Bram menepikan mobil putihnya ke dalam halaman rumah yang lumayan luas itu.
Setelah mematikan mesin mobil,ia melangkah memasuki rumah bercat putih abu-abu yang telah di renovasi olehnya dalam seminggu yang lalu.
Menurutnya sudah sangat layak untuk dihuni,walau setelah ditinggal belasan tahun rumah lamanya ini tidak tampak usang,bahkan isinya juga masih seperti semula.
Ia memandang sebuah foto keluarga yang berpigura kecil di atas meja,dengan helaan nafas Bram meraih foto itu dan menaruhnya ke dalam laci.
Ketika ingin menyusuri area belakang rumah,ponselnya tiba-tiba berbunyi.
Ia merogoh saku celana dan menerima telpon itu.
"Sudah lama sekali,Bram..." sebuah suara lelaki layaknya perokok berat terdengar.
"Ini siapa?" tanya Bram tak mengerti dan merasa agak familiar dengan suara itu.
"Bahkan kamu sudah lupa dengan suara ku ini?" katanya lagi mendengus.
"Maaf,saya benar-benar tidak tau siapa anda" balasnya masih meneliti suara khas itu.
"Ayolah,kamu sudah berhutang banyak padaku" katanya lagi tertawa ringan.
Bram mencoba berpikir keras,dengan siapa dia menaruh hutang?
Kehidupannya sudah lumayan berkecukupan dan rasanya tak pernah menyimpan hutang dengan siapa pun.
"Masih butuh petunjuk?" suara itu muncul lagi dan kali ini Bram sepertinya ingat sesuatu.
"Baron?" tanyanya memastikan bahwa tebakkannya benar tentang suara yang familiar itu.
Suara tawa membahana terdengar pecah di seberang sana.
"Tau juga" katanya sambil meredakan tawanya.
"Ini Baron? Astaga sudah terlalu lama!" sahut Bram sangat berantusias.
"Jadi gimana kabarmu Bram? Masih dengan yang dulu?" katanya membuat sedikit candaan.
"Baik untungnya. Jangan buru-buru bahas istri,kita ketemu aja dulu"
"Ketemu ya.. Sore ini aja di tempat tongkrongan kita biasa"
"Baik,sore ini.Sampai ketemu!"
Bram menutup telponnya,sudah sangat lama rasanya tidak berkabar dengan sobat lamanya itu.
*
Mila mengendus-endus tajam dengan hidungnya yang lumayan mancung itu ke seluruh penjuru kelas,seperti mencari aroma tertentu ia memejamkan mata berusaha keras.
Ruth yang baru selesai mencatat materi di depan menguap ngantuk lalu memperhatikan tingkah Mila yang benar-benar kayak anjing mengendus mangsa di sampingnya.
"Mil,lo sakit ya?" komentarnya risih karena dari tadi Mila terus mengendus-endus ke kepalanya.
"Jeng,lo gak keramas berapa hari sih?"
" Bau rambut lo tuh udah kayak bau pete campur terasi tau gak?" kata Mila setelah menemukan aroma menyengat yang ia cari dari tadi.
"Hah emang iya?" Ruth meraba dan mengusap-usap rambutnya.
"Iya ya,parah bau banget.Baru lima hari juga gak keramas" celetuknya sambil mengendus rambutnya sendiri yang bau apek.
"Lima hari??!!!" teriak Mila heboh hingga seisi kelas yang awalnya sibuk bergosip menoleh.
"Alay banget sih!" balas Ruth sambil menoyor kepala sobatnya yang mulai kurang waras ini.
"Lo kebanyakan makan micin sih,makanya alay" ujarnya lagi sambil merapikan buku-bukunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...