"Gue udah pernah bilang ke bos brengsek lo,untuk jangan coba-coba ngirim pasukan gak berguna buat nyerang teman gue!"
"Cabut lo sekarang!" seru Ares geram sambil menunjuk arah keluar jalan dan membantu temannya yang bonyok dengan lebam di wajah.
Orang-orang yang di hajar habis oleh Ares segera kabur dari sana,berlari terbirit-birit.
"Lo oke Po?" Ares membantu temannya yang bernama Dipo itu,ia duduk dengan terengah-engah.
"Gue gak apa-apa.Thanks Res" katanya lelah.
Satu jam yang lalu Ares melakukan aktivitasnya seperti biasa,merokok sendirian di depan tangga ditemani sebuah gitar tuanya.Ia melihat beberapa orang---sekitar lima orang---melangkah terburu-buru melewatinya.
Awalnya Ares tidak peduli,tapi setelah mengingat kembali bahwa ia pernah melihat wajah-wajah orang itu beberapa kali,Ares segera membuntuti mereka diam-diam.
Dan ternyata benar,mereka menghajar habis-habisan Dipo yang baru pulang membeli rokok dari sebuah warung kecil.
Melihat hal itu Ares tidak tinggal diam,Ares menghajar mereka semua hingga bonyok.
Memberi bogem-bogem mentahnya kepada orang-orang brengsek adalah kebiasaan Ares dari kecil,sejak ibu meninggal dan saat ayahnya...
"Res?" panggil Dipo menyadarkan Ares dari pikiran kosongnya.
Ares tersadar,ia segera menopang Dipo berjalan dengan mengalungkan tangan Dipo di lehernya.
Mereka tiba di depan sebuah rumah tua yang sepi dan gelap.
Rumah itu adalah markas mereka dulu,saat masih membentuk sebuah gangster,tapi sekarang tidak terpakai lagi,dan tempat itu diberikan kepada Ares,sebagai anak bawangnya Kang Baron.
Walau mereka yang lainnya masih bebas untuk bersantai di sana.
Ares membuka pintu lalu menyalakan lampu yang remang kekuningan.Ia duduk di samping Dipo yang segera melangkah mencari kapas.
"Kang Baron nanya kabar lo"ujar Dipo yang kembali duduk sambil membersihkan lukanya.
Ares mendengus lalu meraih bungkusan rokoknya.Ia membakar ujung rokok itu dan menghisap rokoknya tanpa banyak bicara.
"Kita semua butuh lo.Elo yang paling kuat" Dipo membuka bajunya,mencabut sebatang rokok dan membakarnya.
Ares bangkit menuju jendela dan memandang keluar.
"Gue yang paling buruk"kata Ares menikmati rokoknya.
"Gak ada yang tau kenapa lo misahin diri,padahal Kang Baron udah nganggap lo kayak anak sendiri" kata Dipo menghembuskan asap rokonya sambil berbaring.
"Justru itu..."Ares membuang rokoknya lewat jendela.
"...gue gak butuh ayah" Ares melangkah keluar,meninggalkan Dipo sendiri di sana.
---Tiga puluh menit kemudian Ruth sampai di depan halte bus favoritnya ini,untuk yang ketiga kalinya.
Dia melepaskan tasnya dari gendongan dan mengambil hpnya dari sana.
Mengetik chatnya untuk bunda sambil celingak-celinguk,siapa tau ada teroris.
Bun,Ruth pulang agak lama.Ada urusan sama Mila
Kali ini Ruth harus berbohong kepada bunda untuk kedua kalinya,memanfaatkan waktu les untuk hal-hal yang tidak penting,tapi menurutnya penting.
Setelah itu Ruth kembali memasukkan hpnya kedalam tas dan mulai beranjak dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...