Lima puluh kali ya?

35.2K 2.8K 269
                                    

Warning⚠ 17+

____

Ares tertegun mendengar penuturan ayah, ia pun menoleh setelah berpikir sejenak.

Bunga mawar ya? Mengapa hal itu selalu terbesit di benaknya selama puluhan tahun ini?

Ares tiba-tiba teringat Ruth, ia tersenyum kecil mengingat bahwa sudah ada gadis itu yang mengisi jiwanya saat ini.

Jadi tak ada alasan apapun untuk mengingat kembali masa lalu, biarlah semuanya berakhir.

Lagi pula Ares memang tidak pernah penasaran dengan siapa pun yang mengaguminya dari dulu, meski kenangan tentang bunga mawar itu terlalu membekas.

“Res?” panggil ayah menyadarkan lamunannya.

Ares menoleh lagi.

“Ayo keluar, mereka nunggu itu” kata ayah lagi.

“Malas” jawab Ares akhirnya.

“Loh kenapa?” tanya ayah terus mendesaknya.

“Gak penting” jawab Ares singkat, keringat masih membasahi tubuhnya.

“Yakin nih gak mau?” goda ayah lagi.

Ares mengerlingkan mata memberi isyarat agar tidak memaksanya lagi.

Ayah yang terkekeh itu tampak melambaikan tangan kearah Nicole dan Ruth yang masih menunggu, memberi tanda bahwa usahanya sia-sia.

Nicole pun mengangguk lalu terlihat memasuki mobilnya diikuti Ruth, ayah yang sudah melambai itu juga memasuki mobil duduk di samping Ares.

Ayah hanya menggeleng-geleng tak mengerti dengan jalan pikiran putranya ini, seakan tak pernah peduli dengan orang-orang disekitarnya.

Sementara Ares terus memandang tato barunya tadi sambil senyum-senyum sendiri, ayah juga bingung menyaksikannya.

“Katanya gak penting, ngapain sampai dibuat tato gitu” sindir ayah menggodanya.

Ares berdehem kikuk lalu menutup tato yang ada di lengan kirinya itu dengan jaketnya.

Ayah hanya tertawa kecil menanggapinya, lalu menepuk-nepuk pundak lebar Ares.

“Nginap di rumah ayah aja ya res, udah sore juga"

"Imam Bonjol jauh" ujar ayah memperhatikan jalan dari kaca mobil.

Ares bergeming lalu melihat jam di ponselnya, baru pukul lima sore.

“Pak, ke Imam Bonjol dulu” ujar Ares kepada supir di depan, membuat ayah menoleh.

“Nginap aja” kata ayah mendesaknya.

Ares menggeleng singkat.

“Ya sudah lah, ayah juga pernah muda” ujar ayah dengan misterius.

“Maksudnya?” tanya Ares menyipitkan mata.

“Ya.. Siapa tau kan kamu mau bawa cewe  ke rumah” kata ayah terus menggodanya.

Ares tak langsung bereaksi menanggapinya, ia malah senyum-senyum sendiri.

“Benar ya??” goda ayah lagi melihatnya yang malah mengulum senyum.

“Terserah” balas Ares malas, berusaha menutupi tawanya.

Mereka pun berbincang-bincang, tak terasa langit pun mulai remang menenggelamkan matahari ke ufuknya, sampai akhirnya mobil ayah itu tiba di depan rumah Ares.

Setelah berpamitan singkat, cowok tinggi itu dengan cepat menutup gerbang rumahnya bahkan saat mobil ayah belum beranjak.

Ayah yang bingung itu hanya menggeleng-geleng maklum.

ANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang