"Disini" Ares menyentuh bibirnya dengan jari telunjuk.Tatapannya masih sangat dalam ke mata Ruth yang saat ini sudah meneguk liurnya banyak-banyak.
Karena Ruth lama tidak bersuara, Ares pun menarik tangannya mendekat.
Lalu Ares mengulum senyum menatap Ruth yang saat itu mengijap-ngijapkan matanya, nafasnya menderu tak karuan, suara tegukan liurnya pun mungkin terdengar di telinga Ares.
Ia kini menggigit bibirnya gugup, mata mereka bertemu dengan jarak hanya beberapa senti.
"Res..." ujar Ruth gugup.
Ares mendengus, ia melirik ke bibir Ruth yang dari tadi digigitnya karena nervous.
Ares begitu menyukai bibir yang indah itu, namun ia teringat bahwa tadi dirinya sudah merokok.
Ares menyesal telah merokok, hingga ia tak bisa mengecup bibir cantik itu saat ini.
"Kenapa Res...?" tanya gadis itu dengan polos.
Ares kembali menatapnya dalam diam.
"Gue merokok tadi" jawab Ares singkat.
"Oh yaudah..Ehm, kapan-kapan aja" balas Ruth menjauhkan wajahnya kikuk.
Ares juga terlihat menjauhkan wajahnya dengan kikuk, mereka sama-sama diam salah tingkah.
Ruth mengutuk diri, bisa-bisanya dia bilang 'kapan-kapan aja' seolah berharap hal itu akan terjadi.
"Ares pake apa tadi kesini?" tanyanya mengalihkan topik.
"Mobil" jawab Ares singkat.
Ruth pun menoleh mengerutkan dahi.
"Ares punya mobil?" tanyanya lagi.
"Nggak"
"Trus mobil siapa dong?"
"Dipo"
"Hm.."
Hening lagi, tak biasanya suasana canggung terjadi.
Biasanya Ruth selalu pede untuk memulai.
"Res" panggilnya.
"Hm" jawab Ares.
"Kenapa berantem?"
"Bukan urusan lo"
"Jawab dong, dikiiiit aja"
"Nggak"
"Ih Ares kok gitu sih, katanya cinta"
"Kalo cinta masa main rahasia-rahasia segala"
"Ck, lo tau atau nggak juga gak ada untungnya"
"Kalau gitu sama siapa?" Ruth masih mendongak.
Menggerak-gerakkan lengan Ares.
"Sama siapa?? Ayo jawab!"
"Sebutin namanya ajaaa" desaknya membuat telinga Ares perih.
Ares menoleh ke samping dengan galak, sementara gadis itu menyengir manis dengan santai.
"Gak usah banyak tanya" ujar Ares jutek, menoyor kening Ruth dengan telunjuknya.
Lalu bangkit berdiri dan melangkah meninggalkan Ruth.
"Ares mau kemana?? Tungguin!!" serunya buru-buru berlari mengejar langkah Ares.
Ruth segera menggandeng lengan Ares yang jarinya masih di dalam saku, ia baru sadar bahwa malam ini Ares mengenakan kemeja putih, seperti baru saja menghadiri sebuah acara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...