"Po"panggil Ares sambil menepuk pundak Dipo yang lagi minum hingga tersedak,untung gelasnya gak ketelan.Dipo menghabiskan airnya lalu menutup kulkas."Apaan?"Dipo mengikuti langkah Ares ke ruang tamu,duduk di kursi kayu seperti biasa.
"Gue mau pindah"ujar Ares membuat Dipo kaget bukan kepalang.
"Pindah??pindah apaan??rumah?mau tinggal dimana lo? Masih untung lo udah di kasi Kang Baron rumah ini,jangan ngaco lo"kata Dipo yang sedikit kesal karna Ares mulai ngawur.
Ares merebahkan diri,menatap langit-langit dengan pandangan kosong.Ia terbayang kembali,kemarin malam dimulai dari hpnya yang terus berdering,dengan terpaksa diangkatnya,sebuah suara berat di seberang sana menyapanya.
"Res"panggilnya dari seberang.
Ares diam,tak menyahut sepatah kata pun,tapi dia tau itu siapa."Apa kabar kamu?semoga baik-baik aja"
"Ayah tau kamu tidak akan memberi maaf atas apa yang telah ayah lakukan dulu,tapi ayah mohon supaya kamu mau tinggal lagi di rumah lama kita"
"Kamu harus mau karna itu permintaan ibu kamu dari dulu.Tinggal dan hidup disana Res,ayah gak akan ganggu kamu setelah itu terserah kamu mau apa,kalau kamu butuh sesuatu apapun itu kamu bisa minta ke ayah,ayah akan sangat senang kalau kamu menuruti permintaan ibu"
"Sekali lagi,ayah minta maaf karna sudah gagal menjadi ayah untuk kamu"
Setelah sambungan telpon mati,Ares meletakkan kembali hpnya ke atas meja,lalu merebahkan diri dan merenungkan kembali apa yang ayah bilang itu.
Gak sepenuhnya salah,Ares merasa sudah sangat membebani Kang Baron dengan apa yang selalu lelaki itu berikan kepadanya,mungkin ini saatnya untuk membebani ayahnya sendiri,yang sudah meninggalkannya belasan tahun.
"Res?Res!"Dipo menepuk kaki Ares,membuyarkan lamunan panjangnya.
"Lo gak kuliah?Bagas mana?"Tanya Dipo yang baru sadar bahwa Bagas menghilang.
Ares gak menghiraukan pertanyaan Dipo,ia menguap lalu melangkah ke kamar mandi.
"Res lu gak kuliah?!"seru Dipo mengeraskan suaranya yang hampir kalah sama suara air kran.
"Ini minggu goblok!"seru Ares dari dalam.
***
"Hooaammm...nyam nyam.."Ruth merenggangkan kaki tangannya di atas kasur,udah jam 9 dan gadis ini masih santai kamar.Oh iya,ini kan minggu,pantas.
Setelah mengumpulkan niat,ia turun dari kasur,membuka gorden dan jendela lalu keluar kamar.
Ia melangkah ke dapur,mencari makanan di kulkas,rumah selalu terasa sepi,ayah dan bunda pun sudah pergi,padahal hari minggu,biasanya hari minggu begini Ruth hanya menghabiskan waktu di rumah,nonton DVD kadang ditemani Ray,itu pun kalau adiknya gak keluar.
Makanya dia gak mau bangun pagi-pagi.
"Non..nonn.."panggil salah satu mbak dari ruang tengah sambil melangkah cepat menuju Ruth dengan telpon rumah di tangannya.
"Kenapa mbak?"Ruth mengernyitkan dahi.
"Ini ada telpon,katanya nyari non Ruth"mbak itu memberikan telpon ke Ruth.
"Ha?siapa emang mbak?"kata Ruth sambil menerima telpon itu.
"Gak tau non,saya permisi ya non"katanya sambil berlalu.
Ruth menempelkan telpon itu ke telinganya sambil meneguk air mineral.
"Halo siapa sih?"ujar gadis itu ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...