Bagas tak henti-hentinya berdecak kagum sambil bertepuk tangan heboh menyaksikan momen paling bersejarah selama dirinya kuliah.Bagas melakukan semua itu karena Ares hari ini datang tepat waktu malah sebelum dirinya datang Ares udah stand by di kelas.
Dipo yang masuk belakangan dari Bagas itu juga ikutan berdecak kagum. Gak biasanya Ares melakukan hal selangka ini.
Selama tiga tahun kuliah, ini pertama kalinya Ares gak telat semenitpun datang ke kampus, apalagi berhubungan dengan tugas,pasti paling belakang.
“Gue gak mimpi kan res???” celetuk Bagas yang masih heboh sambil mendudukkan diri di samping kiri Ares.
Dipo mengambil kursi di sebelah kanan Ares lalu menduduki diri.
Ares tampak tidak menggubris perkataan Bagas barusan, ia hanya menoleh dengan tenang.
“Jelasin ke kita kenapa lo hari ini kayak maba yang taat aturan??” ujar Bagas lagi memaksanya.
“Ck, gak usah alay" jawab Ares malas sambil menyugar rambut barunya yang tampak cetar.
Mendengar respon Ares barusan, Bagas sedikit terkekeh maklum.
“Eh res” panggil Dipo mengecilkan sedikit volume suaranya.
“Res!” panggilnya lagi ngotot sambil mencolek lengan Ares.
“Apaan” sahut Ares malas.
Bagas di sampingnya yang malah terlihat berantusias menunggu kalimat lanjutan dari Dipo.
“Katanya si Kina udah balik lagi tuh ke kampus, dia abis ikut lomba apalah itu” ujar Dipo lagi.
“Oh” jawab Ares singkat tak peduli sembari mengangkat bahu.
“Gawat nih super duper gawat!” seru Bagas heboh sambil memukul-mukul pundak Ares.
“Gas jangan alay dong,jadi teman malu-maluin aja lo"
"Lu udah kayak bencong tau gak?” ujar Dipo sewot. A
res tampak masih menyimak keduanya dengan tenang dalam diam.
“Iye iye. Jadi gini…” Bagas memajukan mukanya ke depan Ares dan Dipo dengan wajah serius.
“Kalau Ruth tau Kina juga ngejar-ngejar Ares gimana??” lanjut Bagas melebarkan mata.
Ares tampak bergeming dan Dipo tampak mengerahkan semua kecerdasan otaknya.
“Bakal ada perang dunia ketiga sih” sahut Dipo magut-magut pasrah menatap langit-langit kelas.
“Kayak Amerika lawan Uni Soviet gak ya?” kata Bagas lagi ikut menerawang. Dipo mengangkat bahu.
“Lo kok diam aja sih res? Kan yang harus memilih itu lo” kata Bagas dramatis ke Ares.
“Kira-kira lo pilih siapa Res?” tanya Dipo ikut beralih ke Ares yang tampak tidak tertarik.
“Gue gak milih siapa-siapa” jawab Ares tenang membuat kedua kunyuknya menganga tak percaya.
Ares menoleh kiri dan kanan merasa kedua orang ini menatapnya shock.
“Res gue tau lo gila, tapi jangan gila juga sampe ngabain dua bidadari gini!” kata Bagas geram.
“Tau nih Ares, dua istri cukuplah” timpal Dipo terkekeh.
“Ck, kalau lo berdua mau, ambil aja!” ujar Ares kesal dengan kebisingan kedua sobatnya itu.
“Kita sih mau res, tapi mereka maunya ama elu” sahut Bagas pasrah dan Dipo mengangguk-angguk menyetujui perkataan Bagas barusan.
Ares tak bersuara ia hanya fokus ke depan tanpa menggubris celotehan kedua kunyuknya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...