SEDIKIT LAGI MENUJU ENDING. SIAP?
___
🎵Song recommendation : My Future – Billie Eilish🎵
“Jika kau bertanya apa hal terpenting menurutku, aku akan menjawab: hidupku. Mungkin kau akan kecewa dan marah, tanpa pernah tahu bahwa sesungguhnya kaulah hidupku”
—AresEmpat tahun kemudian…
“Permisi Pak, ini ada telpon dari Pak Sukma. Apa perlu saya jawab?” seorang wanita yang mengenakan blus berenda serta rok span berwarna cream tampak memasuki ruangan luas itu.
“Nggak usah”
Wanita itu masih berdiri di depan pintu, ragu untuk menolak telpon dari Direktur Eksekutif Filipina yang sekarang sedang menunggu jawaban dari nya.
“Kenapa masih disitu?” suara berat sosok dari balik meja di depan ini kembali terdengar.
Ia tersadar. “Eh, maaf Pak. Tapi seperti nya penting, apa Bapak tidak mau coba…”
“Kamu pikir pekerjaan ini untuk coba-coba? Saya sibuk, lebih baik kamu angkat diluar. Saya banyak pekerjaan, tidak sempat meladeni bisnis basi seperti itu”
“B-baik Pak. Saya permisi” akhirnya wanita itu perlahan beranjak dari ruangan luas bernuansa klasik itu. Rasanya saat keluar dari sana sama saja seperti baru keluar dari ruang eksekusi. Sensasinya bahkan mungkin lebih menegangkan daripada itu.
Ia melangkah menyusuri lorong kantor, dimana banyak karyawan lain memperhatikannya. “Muka lo pucet banget, pasti abis kena semprot” celetuk salah satu wanita dengan segelas kopi ditangan.
“Tuh tau sendiri. Gila ya, gini amat hidup gue jadi sekretaris orang galak gitu. Lama-lama ikutan gila gue” sahutnya mengipasi diri.
“Derita lo lah, lagian gak rugi-rugi amat kok. Pak Antares kan keren, cool, kaya raya, tinggi, ganteng lagi ya ampun! Apanya yang kurang???"
“Ah banyak lah kurang nya. Kurang pandai berkomunikasi sama orang-orang. Tuh kurangnya! Coba aja kalo…”
“Psstt! Rena!” potong seseorang sambil mengerlingkan mata ke belakang.
Mendadak wanita bernama Rena itu terdiam kaku. Ia menelan ludah berdebar, pasalnya orang yang baru saja diomongi sedari tadi sudah berdiri di belakangnya dalam diam dengan muka datar parah.
Rena merapikan rambutnya kikuk, dan takut. “Maaf Pak, tadi saya cuma…”
“Saya mau hasil rapat kemarin sudah tersusun rapi di atas meja besok pagi” potong pria berjas hitam itu tak peduli.
Lantas melangkah meninggalkan banyak karyawan yang saat itu tengah menelan ludah masing-masing. Merunduk takut dan segan seakan yang baru saja keluar tadi adalah malaikat maut yang siap mencabut nyawa.
“Astaghfirullah…auranya gak nahan, creepy banget asli” celetuk salah satu.
“Iya woi! Kok bisa ada manusia sedingin itu sih?? Beda banget sama Pak Bram”
“Bener juga! Bukannya dia anaknya Pak Bram ya?”
“Emang anaknya. Ya gue juga gak habis pikir, bisa bertolak belakang gitu dari bokapnya yang ramah tamah”
“Namanya juga kehidupan, gak selalu sama. Mungkin karna ini gak ada yang mau sama dia”
“Gue mau kali kalo disuruh! Siapa juga yang gila pake nolak dia??”
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...