ayahnya akan segera melepaskan pelukannya pada Bryan. Ternyata dugaannya salah. Ayahnya tidak melepaskan pelukan itu malah mengeratkannya.

"I'm sorry..."

Bryan kembali terkejut saat mendengar suara yang sarat akan penyesalan itu. Bryan pernah mendengar ayahnya berucap dengan suara seperti ini dan itu saat dia koma beberapa waktu lalu, juga saat dia baru saja sembuh.

"Aku benar-benar ayah yang buruk, kan? Menjaga kebahagiaanmu saja aku tidak bisa. Hanya hal yang simpel seperti itu saja aku masih tidak bisa melakukannya..." ucap Dario pada Bryan.

[KDS #3] Ma Belle CibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang