Selamat membaca🍦
____
🎵Play song : Imagination – Shawn Mendes🎵
Kosong.
Terasa kosong dan begitu sulit untuk dilepaskan.
Itulah yang Ares lihat di cermin saat ini, matanya menatap kosong kesana seolah membuat kedamaian mereka yang tampak berbeda.
Ia bingung dan tidak tahu harus kemana, meski hati kecilnya tahu bahwa hal ini akan berlangsung lama dan akan hilang seutuh nya saat pagi menyongsong, dibawa putihnya cahaya kepahitan yang terang benderang.
Namun Ares hanya ingin satu, satu saja. Ia ingin mendengar detakan jantung gadisnya malam ini, sebelum darah keemasan matahari datang dan hidup, hanya ingin itu.
Meski ia masih ingin melakukan yang terbaik untuk yang terakhir kalinya, namun sedikit kesempatan pun telah sirna terhapus oleh sepatah kata selesai dari Ruth.
Ares merebahkan kepalanya menuju kaca jendela, matanya yang masih berkaca menatap jauh ke depan di bawah kegelapan langit malam.
Berimajinasi seolah Ruth sedang menatapnya saat itu dengan sorotan mata kalbu dan sejuk seperti musim semi yang tidak pernah hilang dan pudar.
Ia tidak bisa mendeskripsikan bagaimana suasana hatinya saat ini, suasana yang perlahan berubah, berubah menjadi semakin berantakan sejak dirinya bertubrukan dengan Ruth, ditambah kacau dengan benturan akan kedatangan Amanda yang secara kebetulan ialah menjadi penyebab semua ini.
Malam terasa begitu panjang dan gelap, bulan dan bintang seakan menghilang tanpa Ruth, saat Ruth menghilang dan bintang-bintang yang bertebaran itu seolah ikut hilang ditutupi kabut hitam.
Tidak ada kata yang bisa menggambarkan betapa Ares merindukan Ruth, ia hanya mengisi kekosongan ruang hatinya dengan buliran air mata.
Hatinya dibanjiri perasaan yang penasaran, penasaran apakah gadis itu baik-baik saja disana, apakah dia benar-benar matang dengan keputusan berat ini, apakah masih ada ruang meski sedikit pun untuk Ares di sana.
Ah rasanya tidak mau berada di peradaban dunia yang asing ini jika tidak bersama Ruth, cara gadis itu tersenyum ceria menatapnya.
Cara gadis itu menaklukkannya yang tidak seperti orang lain, pertemuan pertama yang sudah memberikan kesan nyaman pada dirinya.
Dari dinginnya malam sampai pada singkatnya siang dan dari pahitnya kehidupan, Ruth memeluknya dan menyelamatkannya dari semua itu hingga sampai pada titik saat ini.
Tidak ada orang selain Ruth, ketika bersamanya Ares menjadi lupa waktu, saat tanpanya gambaran gadis itu menyangkut di pikiran Ares.
Dan Ares sudah menaruh seluruh hatinya ke dalam tangan gadis itu hingga seberat ini, dengan harapan bahwa gadis itu tidak akan melukai hatinya.
Namun semuanya terbalik, justru Ares lah yang kini menghancuri hati gadis itu tanpa ia sadari bahwa itulah kesalahan fatal yang sudah diperbuatnya.
“Res?” panggil Tante Kim / Mama dengan suara ketukan pintu yang terdengar samar, menyadarkan Ares dari lamunan panjangnya.
Ia mendongak lantas mengangkat kepala dari sandaran jendela itu sembari mengusap wajahnya yang sempat mengeluarkan cairan kecil dari mata.
Melangkah dan membuka pintu kamarnya, mendapati Mama Tirinya itu sedang membawa sebuah nampan berisi makanan kesukaan Ares serta segelas susu hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...