Setelah berkendara selama hampir dua puluh menit lamanya,kedua manusia yang bertolak belakang ini pun tiba di sebuah Barber.
Ares memarkirkan motornya di pinggiran jalan tepat di bawah pohon Akasia yang sangat besar.
Ruth yang di belakangnya pun turun sambil tak henti-hentinya mengoceh dengan gila dari tadi.
Ares memang sangat sabar menghadapi mahkluk ini.
“Ohh biasanya Ares potong rambut disini ya??” ujar gadis itu magut-magut menatap sekeliling.
Ares tidak menghiraukan komentar Ruth,ia lantas melangkah menuju barber shop yang bercat hitam putih di depannya ini.
Ruth ikutan melangkah cepat dibelakangnya.
Barber shop ini keliatan lumayan ramai,pengunjung bolak balik keluar-masuk.
Ares yang terlihat sudah sangat biasa kesitu terus melangkah hingga naik ke lantai dua.
Ruth yang masih bingung pun hanya mengekori Ares saja ke atas sambil meneliti sekelilingnya.
“Eh Kasep!” celetuk sebuah suara ketika mereka tiba di lantai atas.
Ruth dan Ares sama-sama menoleh ke sumber suara itu yang sepertinya berasal dari ruang cukur rambut.
Muncul seorang pria sekitar 40 tahun berambut hitam tak beruban,tingginya mungkin sebahu Ares,agak tinggi sedikit dari Ruth.
Ia memegang gunting dan sebuah lipstick ditangannya.
“Ombo” ujar Ares singkat sambil tersenyum.
Ruth membelalakan mata melihat senyum emas milik Ares saat itu.
Ia sampai menggerutu karena Ares benar-benar jarang memberinya senyum seindah ini.
“Mimpi apa aku? Kau bawa cewek segala ini?” komentar nya jenaka sambil memperhatikan gerak-gerik keduanya.
Ares hanya mendengus kecil menanggapinya.
“Jadi gimana kabar Sep?” ujarnya sambil mempersilakan kedua remaja di depannya duduk.
“Baik,Ombo gimana?” tanya Ares balik sambil menarik lengan Ruth yang masih bengong itu untuk duduk.
Mereka duduk di dua kursi dekat jendela,Ombo duduk di depan mereka.
“Baik juga lah aku,seperti penglihatanmu.Jadi ini siapa?” tanya Ombo menatap Ruth.
“Eh iya,saya Ruth temennya Ares.Teman dekat!” ujar Ruth mengenalkan diri.
Ia mengulurkan tangan ke pria ini,dan di sambut olehnya.
“Teman dekat toh?” katanya sambil tertawa kecil lalu menoleh ke Ares.
“Saya mau potong rambut Mbo” ujar Ares mengubah topik membuat Ruth mencibir sebal.
“Ya aku lihat memang sudah panjang rambut kau itu Sep.Mari kita desain dulu”
“Kau mau yang model gimana?” tanyanya lagi.
“Terserah Ombo aja” jawab Ares singkat.
Ombo pun mengangguk dan melangkah menuju ruang cukur rambut,diikuti Ares di belakangnya.
“Res gue…”
“Disitu aja!” potong Ares jutek saat Ruth beranjak berdiri dari duduknya,gadis itu mencibir lagi sambil kembali mendudukkan diri dengan wajah masam.
Ruth merogoh tasnya mengambil sebuah cermin kecil disitu,lalu mulai berkaca-kaca sambil bersenandung kecil.
Ia menatap dirinya,Ruth sampai lupa bahwa ternyata sekarang dirinya sedang mengenakan baju Sabrina.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...