La mau tau, siapa yang kangen Ares- Ruth. Absen dulu dari daerah asal kalian!
Selamat membaca!
---oOo---
Bunda berulang kali mondar-mandir sambil terus memandang ponselnya di atas meja, menunggu sebuah panggilan yang dari tadi sore ia nantikan, yakni panggilan dari Ruth.
Demi apa pun sekarang sudah malam, senja sudah berakahir beberapa jam yang lalu, dan saat ini mungkin sudah jam setengah tujuh malam.
Hal itu lah yang membuatnya khawatir, Ares dan Ruth yang sepagi tadi jalan belum pulang juga sampai malam ini, keduanya pun tidak ada kabar sama sekali, bunda sudah mencoba menelpon namun nomornya tidak aktif.
Wanita paruh baya itu tidak akan masalah jika Ruth pergi bersama Ares, lagipula ia sudah mempercayai Ares sepenuhnya untuk menjaga Ruth.
Yang ia cemaskan hanya keselamatan kedua remaja itu, siapa yang tahu bahwa kejadian yang tidak-tidak bisa saja terjadi kepada mereka.
Seperti insting ibu-ibu pada umumnya, itulah yang bunda rasakan, makanya sejak tadi ia bingung sambil mondar-mandir di ruang tengah.
“Mikirin apa sih bun, cemas amat” komentar Ray yang baru saja menduduki diri dengan segelas susu di tangannya.
“Ini kakak mu sama Ares belum pulang juga” jawab bunda masih gelisah.
“Yaelah bun santai kali, bang Ares itu jago kelahi gak usah diraguin lagi soal itu mah, Kak Ajeng pasti aman lah” Ray meneguk susunya sedikit.
Bunda menyimak perkataan Ray lantas menduduki diri. “Tau darimana kamu?”
“Anak-anak di sekolah sering ngomongin dia, raja tawuran tuh orang jangan macem-macem"
"Apalagi waktu itu tuh pas ada tawuran besar antar kampus, bang Ares yang jadi jagoan, uh hebat banget nonjok orang.. Wush!! Duak!! Brakk!!”
Bunda ternganga bengong menyaksikan anak lelakinya yang saat itu meninju udara, membuat jurus silat, entah apakah namanya, mungkin Ray berusaha meniru gaya Ares yang sedang ia ceritakan.
“Kamu bisa tau itu dari mana sih?” tanya bunda tak habis pikir, sedikit tidak percaya dengan cerita Ray yang keliatan dibuat-buat.
“Sebenarnya waktu itu, bang Ares nolongin aku bun hehe” Ray menggaruk tengkuk lantas menyengir.
“Waktu itu emang ada tawuran, dan sebenarnya bang Ares gak ikutan, dia terlibat karna nolongin aku” tutur Ray lagi.
Ia bercerita kepada bunda, bahwa waktu itu ia sedang bersiap pulang sekolah, memang salahnya sendiri karena ikut-ikutan Rangga untuk langsung pergi tanpa menunggu jemputan Pak Bobo.
Saat melewati beberapa area kampus, keduanya tercegat karena aksi yang ramai itu, mereka terpisah ditengah-tengah dan Ray pun hampir saja kena pukul karena orang-orang disana hanya memukul dengan brutal tanpa peduli siapa yang mereka pukul.
Untungnya sosok Ares datang, Ray bilang waktu itu ia tidak ingat Ares muncul darimana yang jelas dirinya sudah ditolong dan di dorong dari sana.
Ia mundur sambil menyaksikan Ares yang tadi menolongnya saat itu sudah ikut berkelahi dengan orang-orang disana, padahal Ares sama sekali tidak ada hubungannya dengan itu.
Ray tidak bisa mengucapkan terima kasih kepadanya karena Pak Bobo keburu datang.
Lagipula setelah itu Ares tidak kembali kepadanya, lelaki berjaket hitam itu hanya melangkah menjauhi keramaian dengan wajah dinginnya, tanpa mempedulikan Ray yang ingin berterimakasih kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ares. Preman kampus. Dingin, sedingin musim salju di Antartika. Skeptis dan kasar, tidak peduli pada siapapun. Ruth. Anak SMA. Cerah, secerah musim panas di Jepang. Hiperaktif dan konyol, naksir berat dengan Ares. Ini tenta...