Udah siapin tisu?
Siapin dulu coba.____
Sore ini matahari terlihat sudah berada di ufuk barat, sebentar lagi menenggelamkan diri disana.
Sinarnya perlahan meredup, angin sore pun turut berhembus sepoi menusuk kulit cokelat milik Ares yang saat itu tengah menatap jauh ke tengah laut.
Ares telah menghabiskan waktunya di tepi laut, tak bisa di bilang pantai karena disini hanya terdapat bebatuan besar di tepiannya.
Dan disitulah Ares mendudukkan diri sedari tadi, menikmati angin sore sambil memandang matahari yang sebentar lagi terbenam.
Pria berjaket hitam itu menghembuskan nafas berat, kepalanya pening, tubuhnya merasakan penat yang mendalam.
Hari ini terasa sangat berat, membawa banyak luka dan juga kebimbangan yang membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa, semuanya membuat bingung.
Senyum lepas ayah kembali terbayang di pikiran Ares, membuatnya semakin merasa bersalah jika harus bertindak gegabah dalam mengambil keputusan di depannya.
“Gue hidup banyak kacaunya, selalu bikin masalah” gumam Ares sambil melempar kerikil ke laut di depannya.
Mengingat ada banyak masalah yang selalu ia hadapi selama ini, entah itu menyangkut keluarga, pergaulan, pertemanan, perkelahian, kampus, dan lainnya.
Ares memang sudah biasa menghadapi masalah-masalah seperti itu, namun kali ini ia sepertinya kewalahan karena masalah baru itu bersangkutan dengan pacarnya yang sangat ia cintai serta keluarganya yang ia sayangi.
Wajah Ruth pun muncul bersaingan dengan ayah di kepalanya, semakin membuat pusing.
“Semua ini karna gue kenal cinta” gumam Ares lagi merutuki diri.
Berusaha keras membuang bayangan Ruth di kepalanya, namun gadis itu semakin terasa nyata.
Ditengah Ares yang berkutat dengan pikirannya itu, ponsel yang ada di saku jaketnya pun berdering membuatnya merogoh saku jaketnya.
Nama Ajeng Cantik Banget tertera disana.
Ares hanya menatap nanar panggilan itu tanpa berniat menjawabnya, menunggu sampai panggilannya dimatikan oleh Ruth.
Beberapa kali gadis itu terlihat menelponnya, mungkin sudah empat kali dan Ares masih tidak melakukan apa-apa, malah memasukkan kembali ponselnya dan membiarkannya berdering terus-menerus di dalam sana.
Setelah merasa ponselnya sudah tidak berdering lagi, Ares kembali mengambilnya dan tertera disana terdapat sepuluh missed call dari Ruth.
Ares tak mempedulikan missed call itu, ia kini menekan nomer Dipo dan membuat panggilan.
“Halo res?? Tumben lu nelpon, ada ap..”
“Ke bar jam tujuh” potong Ares.
“Hah?? Gak salah dengar gue?? Lo kan udah lama..”
“Gak usah banyak tanya, ajak yang lainnya” potong Ares lagi.
Lalu memutuskan sambungan telpon sebelum Dipo sempat menyahut.
Ares menghela nafas panjang dan detik berikutnya ia baru sadar kalau Pak Rogan masih ketinggalan di rumah ayah.
Pria itu segera menyalakan mesin mobil dan melaju.
*
Ruth berkali-kali memeriksa ponselnya sedari tadi siapa tahu ada panggilan masuk.
Namun usaha nya hanya sia-sia karena ponselnya tetap sunyi dan tak ada notif apapun dari Ares.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...