Dua Kamar Jangan?

30.7K 2.6K 1.7K
                                    



🎵Play Song : No Goodbyes – Dua Lipa🎵

“RUTH!!”

Seruan Ares terdengar menggema hingga ke lantai bawah, membuat ketiga bapak-bapak yang sedang asik bergosip dan menonton sinetron SCTV itu terperanjat kaget.

Ketiganya saling berpandangan bingung mengapa anak muda itu tumben-tumbenan berteriak tidak jelas, memanggil nama Ruth segala lagi.

Namun ketiganya tidak ambil pusing, lantas kembali melanjutkan aktivitas nonton yang tadi sempat terhenti karena keasikan bergosip tentang Mbak Tina, asisten rumah tangga sebelah.

Ares yang berteriak seraya terbangun dari tidur nya itu tampak langsung mendudukkan diri dari pembaringannya.

Nafasnya menderu dan ngos-ngosan seperti orang habis lari marathon sembilan kilometer jauhnya, peluhnya membasahi kepala hingga dada.

Luka di wajahnya terasa sedikit perih karena cairan keringat yang mengalir lewat pipinya.

“Mimpi sialan!” tukasnya gusar sembari melempar selimut yang menutupi tubuhnya.

Ia kembali menenangkan nafasnya dengan meremas rambut ikalnya yang basah oleh keringat, lantas bangkit dari kasur dan meraih segelas air minum yang tersedia di atas meja dan meneguknya beberapa kali.

Mimpinya benar-benar terasa sangat nyata sehingga tidak menyangka bahwa itu hanya mimpi, mungkin itu semua karena Ares yang benar-benar merindukan sosok gadisnya.

Sampai terbawa mimpi dan malah membangunkannya malam-malam begini.

Ponselnya di atas meja terdengar bergetar menandakan ada notifikasi yang masuk, membuat Ares mau tak mau melihatnya.

Kak Ares ini Amanda, besok kita bisa ketemuan ga??

Ares mengerutkan dahi heran darimana kah gadis ini mendapat nomernya, namun detik berikutnya ia tidak ambil pusing, lantas membalas pesan singkat itu.

Nggak, gue sibuk

Sebelum ia meletakkan ponsel itu, pesan dari Amanda datang lagi.

Tapi ini penting Kak, aku mau nanya sesuatu

Ares menghela nafas malas, dan karena tidak ingin diganggu lagi ia pun terpaksa mengatakan hal yang tak seharusnya ia katakan pada Amanda.

Soal kemarin yg gue ajak jln itu krna disuruh sama tmn gue
Lo gak usah mikir mcm-mcm
Gue udah punya pcr
Jgn ganggu gue bisa?
Gue capek

Lelaki itu pun langsung mematikkan ponselnya, malas berdebat dengan hal yang tidak penting seperti itu, lebih merasa risih karenanya.

Sekarang baru  pukul delapan malam, rupanya Ares sudah tidur sejak kemarin malam dan baru saja bangun sekarang dari tidurnya yang panjang, untung saja ia tidak diganggu oleh siapapun.

Tubuhnya masih terasa pegal dan nyeri akibat kecelakaan ringan tempo hari, luka di wajahnya pun masih tampak memar akibat tidak dirawat dengan teratur.

Meskipun Ares memang sengaja tidak mengobatinya karena ia hanya ingin Ruth yang menyentuh wajahnya, tidak sembarang orang.

Ia menuruni tangga dengan bertelanjang dada, namun berikutnya mata Ares kembali melebar melihat sosok Dipo dan Bagas yang bisa-bisanya sudah duduk di ruang tengah, ikut menonton bersama ketiga bapak-bapak di rumahnya.

“Ehh si jagoan udah bangun!!!---aduduhh..” Bagas langsung meringis karena luka di bibirnya langsung perih akibat seenaknya berteriak.

Dipo menoleh kearah Ares yang turun dari tangga dengan acuh tak acuh seperti tidak menghiraukan seruan Bagas barusan, Ares malah melangkah ke dapur.

ANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang