Ruth mengambil tas pinknya dan menuruni tangga dengan tegesa-gesa,lalu memakai jaketnya.Ia melihat bunda sedang duduk di meja makan dengan memegang kipas kesayangannya.
Tak ada ayah di sana,biasanya ayah selalu menemani bunda duduk dan saat Ruth akan bepergian,ayah yang akan menjadi paling pertama yang menginterogasinya.
Ayah begitu protective dan garang,segala pergaulan Ruth harus selalu terkontrol.Untung saja Ruth menolak saat ayahnya meminta bodyguard untuk mengawasi Ruth setiap saat.
"Bun,aku berangkat ya!!" Ruth mencium punggung tangan bunda yang terlihat sedang makan cemilan sambil menonton tv.Bunda mengerutkan dahi.
"Loh? Tumben sendirian?"
"Udah terbiasa sendiri ya??"
"Apaan sih bun, sebentar lagi anak bunda ini bakal..."
"Bakal apa?? Apa?? Ayo cepet kasi tau, bunda kepo loh.." ujar bunda excited.
"Udah deh ntar aja,bye bun!!!"
"Diantar Pak Bobo Jeng???"kata bunda menyarankan.
"Gak usah bun,kan ada bus!" seru Ruth.
"Loh? Jeng!!"
"Salam sama calon mantu ya Jeng!!" seru bunda terkekeh melihat Ruth yang sudah melangkah keluar.
"Memang ya darah muda,darahnya para remaja.."
"Bikin pusing simalakama deh.."
Bunda menggeleng-geleng maklum,selama ayahnya masih ada urusan di luar negeri Ruth terlihat sangat menikmati hari-harinya yang agak bebas.
---Setelah kurang lebih tiga puluh menit,bus biru bercorak itu tiba di halte yang biasa tempat sakral utama menurut Ruth,karena lumayan sepi.
Yang turun hanya dia seorang,entah kenapa hasratnya hanya ingin berhenti di sini.
Setelah membayar supir bus,Ruth turun dari bus itu.
Kepalanya celingak-celinguk menoleh kesana kemari,seperti mencari sesuatu di belakang halte itu,di daerah jalan berlorong yang jaraknya sekitar 100 meter dari halte bus.
Ruth melihat jam tangannya,sebentar lagi lesnya dimulai.
Bodo amat,yang penting gue ketemu Ares! Pikirnya.
Kok lama ya?? Udah sepuluh menit,dan Ares belum muncul juga??
Ruth tidak memikirkan les itu lagi karena sekarang matanya sudah menangkap sosok yang dicari-carinya dari tadi.
Sekitar beberapa meter darinya,terlihat sedang berjalan santai.Dia juga gak ngerti kenapa sosok itu selalu ada di sekitar sini.
Ruth melangkah pasti mendekatinya,menyusuri jalan berlorong itu.
Jaraknya sudah lumayan dekat tapi Ruth masih berusaha menyamai langkah cowok itu.
"Ares!" panggilnya kencang sambil membentuk toa dengan kedua tangannya di mulut.
Cowok yang ternyata memang Ares itu terhenti mendengar panggilannya lalu menoleh sekilas,lalu menghembuskan nafas malas dan kembali melanjutkan langkah.
Membuat Ruth semakin mengejarnya dengan semangat.
"Hai!"
"Ngapain lo di sini malem-malem?"
"Gue perhatiin lo di sini terus?" kata Ruth sekenanya yang sudah berjalan di samping Ares sambil mendongak.
Ares tetap seperti biasa,diam seribu bahasa malas mengeluarkan suara,dia hanya melangkah dengan kedua jari yang masih awet di dalam saku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...