"Ya udah,anterin gue" Ruth menyilangkan kakinya anggun yang malah tampak aneh,di depan Ares dan Dipo.
Sudah beberapa jam dan mereka berbincang banyak hal beberapa menit yang lalu,tentang orang utan,tentang burung yang sesat ke pohon beringin,tentang fenomena alam,tentang Tsunami yang melanda Palu saat ini.
Benarkah? Dari tadi Ruth cuma ngomong sama Dipo seorang.
Ares? Menurut Ares,lebih baik menghabiskan sebatang rokoknya di jendela dari pada harus mendengar ocehan Ruth yang gaje dengan Dipo.
Ares menoleh,merasa kalimat Ruth barusan yang ditujukan padanya.
Dipo sama terkejutnya dengan Ares,tapi bedanya Ares terlihat biasa aja.
Ares menatap Ruth lama,sampai-sampai Ruth bisa membaca pikiran Ares saat ini.
Ia masih diam,dan Ruth berasa melihat patung saat ini.
"Oke kalo gitu ayo!!" dan sekarang Ruth berasa megang patung,karna tangan Ares yang dipegangnya tidak bergerak.
Ruth mencoba menariknya.Btw,maafkan bahasa inggris Ruth yang belepotan.
"Ngapain lo?" Ares dingin sambil menepis tangan Ruth yang memegangnya.
"Lagi maksa Ares buat anterin gue pulang. Ares gak liat?"
"Anterin gue ya??"
"Ayo dongg!!"
"Bentar lagi malam nihh"
"Cewek kan harus takut gelap biar cowok mereka bisa nganterin pulang"
"Nggak!" tolaknya mentah-mentah.
"Ayo dong resss"
"Plissss ya??"
Ares menoleh malas ke Dipo yang dari tadi cekikikan melihat mereka terdiam dan membentuk huruf V dengan dua jarinya untuk Ares.
Ares memandang keluar jendela,langit terlihat agak menggelap,lalu Ares mendapati Dipo yang tersenyum jahil.Untuk yang kedua kalinya.
Ia kembali melirik malas gadis yang sedang menatapnya ini.
"Waktu itu lo gak mau anterin gue karna ada bus,sekarang udah gak ada bus,lo masih gak mau?"
"Wah parah lo Res,lo kira gue anak karate yang berani pergi kemana aja sendirian?"
"Res!" panggil Ruth lagi melihat Ares yang malah melangkah keluar rumah.
Hari emang udah agak remang,makanya Ruth takut.
Ares menoleh di balik pintu yang terbuka sedikit.
"Gue gak suka nunggu!" sahutnya cuek.
Kalimat singkat yang mulai menjadi kesukaan Ruth saat ini.
Cewek itu mengedipkan mata ke Dipo sebelum melangkah keluar menyusul Ares.
Horee!!gue dianter!!Pekiknya kesenangan.
Saat Ruth akan bersorak heboh,Ares udah duluan melangkah keluar halaman rumah meninggalkan Ruth yang bermuka masam.
Ares berjalan di depannya berjarak sekitar satu meter,dengan gaya juteknya seperti biasa.
Jaket dikunci,tangan di dalam saku,topi jaket di kepalanya,tampak cocok dengan postur tubuh tingginya.
Dan yang membuat semua itu lebih keren,Ares tidak memegang rokok.Ruth suka itu.
Ruth terhenti,nafasnya ngos-ngosan mengikuti langkah Ares yang besar dan panjang.
Ares juga ikutan berhenti,ia memutar badan ke belakang mendapati Ruth yang sedang berjongkok capek di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...