Kina melempar ponselnya sembarang ke atas kasur dengan emosi yang masih mendidih panas.
Ia mondar-mandir sambil menggigit kuku, berpikir secara keras.
“Ares punya pacar?” gumamnya sendiri masih berpikir.
“Gak mungkin! Itu pasti cuma akal-akalan Ares aja supaya gue gak ngejar-ngejar dia lagi”
“Tapi siapa cewek yang berani-beraninya ngaku jadi pacar Ares itu?”
Ia membayangkan kembali gadis yang tadi mengangkat telponnya dan bahkan lebih galak darinya.
“Dasar cewek gila! Dia kira semudah itu buat dapatin hati Ares?” ia tertawa sinis.
“Hati Ares itu kayak baja, dan kalau pun bisa luluh itu pastinya cuma bisa oleh gue, karna gue cewek pertama yang berani dekatin Ares” ujarnya panjang lebar dengan mantap.
Sekitar beberapa menit gadis berambut panjang itu berkutat dengan pikirannya, ponselnya di atas kasur berbunyi, sepertinya ada seseorang yang menelpon.
Kina melangkah meraih ponselnya, dan tertera nama Rald di layar.
Dengan malas ia mengangkat telpon dari Gerald yang mungkin sudah puluhan kali membunyikan ponselnya seharian ini.
“Udah deh gak usah ganggu gue terus bisa gak sih?” tukasnya langsung dengan ketus.
“Dengerin gue dulu, ini penting” balas Gerald tak sabaran.
Kina menghela nafas.
“Ck, apaan? Palingan juga hadiah gak jelas lo yang biasanya buat nyogok mami biar bisa kesini. Iyakan?” sindirnya malas.
“Bukan itu Kina sayang” sahut Gerald berusaha lemah lembut penuh cinta.
Membuat Kina jijik mendengarnya, padahal Gerald tak begitu buruk, ia juga tampan.
Namun Ares jauh dibanding itu, di mata Kina Ares adalah definisi dari Dewa Yunani yang nyata.
“Lo masih suka sama Ares?” tanya Gerald akhirnya.
“Gak cuma suka, gue juga sayang sama dia” jawab Kina mantap, berharap Gerald menyerah.
“Lo yakin masih suka sama orang yang udah punya cewek lain?” kata Gerald sinis.
Kina menegakkan tubuhnya serius mendengar perkataan Gerald.
Jadi, benar?
“Jangan ngarang sembarangan lo! Lo gak tau ya, Ares tuh gak pernah mau dekat-dekat cewek” balas Kina membantahnya.
Gerald tertawa sinis.
“Gue liat pake mata kepala gue sendiri barusan. Mereka jalan ke Waduk Pluit” tutur Gerald.
“A-apa??!!!” seru Kina shock sambil menggigit bibir tak tahan.
Gerald makin tertawa puas, berharap penuturannya bakal buat Kina melupakan Ares. Secepatnya.
“Gak mungkin! Lo bohong kan Rald?? Iyakan???” tanyanya tak sabaran.
“Ayolah, apa gue pernah bohong ke lo?” jawab Gerald mendengus.
“Bisa jadi kan mereka cuma temenan trus jalan berdua" sungkal Kina lagi.
“Gak mungkin cuma teman kalau sandar-sandaran, pegangan tangan segala” kata Gerald.
Kina terdiam frustasi, siapa gadis yang bisa-bisanya mencuri hati Ares yang sekeras batu itu?
“Lupain Ares Na, gue ada disini, gue lebih sayang sama lo"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...