Panggil aku "La" ya!
Mau kan manggil gitu??Jangan pake Author, Thor segala lagi, aku kan bukan Avengers.
Selamat membaca
---oOo---
“Res, lo di dalem kan!” suara Nik terdengar semakin membuat keduanya melebarkan mata shock.
Kedua orang yang sedang berpacaran di atas sofa itu terperangah dan terlonjak kaget, seketika itu juga Ares melompat dari atas Ruth, merapikan bajunya yang hampir terbuka.
Sementara gadis itu merapikan rambut nya yang sudah berantakan, menyeka keringat di sekitar leher dan tengkuknya.
Ares melangkah membuka pintu, mendapati sosok Nik dengan cengiran kudanya disana, lelaki itu tampak masih mengenakan pakaian yang ia gunakan tadi sore.
“Hai brother” sapanya ringan dan tanpa disuruh masuk, Nik langsung melangkahkan kaki ke dalam.
Detik berikutnya, wajah Nik kembali terperanjat.
“Ruth??” ujarnya mengerutkan dahi bingung.
Gadis yang di panggil itu menoleh. “Ehh hai Nik!” ia melambai.
“Lo ngapain disini malam-malam gini?” tanya lelaki itu lagi, mendudukkan diri.
Ruth yang tadi tengah berdiri, berpose seolah sedang menatap foto keluarga di dinding kembali dibuat kikuk.
Ia berdehem. “Gu-gue tadi anterin…anterin…”
“Antar jaket gue, kemarin dia pinjam” sambung Ares setelah menutup pintu.
“Ohh” Nik hanya ber-o ringan.
Ruth bisa bernafas lega karena Ares baru saja menyelamatkannya, ia ikut melangkah dan mendudukkan diri di samping Nik, Ares juga duduk di sampingnya.
Posisi mereka selalu begitu, Ruth di tengah dan kedua lelakinya di kiri-kanan.
“Ngapain kesini?” Ares menyandarkan diri ke sandaran sofa.
Nik mengangkat bahu. “Kangen aja sama lo” jawabnya santai.
Ruth terkikik kecil sementara Ares sudah mengerlingkan mata tajam.
“Gue nginap disini ya, kasian lo tidur sendiri muluk” celetuknya lagi.
“Ada dia” balas Ares santai yang langsung memegang puncak kepala Ruth.
“Uhuk!” gadis itu kembali tersedak air liur sendiri merasa tangan Ares di kepalanya.
Sementara Nik, sudah menahan mual menyaksikannya.
“Belum sah woi, tahan dulu dong. Kalo udah nikah juga bisa tiap mal---Akh!!” ringis Nik sambil mengelus kepala karena Ruth yang langsung memukul kepalanya.
“Mulut tuh, jorok aja huh!” balas gadis itu kesal.
Ares mendengus kecil. “Ide bagus” ujarnya magut-magut sambil menerawang.
Ruth menoleh kaget. “Sembarangan!” tukasnya langsung menjitak kening Ares.
“Mulut lo berdua tu sama aja ya kayak Bagas ama Dipo, jorok mulu!!!” gadis itu pun mencubit lengan kedua lelaki yang duduk di sampingnya itu.
“Adududuh ampun Ruth ampun!! Sakit woi sakit!!” pekik Nik kesakitan.
“Iya iya maaf…maaf gak lagi…” ringis Ares juga kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...