Udah nunggu?
Ya udah, siapin tisu ya.Selamat membaca🍦
____
🎵Play Song : Skyscraper – Demi Lovato🎵
“Res??” cicit Ruth berusaha menenangkan diri agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Berpikir mungkin saja suara tadi adalah suara dari tetangga yang salah alamat, atau mungkin salah satu anak tetangga yang sudah lama naksir Ares jadinya menghalu saja.
Namun semakin lama Ruth menunggu, ia hanya mendengar samar-samar suara langkah dua orang yang sepertinya memasuki rumah, sementara telpon di tangan Ares masih melayang di udara dalam genggaman lelaki itu.
Ruth menghela nafas berat berusaha menetralkan jantungnya yang berpacu cepat, dan Ares benar-benar tidak bersuara sama sekali, seakan suara Ruth di telpon sudah tidak ada artinya lagi.
Suara cewek tadi kembali terdengar. “Aku udah sering dengar tentang Kakak di kampus”
“Ohh…iya” suara Ares terdengar menyahut.
Ruth menggigit bibir nyeri, tidak habis pikir mengapa Ares dengan santai berbicara dengan orang asing itu tanpa memedulikannya yang masih di telpon.
“Aku boleh duduk Kak?” tanyanya.
“Silakan” ujar Ares seperti mempersilakan orang asing itu dengan nada…ramah??!!
Ruth tahu betul siapa Ares, lelaki itu bukan tipe orang yang mudah sekali akrab dengan orang asing, apalagi berbicara dengan nada sehalus itu, apalagi malah membiarkan orang lain masuk ke rumahnya sembarangan begitu.
Ada kemungkinan besar, sesuatu sedang terjadi dan Ruth pastinya tidak bisa menjamin bahwa hal itu tidak buruk.
“Res” panggil Ruth memejamkan matanya yang mulai berkaca-kaca.
Tak ada sahutan dari Ares, entah karena telponnya masih di genggam atau memang karena Ares sengaja mengabaikan sambungan telponnya dengan Ruth.
“Itu siapa Res?” desaknya lagi, matanya mulai mengeluarkan bulir-bulir halus.
Namun Ares benar-benar tidak menyahut sama sekali, membuatnya semakin ingin menangis.
“Res plis jawab…” ulangnya dengan suara bergetar.
“Ares jaw---“
Tuutt!!
Sambungan telpon terputus begitu saja dari seberang, meninggalkan Ruth dengan seribu tanda tanya besar yang terpampang nyata di otak nya saat itu.
Ares memutuskan sambungan begitu saja?? Benarkah?? Apakah dia tidak salah dengar??
Ruth mencoba memejamkan matanya serapat mungkin, menahan sesak di dadanya yang terasa begitu menyakitkan dari yang pernah ia alami biasanya, seperti seseorang yang menderita asma dan penyakit itu kambuh saat si penderita sedang kritis, begitulah kira-kiranya.
Baru saja beberapa menit yang lalu mereka kembali baikan, sekarang masalah itu datang lagi, masalah baru dengan teka-teki yang baru pula, yang tidak bisa ia pecahkan karena sudah sangat jauh dari Ares saat ini.
Dilema baru melanda hatinya, membuatnya seakan tidak bisa berpikir dan berharap apa-apa lagi saat ini, membuatnya berubah menjadi putus asa untuk harapan besarnya ke depan, membuatnya menjadi meragukan Ares, meragukan semua permintaan maaf yang Ares katakan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...