Kita Jadian?

33.2K 2.8K 382
                                    

Sepulang sekolah dalam empat hari ini Ruth tak punya banyak kerjaan, meski biasanya emang tak ada kerjaan,setidaknya biasanya Ruth punya aktivitas khusus yaitu menganggu Ares.

Entah itu nelpon, ngechat, atau bahkan berkunjung secara illegal ke rumag Ares, plus dapat bonus bertemu Ares di jalan seperti sedia kala sebelum mereka terlalu dekat.

Tapi lupakan itu saat ini, Ruth harus menjalankan siasat paksaan Mila kemarin. Yaitu jangan hubungin Ares dulu sebelum dia yang duluan menghubungi.

Dan sudah empat hari sejak kejadian yang bikin kesal itu.

Ya empat hari dan Ares sama sekali tidak menghubungi nya walau hanya sekedar chat atau apalah itu.

Ruth sangat memaklumi hal itu, sejak kapan juga Ares mau minta maaf?

Mungkin cuma khayalan Mila karena keseringan nonton drakor yang aktor-aktornya bakal bersembah sujud di depan si cewek untuk memperlihatkan penyesalannya.

"Duh... Ares lagi ngapain ya???" gumam gadis itu menggigit jarinya gelisah sambil mondar-mandir di depan jendela kamarnya.

Ia kembali mengecek ponsel yang benar-benar tak ada notif.

"Kira-kira Ares udah makan tiga kali sehari belum ya?"

"Ares abis makan minum gak ya?"

"Kalo Ares cuma makan dua kali sehari trus maagnya kambuh gimana??"

"Eh, emang Ares ada riwayat maag?" tanyanya pada dirinya sendiri sambil menggaruk kepala.

"Ck, gara-gara Mila nih, gue jadi kekurangan oksigen gini" gumamnya lagi dengan malas.

"Lagian Ares tuh kenapa sih susah banget chat duluan? Seberapa besar sih gengsi tu bocah sampe gamau ngubungin gue padahal dia kangen?"

"Gue tau kok, Ares tuh pasti kangen sama gue, cuma dianya aja pake jual mahal segala"

"Dasar terumbu karang hidup! Keras banget jadi manusia"

" Untung gue cinta, kalo gak udah gue jual ke mbak Tina" omelnya berkali-kali yang sekarang sudah berbicara di depan cermin.

Ponselnya berdenting dan dengan cepat gadis itu membukanya.

Mila : Awas lu ya kalo nelpon dia!

Ia berdecak sebal dengan peringatan Mila yang tiada hentinya dari kemarin.

Ruth : Iye iye. Telpon doang nih? Barti chat boleh dong??

Beberapa detik pesan Ruth langsung dibaca dan dibalasnya.

Mila : Heh gila, namanya juga gak ngubungin ya semuanya lah. Jangan ada kabar sedikitpun!

Ruth : Hhh iya Juleha

Gadis itu melempar ponselnya sembarang ke atas kasur,lalu kembali memandang keluar jendela sambil memikirkan bahwa bulan depan mereka udah Try Out dan sebentar lagi ujian sekolah. Begitu cepat.

Ia melihat ke matahari yang terlihat hampir tenggelam dengan warnanya yang jingga gelap, lampu-lampu di taman rumahnya sudah menyala terang beberapa menit yang lalu.

Karena kamar Ruth dilantai dua, jadi kalau melihat dari jendela di kamarnya, pemandangan taman akan langsung terlihat.

Ia menghela nafas lelah lalu melangkah letoy ke kamar mandi.

*

Lelaki paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah Kang Baron itu memasuki café yang tidak biasanya dia kunjungi.

ANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang