"Ohhh... Gitu" komentar Bagas akhirnya setelah mendengar penuturan Ares bahwa dirinya akan meninggalkan rumah usangnya ini.
Sementara Dipo hanya magut-magut mengikuti alur ceritanya yang benar-benar singkat itu.
Ares terpaksa memberitahukan kedua konconya ini karena dari tadi ia didesak terus oleh keduanya yang saat itu melihat Ares sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam tas dan koper.
"Ternyata lu bukan anak jalanan ya res" ujar Bagas lagi menepuk bahu Ares.
"Ck, lo kira gue lahir di selokan?" balas Ares ketus sambil mengancingkan tasnya.
"Bokapnya aja pengusaha, Gas" celetuk Dipo membuat Ares mengerlingkan mata tajam.
"Hah?? Seriusan lu??? Wah res, perut gue udah lama gak ngerasa makanan mahal nih" ujar Bagas berubah manis ke Ares.
"Res... Traktir dong, yang mau pindahan" katanya lagi mencolek-colek lengan Ares.
"Gue gak punya duit" sahut Ares acuh tak acuh, menepis colekan Bagas.
"Pelit amat lu, anak orkay juga!" Bagas menoyor kepala Ares.
"Yang banyak duit bukan gue, tapi bokap" balas Ares ringan.
"Kan lu anaknye, tinggal minta duit buat traktir temen makan gitu, susah amat" kata Bagas bersikeras memaksa sobatnya ini.
"Ck, iya iya. Seterah lo!" ujar Ares malas.
"Dih.. 'seterah' katanya HAHAHA!!!" celetuk Dipo mendekat sambil terbahak diikuti Bagas.
Ares tampak tak tersadar akan ucapannya, lalu berdehem sok cool.
"Typo" ralatnya berusaha acuh tak acuh.
"Gada typoan! Udah salah,nyaring lagi HAHAHA!!!" tawa Bagas makin menjadi-jadi.
"Anak batu bisa bego juga ternyata" tawa Dipo juga tak henti-hentinya.
Ares hanya memutar bola matanya malas,mendengar kedua orang ini menertawakannya.
Ia menyelesaikan packing nya dari kamar. Ares akan pindah siang ini, karena siang ini tidak ada kelas, dan tentunya Ares tak peduli akan hal itu.
Ares menyerahkan rumah ini untuk Bagas yang sebenarnya tak punya orang tua itu.
Latar belakang hidup Bagas sebenarnya lebih gaje daripada Ares.
Setahu Ares, Bagas dulu diadopsi oleh keluarga yang lumayan berada namun entah mengapa Bagas selalu menghindar jika disinggung soal orang tua angkatnya, lagipula Bagas juga selalu menuntun kemana perginya Ares dan Dipo,makanya dia selalu tinggal disini.
Sementara itu, Dipo sebenarnya anak orang yang juga lumayan berada sama seperti Ares.
Namun orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tak pernah menyempatkan diri untuk menemaninya.
Dipo juga anak broken home sama seperti Ares, ia jarang pulang ke rumah dan bahkan bisa tidak pulang dalam sebulan. Makanya, Dipo juga selalu tinggal disini.
"Lu kapan berangkat res?" tanya Dipo mengikuti langkah Ares keluar kamar.
"Bentar lagi. Kenapa?" tanya Ares balik sambil menduduki diri.
Bagas dan Dipo ikutan duduk.
"Kita ikut ya??" celetuk Bagas cengengesan yang sepemikiran dengan Dipo.
"Hhh terserah" jawab Ares pasrah, karna kalau dilarang juga gak bakal mempan.
"Res, sejak kapan lu pake kalung segala??" ujar Dipo terheran-heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...