Kaget ya? Nggak.
Ada yang kangen Ares Ruth? Nggak juga.Kado Natal untuk La pakai vomment aja, trims.
Kalau gak mau...yaudah, bye maksimal.____
🎵 Play Song: Back To December – Taylor Swift 🎵
Gemerlap langit tampak hitam, dihiasi oleh ekor-ekor berpijar yang terkelus di dinding angkasa dengan pantulan sinar bulan yang bersinar bening di ketenangan air.Desember tiba tak terprediksi, diawali dengan musim dingin yang menurunkan gumpalan-gumpalan salju putih di setiap sudut kota Paris. Salju turun dengan deras, menutupi atap-atap rumah seluruh penghuni kota cantik itu setiap malamnya.
Butiran salju turut menghiasi pepohonan natal yang berjejeran rapi di tengah kota dan di pinggir-pinggir jalan raya dengan lampu kelap-kelip yang semakin menambah suasana Natal kala itu.Para pejalan kaki merapat, sibuk berfoto seraya menyaksikan dua buah pohon natal besar yang didirikan di tengah kota, tepat di depan museum saat itu. Dengan topi Santa Claus yang merah putih di kepala dan kehangatan tangan masing-masing. Ada beberapa yang berpasangan, ada juga yang tampak senang menikmati kesendiriannya.
Ares menyusuri trotoar yang penuh salju di depannya, jari kanan dan kirinya mungkin tidak merasakan cuaca dingin kala itu karena selalu berada di dalam saku jaket tebalnya.
Tak peduli apapun yang terjadi, kedua tangannya seolah wajib berada di dalam saku. Kecuali kalau ada Ruth, jemari Ares mungkin lebih cepat pegal daripada hangat karena dipegang terus.
Meski mengenakan dalam jas hitam elegan, saat musim dingin seperti ini Ares merasa harus melapisi tubuhnya dengan jaket hitam pekat miliknya. Jaket yang diberikan oleh Ruth dua tahun lalu sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-30.
Menjadi jaket kesayangannya meskipun jaket kulit hitam yang selalu dipakainya saat zaman kuliah dulu sebenarnya masih awet. Katanya jaket dari Ruth adalah yang pertama, jaket kulitnya biarlah menjadi yang kedua.
Ares semakin bucin ya pemirsa, harap maklum.
Tangan Ares terulur, membuka pintu Roll Royce berwarna silver yang tampaknya memang sudah menunggu kedatangannya sejak tadi. Namun terhenti karena ponsel di sakunya terasa bergetar sehingga ia harus merogoh saku tersebut.
"Hm," sapanya dengan suara rendahnya yang tidak berubah sama sekali sejak dulu.
"Ayah!!!" terdengar suara cempreng yang super imut dari seberang. Ares mendengus, sebuah senyum kecil terukir di bibirnya mendengar suara itu.
"Ayah kapan terbangnya??? Ayah bawain pohon natal gak?? Gak usah ya Yah, aku sama Kak Mike udah buat pohon besaaaar dibantuin Bunda loh!!"
"Ayah jadi balik kan??? Aku sama Kak Mike udah buatin rendang untuk Ayah dibantuin Bunda juga!! Ayah mau kan iyakan??"
Ares tidak dapat membendung tawanya, ia tertawa kecil seraya membuka pintu mobil tersebut lalu mendudukkan diri ke dalam.
"Iya pulang" jawabnya singkat lantas menutup pintu mobil di sampingnya.
"Yeeeeay!!! Ayah terbang naik apa??? Kata Kak Mike numpang Superman, benarkah Yah???"
"Babe lu naik odong-odong buatan Paris Ze" sahut sebuah suara yang setelah diselidiki kembali ternyata suara Ray.
"Ish Om becanda ah! Ayah jawab Yah naik apa??? Masa naik odong-odong sih Yah????"
Ares mendengus kecil lalu berkata, "Pesawat."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...