Telpon dari Indo

23.4K 2.1K 337
                                    



Selamat membaca.

___

Beberapa menit setelah pesawat yang membawa Ruth dan ayah lepas landas, bunda dan Mila terlihat kembali melangkah menuju luar bandara dengan sedikit berbincang.

“Moga Ajeng sama om nyampe dengan selamat” ujar Mila melambai di udara, seperti ikut merasakan angin malam yang menerpa pesawat.

“Aminnn” sahut bunda juga ikut memandang ke udara.

“Eh Mil, itu Ajeng sama Ares lagi kenapa sih? Kok tumben si Ajeng malas-malasan tadi pas tante nyinggung nama Ares?” celetuk bunda melangkah dengan tas besarnya.

“Hm… mereka berdua lagi berantem bun, udah seminggu malah gak kabaran” jawab Mila memperbaiki jaketnya.

Bunda mengerutkan dahi. “Berantem? Tumben? Kenapa?”

“Ya biasalah… gak ada yang mau ngalah, Ajeng juga sih salah dikiiiit, abisnya dia ngomel-ngomel waktu itu di rumah sakit. Trus Ares negur gitu kan, trus tiba-tiba mereka berdua adu mulut, jadi deh Ajeng sakit hati gitu ngambek” tutur Mila bercerita.

“Aku kira ngambeknya cuma beberapa jam karna Ajeng kalo ngambek ke Ares tuh gak mampu lama, gak tahan dia nya. Tau nya malah sampai hari ini dua-duanya gak kabaran, gak ada yang mau duluan ngabarin, apalagi duluan minta maaf” lanjut Mila.

Bunda menghela nafas lantas menggeleng kepala kecil. “Pantesan semingguan ini Ajeng sering menyendiri di kamar, kayak gak mood gitu. Ternyata lagi berantem”

Mila mengangguk membenarkan. “Eh bun, itu acara ultahnya Ajeng dibatalin kenapa sih?” tanyanya setelah teringat sesuatu.

Kemarin saat Mila bercerita kepada Ares di rumah sakit, mengapa ulang tahun Ruth tidak dirayakan, sebenarnya Mila juga belum tahu kenapa, ia hanya mengarang saja supaya kiranya Ares ingin menemui Ruth, tapi rupanya sia-sia.

“Bunda juga gak tau, Ajeng yang bilang gak usah buat acara segala. Katanya karna gak ada Kristoff” ujar bunda membuat Mila menoleh bingung.

“Iya Kristoff, pasangannya Anna di Frozen kan??” lanjut bunda semakin membuat Mila melongon bengong.

Rupanya Ruth sudah menulari otak bundanya sendiri dengan segala kekonyolannya.

Sebelum sampai keluar betul, keduanya kembali dibuat terlonjak karena sosok  seorang lelaki berjaket jeans yang warnanya sedikit gelap, dengan wajah yang pucat pasi karena hampir kehabisan stok nafas dan tengah berlari menghampiri keduanya.

“Ares??” ujar Mila menganga heran melihat Ares yang masih menetralkan nafasnya terengah-engah sambil sedikit merunduk.

Bunda menyentuh pundaknya. “Kamu gak apa-apa kan? Ada apa??” panik bunda.

Ares menggeleng sekilas masih mengatur nafas. “Mana?” tanyanya.

“Mana apanya??” tanya Mila tak mengerti, apalagi bunda yang sama bengongnya.

Ares belum menjawab, nafasnya masih belum terkumpul banyak untuk mampu bicara setelah berlarian tidak jelas sedari tadi.

“Mana?” desak Ares lagi, hanya kata itu yang mampu ia keluarkan.

Mila menahan kesabaran. “Mana apanya sih?? Kalo ngomong tuh yang jel---“

“Pacar gue” potong Ares cepat yang seketika itu langsung menyesali perkataannya karena merasa sedikit keceplosan.

ANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang