Regrets

30.2K 2.6K 910
                                    

Pemberitahuan :


Chapter ini akan membuat kalian kembali menyayangi Ares, atau bahkan jatuh cinta padanya☺
___

Warning
17++







Selamat membaca!!!

---oOo---

Keduanya masih saling berpandangan, Ruth mendongak dan Ares sedikit menunduk dengan tangan yang masih memegang kenop pintu.

Detik berikutnya, lelaki itu mundur seperti membiarkan Ruth untuk masuk sesukanya, ia tidak bersuara dan tatapannya pun beralih dari gadis di depannya.

Ruth yang mendapat signal mulai melangkah masuk dengan sedikit ragu, ia menutup pintu lalu ikut menduduki diri dengan jarak satu meter dari Ares.

Demi apa pun, tak pernah mereka berada di suasana yang secanggung ini sebelumnya, jika pun ada mungkin sekarang adalah hal tercanggung yang pernah ada.

Bahkan duduk pun rasanya tidak nyaman jika berdekatan.

Keheningan masih berlanjut selama beberapa menit, baik Ruth mau pun Ares tidak ada yang ingin memulai percakapan, keduanya tengah sibuk dengan pikiran masing-masing.

Ruth juga tak menyangka akan menemukan Ares di rumah usangnya ini.

Tadi sore ia hanya berfirasat bahwa Ares akan pergi kesini, dan rupanya firasat itu benar, Ares bahkan sedang sendiri disini.

Sementara Ares, ia sendiri bingung mengapa Ruth bisa kesini, padahal ia yakin bahwa ayah sudah membeberkan semua tentangnya termasuk tempat tinggalnya yang berada tepat di depan rumah Ruth.

“Res” suara lembut milik Ruth terdengar.

Membuat Ares sedikit bergeming namun tatapannya masih lurus ke depan, tidak menoleh pada gadis itu.

“Ngapain lo kesini” balas Ares dingin.

Ia sangat malas berbicara saat ini terlebih ingatannya terus tertuju kepada aksi pelukan itu.

“Kok ngomongnya gitu?” wajah Ruth semakin muram, ia berusaha menahan matanya yang sudah berkaca-kaca.

Ares tidak menyahut, ia hanya menghela nafas berat.

Ruth menoleh, melihat sebatang rokok yang belum terbakar yang kini dikulum oleh Ares.

“Kenapa merokok?” tanyanya.

“Hilangin stress” jawab Ares cuek.

Sorot mata Ruth berputar kearahnya, melihat mata Ares yang sama sekali tidak menatap dirinya, Ares terlihat sangat berubah.

Tak mungkin ini semua ulah Kina, ia tahu betul bagaimana watak Ares yang tidak pernah tunduk kepada siapa pun.

Ares tidak pernah peduli kepada siapapun selain dirinya, ia tahu betul.

“Gue mau nanya, Ares jawab jujur ya?” pintanya perlahan.

“Terserah” balas Ares sekenanya.

ANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang