___
Beberapa bulan berlalu, begitu cepat sehingga tidak dapat diceritakan betapa singkat nya enam bulan ini.
Ruth menggila dengan segala aktivitas kampusnya yang semakin merajalela, mari maklumi karena dia mahasiswa baru, di Negara orang pula dengan banyak nya hal yang perlu diadaptasi, betapa susahnya ia melewati semua itu.
Namun karea dia bukan tipe orang yang introvert, jadi mudah baginya untuk mendekat dengan lingkungan hidupnya yang serba baru, banyak hal yang dipelajari dan bisa diambil manfaatnya dari beradaptasi dengan hal baru.
Ares, jangan ditanya betapa lelaki ini juga lebih sibuk dibanding pacarnya di Paris.
Meski rada menyesal karena empat tahun kuliah hanya untuk menghilangkan bosan dna stress, tidak betul-betul belajar dan menekuni perkuliahan.
Ares bersyukur masih bisa ikut skripsi dan tugas akhir, setidaknya itu lah hal yang bisa ia nikmati saat ini.
Ditambah lagi kesibukan kantor dengan ayah, Ares harus mengatur waktu kuliah dengan pekerjaan kecilnya di kantor ayah.
Walau pun sebenarnya ayah tidak memaksanya untuk bekerja sekeras ini, namun Ares benar-benar ingin melakukannya, ia bekerja setekun mungkin.
Desember, bulan yang penuh dengan dinginnya salju dan musim yang begitu dingin di Perancis, begitu juga di Indonesia meski hanya sekedar hujan biasa namun memang musim dingin.
Libur akhir tahun telah tiba, hanya sebentar kurang lebih dua sampai tiga minggu untuk menikmati libur musim dingin hingga akhir pekan berikutnya.
Satu minggu sudah Ruth berdiam diri di Paris menikmati libur musim dinginnya, ia belum bisa pulang karena ada beberapa tugas yang harus diselesaikan sebelum libur berakhir.
“Iya bun, sabtu aku pulang” Ruth meletakkan gelas kopinya ke atas meja setelah menyesapnya beberapa kali.
Ia pun melangkah menuju jendela kamar, memandang salju-salju putih yang terus berjatuhan ke tanah, membuat benda-benda yang ada di bawah sana tertutup salju yang putih.
“Kenapa baru sabtu ini sih jeng? Kenapa gak dari minggu lalu kan kalian udah libur dari seminggu yang lalu kata nya” komentar bunda sewot, kedengarannya wanita itu sedang berada di dapur.
Ruth tertawa kecil. “Ada tugas bun lagian aku juga pengen ngerasa musim salju disini, di Indo kan gak ada salju-saljuan”
“Iya sih tapi kan udah kangen ini, lama loh gak ketemu, jarang skype an lagi abis kamu sibuk terus” sungut bunnda lagi.
“Ya maaf mau gimana lagi namanya juga mahasiswa, disini tuh gak kayak di Indo, ada tugas harus langsung kerjain gak boleh lalai”
“Yawes, kalo gitu bunda tutup dulu, mau nemenin Ray cari bola basket” ujar bunda.
“Itu anak ya manja banget, beli bola aja pake ditemenin segala ish” komentar Ruth sewot.
“Heh lampir gue denger ya!” celetuk suara Ray di seberang sana membuatnya terkekeh.
“Yuk bun gak usah ngomong sama anak jalanan lagi keburu sore ntar!” ajak Ray lagi dan terpaksa bunda pun menutup telpon setelah berpamitan dengan Ruth barusan.
Gadis itu menggelengkan kepala pasrah, tidak habis pikir mengapa adiknya itu begitu manja padahal cowok, udah besar pula masih saja begitu. Kalau dipikir-pikir, Ruth juga manja hanya saja dia tidak mnegakuinya.
Ruth meletakan ponselnya, berniat keluar kamar namun matanya terpaku kepada kertas origami oranye yang ia tempel di depan meja belajar, membiarkan semua tulisan di dalamnya terpampang dan bisa terbaca begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...