Dipo membaca kembali alamat yang ada di pesan baru itu,jaga-jaga aja takut salah alamat.
Kan gak lucu kalau jadi nyasar ke lagu Alamat Palsu by Ayu Ting-Ting.
Rupanya benar,setelah tiga kali membaca ulang pesan itu Dipo memastikan kalau kafe di depannya ini emang pas dengan alamat tadi.
Cowok berhoodie cokelat itu memasuki kafe yang besar dan luas ini lalu mengedarkan pandangan ke seluruh isi kafe,seperti mencari sesuatu.
Matanya menangkap seorang pria paruh baya yang mengenakan jas hitam elegan,rambutnya tersisir rapi, mengkilau hitam sempurna.
Ia sedang duduk di meja nomor sembilan,melambaikan tangan ke arahnya.
Dipo yang awalnya tak percaya itu terhenyak lalu dengan berhati-hati cowok itu melangkah ke mejanya sambil masih meneliti apa orang yang dia cari beneran pria berjas itu.
"Halo Om,saya Dipo" ujarnya mengulurkan tangan dengan sopan ke pria di depannya.
"Ah..Dipo ya..Udah pesan sesuatu Po?" ujar pria itu menyambut uluran tangan Dipo dengan ramah sambil tersenyum.
Dipo memandang senyum itu,senyum itu benar-benar mirip...
"Dipo?" panggil pria di depannya itu menyadarkan keterpanaan Dipo padanya.
"I-iya om??" kata Dipo terbata sambil mendudukkan diri di depan orang ini dengan kikuk.
"Mau pesan apa? Pesan aja,nanti Om yang bayar" katanya sambil tersenyum baik.
Wah...Apakah Dipo nantinya akan percaya hal ini??
"Eh iya Om,saya ngikut aja hehe.." Dipo terkekeh garing,lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Yakin?? Selera anak muda sama orang tua kan beda" komentar pria itu tertawa ringan,diikuti tawa Dipo yang setengah dipaksa dan setengah garing.
"Santai aja sama Om,gak usah grogi gitu.Kamu kayak mau nembak cewek aja.." katanya lagi membuat candaan agar suasana mencair,membuat Dipo tertawa salting benaran.
"Ehehe iya Om,habisnya Om beda banget sama..."
"Mau pesan apa mas?" potong Waitress yang entah dari mana datangnya.
"Kami ingin minuman yang paling enak disini" ujar pria di depannya ini santai.
Dipo meneguk ludah membayangkan harga minumannya yang mungkin diatas rata-rata itu.
Bisa-bisanya Om ini memesan sesuatu yang enak dengan sesantai itu,Dipo gak habis pikir.
Waitress itu mengangguk setelah mencatat pesanan mereka lalu melangkah pergi meninggalkan meja Dipo yang sedang menelan ludah.
*
Ares menghempaskan diri keatas ranjangnya.
Hari ini benar-benar ajaib,dia gak telat,gak bolos,bahkan mengerjakan tugas dari dosen!
Ia mendengus membayangkan dirinya yang baru aja bersikap layaknya mahasiswa semester empat,sungguh dramatis.
Di tengah kesibukannya yang berkalut dengan otaknya,ponsel Ares berbunyi.
Ares merogoh tasnya mengambil ponselnya yang berbunyi disana.
Ruth menelpon.
Ares menarik nafas panjang lalu mengangkat telpon itu.
"Ares!!" seru suara cempreng itu dengan nyaring.
Ares menjauhkan ponselnya dari telinganya yang bentar lagi rusak karna teriakan Ruth yang setiap saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...