“Tuan Ares?”
Seketika itu juga, pelukan Ruth dan Ares langsung terlepas, keduanya yang masih terlonjak kaget itu menoleh ke sumber suara.
“Maaf Tuan saya mengganggu” sosok Pak Rogan kembali bersuara rendah.
Ares meneguk liur, ia bingung apa yang pria itu lakukan di depan sini, namun ia hanya bisa berharap agar sekiranya Pak Rogan bisa diajak bekerja sama.
Tatapan Pak Rogan masih menginterogasi Ares, dan perlahan ia pun paham lalu menghela nafas sambil mengangguk samar setelah mendapat signal misterius dari sorot mata Ares yang dari tadi seakan memberitahunya untuk jangan mengatakan hal apa pun.
“Iya gak apa-apa” ujar Ares akhirnya dengan tenang.
Ruth yang menganga shock itu menatap keduanya secara bergantian.
Ia jelas-jelas tidak salah lihat, pria berjas itu adalah supir pribadi tetangga yang rumahnya tepat di depan sana.
Ruth pernah melihatnya sedang memarkirkan mobil di halaman rumah itu saat kemarin dirinya memasuki rumah tetangganya tanpa izin.
Tapi kenapa ia bisa mengenal Ares? Mengapa Ares juga kenal dengannya? Bukannya Ares sama sekali tidak punya kerabat di kompleks ini?
Atau jangan-jangan…
“K-kok kalian saling kenal??” selidik Ruth curiga.
“Lo kenapa bisa kenal?” Ares balik bertanya pada Ruth.
“Gue sih emang tau, kan kemarin pernah iseng-iseng masuk ke rumah itu” tunjuk Ruth kearah rumah besar di depannya, yang adalah rumah Ares.
Sebenarnya tanpa diceritakan oleh Ruth, Ares juga sudah mengetahuinya, karena waktu itu Ruth benar-benar menyelonong masuk ke rumahnya.
“Kenapa gak dijawab?” tukas gadis itu lagi menuntut Ares.
“Penting buat lo?” balas Ares sinis membuat Ruth terdiam dan mencibir kesal.
Pak Rogan yang menyaksikan percakapan keduanya itu pun hanya menggeleng perlahan, seakan mengetahui problem yang akan terjadi jika ia membuka mulut.
Untungnya ia sangat cakap dalam berdiam diri meskipun dia memang sangat jarang berbicara persis sama seperti Ares.
“Kok bapak bisa kenal Ares sih?” rupanya gadis itu masih belum menyerah.
Pria berjas itu tampak tertegun lalu memandang Ares panik.
“Ck, masuk aja sana gak usah banyak tanya” sergah Ares kesal.
“Ish iya iya, orang cuma nanya kok. Lagian---“
Ocehan Ruth terputus karena telapak tangan Ares yang besar langsung menangkup wajah gadis itu hingga wajahnya yang kecil tercover oleh tangan besar Ares.
“Masuk” perintah lelaki itu mendorong wajahnya sampai tubuhnya memasuki gerbang rumah.
Ruth tidak bisa melawan karena wajahnya tertutup tangan Ares.
Tubuh gadis itu pun sudah berada di dalam gerbang berjarak beberapa senti, sementara Ares kini berada di luar nya dan berjarak beberapa senti.
Ares melepas telapak tangannya yang menutup wajah Ruth, dan gadis itu pun memperlihatkan wajah cemberutnya yang masam karena Ares yang sama sekali tidak berperasaan.
Sementara lelaki itu masih berdiri di depannya, menatapnya intens sambil melipat tangan di dada tanpa bersuara.
“Kenapa diam?” suara Ares memulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...