Ares memasuki area kampus tanpa niat sedikitpun,Ares terpaksa kuliah karena mematuhi amanah dari almarhum ibu yang sudah Sembilan tahun meninggal.
Kini Ares harus menyelesaikan kehidupan perkuliahannya yang membosankan.
Segala dosen,diktat,dan Shakespeare seakan berlomba membuatnya mabuk dan ingin muntah,Ares tak pernah suka kuliah,ia melakukannya karena terpaksa.
Ares melangkah menuju kelasnya.
"Look...who's coming?our super hero with his bad style.A worn out T-shirt,black pants,and of course with disorder hair.How dare you come here super hero? "
Terdengar semua orang di kelas tertawa mendengar ocehan memuakkan dari dosen tua beruban yang sekarang sedang berkacak pinggang menghadangnya sebelum Ares memasuki kelas.
Pak tua ini merasa dirinya paling hebat di kampus,Ares tampak santai menggendong sebelah tasnya tanpa bicara.
"You're late Mr.Antares,lat of thirty minutes.You can leave now.." ujar dosen kampret itu dengan sombong.
Sambil berusaha terlihat garang yang sama sekali membuat Ares ingin muntah menyaksikannya.
Memang patut di omongkan."Okay,Mr.Batman" sahut Ares dengan tatapan menantang,terdengar semua orang cekikikan mendengar olokan Ares pada dosen tua itu.
"You..."seru dosen itu tapi terhenti,menyadari ada banyak mahasiswa yang berada di kelas.
Ares hanya mendengus sinis dan melangkah meninggalkan kelas sialan itu,ia berjalan menuju taman kampus yang biasanya sepi.
Jangan salah sangka,Ares kesana bukan untuk memandangi bunga-bungaan mekar,Ares melakukan aktivitasnya.Merokok.
Ares merasa beruntung karena datang terlambat,pak tua itu pasti akan mengusirnya,Ares memang membenci pria tua itu,entah kapan dan mengapa.Itulah yang Ares rasakan saat ini,selama ini.
Ares membaringkan diri di atas kursi panjang di bawah Pohon Akasia besar yang memenuhi taman.
Ia diam sejenak,lalu merogoh tasnya,mengeluarkan sebungkus rokok dari sana dan menyalakannya.Ares menghisapnya dalam hingga harus menahan batuk.
Ares memandang di depannya dengan hambar dan kosong sambil terus menghisap rokoknya.
Yang Ares pikirkan saat ini adalah Ruth,entah apa yang membuat Ruth muncul di pikirannya,bisa-bisa nya cewek macam itu muncul di kepalanya.
Ares berusaha membuang pikirannya tentang Ruth tapi bayangan gadis itu semakin nyata di otaknya.
Ares memejamkan mata,lalu menyadari bahwa ada yang memanggilnya.
"Ares! Lo dicari tuh di belakang kampus" katanya, suara cewek.
Ares menoleh dan mengerutkan dahi mendengar perkataan cewek itu.
Ares mendudukkan diri."Siapa?" tanyanya membuang rokok.
"Gak tau,cowok-cowok" ujar cewek itu lalu melangkah pergi,Ares menatap kepergian cewek itu dengan penasaran.
Ares sudah tidak asing lagi mendapat pesan maut seperti ini,membuatnya harus selalu menyiapkan segala tenaga dan energinya.
Ares melangkah menuju belakang kampus.
Dan benar saja.
Ares mendapati sekitar empat orang lelaki yang berperawakan sama dengannya,dua orang tampak lebih berotot dengan tato-tato menyeramkan di tangan mereka.
Ares masih santai menggendong sebelah tasnya dan melangkah memberi jarak sekitar tiga meter.
"Ada masalah apa lo nyari gue?" Ares meletakkan tasnya sembarang ke tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...