"Antares?"sapa Bu Sinta.
Dosen killer yang saat ini tengah mengajar di depan kelas sebelum Ares membuka lebar pintu kelasnya.
Hari ini wanita tua itu nampaknya tidak terlalu bersahabat untuk mengajar,dengan bibir tebalnya yang penuh lipstik merah,dan kerutan di wajahnya yang berhasil tersamarkan oleh bedak apalah itu,percayalah mukanya tampak setebal papan.
Di tambah lagi kesialan Ares yang malah bangun telat dan datang terlambat satu jam hari ini.
Benar,satu jam.
Sekarang sudah jam kedua untuk kelas Bu Sinta,dan itu musibah buruk baginya.
"Jagoan kita Antares.Saya baru tau ya Res,kelas saya sekarang dimulai jam sepuluh,terima kasih banyak karena kamu sudah ingat dan datang tepat waktu" ujarnya dingin sambil merapikan anak rambutnya yang keluar-keluar,tanpa berniat memuji keberanian Ares.
Semua yang ada di kelas tampak hening,suara air liur ketelan juga mungkin bisa terdengar,tak ada yang berani ribut atau sekadar ngupil barangkali.
Ares biasa aja.
"Ngapain aja kamu sampai telat selama ini?" tanyanya tanpa benar-benar bertanya.
"Merokok" jawab Ares ringan seolah yang baru aja ngomong itu Bagas.Bu Sinta tertegun.
"Oke.Akan lebih bagus kalau kamu datang lebih awal lain kali,sekarang kelas saya penuh,kamu boleh cari kelas di luar sana karna saya rasa ini pasti sudah kepuluhan kalinya kamu terlambat" ujar Bu Sinta lagi dengan nada yang tak enak didengar dan sinis.
"Saya udah dapat kelas" potong Ares yang juga sinis lalu melangkah sebelum si tua itu ngamuk-ngamuk gak jelas.
Dasar tua bangka keriputan,emang dia kira dia dosen tersenior di sini.
***
Ribut.
Kelas XII IPS 2 ini benar-benar akan buat Ruth dan otaknya yang pas-pasan itu mabuk berat.
Sudah dua jam yang lalu kelas mereka kosong,entah gurunya di mana,lagi mandiin kucing barangkali.
Mereka sibuk melakukan aktivitas apapun yang bisa,ngerumpi,main bola seolah kelas ini lapangan bapak mereka,konser sendiri di atas meja dengan dua atau tiga penonton lebay,teriak gak jelas dengan dramatis,belum lagi yang juga ikutan dangdutan di meja lain seperti orang yang habis obat.
Ruth yang sebenarnya juga sering ribut kali ini gak tahan.
Cewek itu menyumbat lubang telinganya dengan tisu sambil menjambak rambutnya ala pemain sinetron yang di tinggal selingkuh oleh suaminya.Memang cukup miris.
"Kalo gini terus bisa gangguan jiwa gue disini.Cabut yuk Mil,gak tahan gue" Ruth menambah kembali sumbatan di telinganya yang udah mempat oleh tissu.
"Gak nyali gue,lo mau di skors?"
"Apalagi kepala sekolah kenal baik sama bokap lo,berabe ntar kalo ketauan bolos" kata Mila yang yang terlihat sok sabar mendengar keributan dahsyat ini.
"Yah elo mah,urusan itu belakangan aja deh,yang penting gimana caranya supaya ni kelas gak buat gue kayak mabuk laut" kata Ruth mengeraskan suaranya.
"Ya menegetehe,emang gue psikiater yang bisa nenangin gangguan jiwa mereka.Liat tuh,pada blo'on semua,perlu di rukiyah nih mereka" Mila menunjuk orang-orang yang asik sendiri itu.
Ada geng cewek-cewek pergosip dengan masing-masing kipas di tangan,dan masih banyak lagi yang bisa buat stress kalau di liat.
"Udah ah,kalo ada guru bilang aja Ruth sakit kepala butuh terapi otak di pasar sayur" Ruth mengemas buku-bukunya dengan pikiran yang sudah mabuk laut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...