Bab 2 / Part 4

3.3K 584 62
                                    

Langit tampak berangsur merubah warna. Terik baskara yang mulai tidak begitu menyengat, sama sekali tidak membuat hati Irene senang. Ya, gadis itu tidak akan senang sampai menemukan tempat untuk berlindung.

“Kakak, mau minum?” tawar anak kecil itu.

Irene menggeleng. “Tidak, kau saja yang minum.”

“Tapi kakak tidak menenguk air sedikit pun.”

Irene menyadari jika bibir dan tenggorokannya kering. Namun, gadis itu tidak dapat meneguk air yang mereka punya. Air yang hanya sisa sedikit. Terlebih Irene masih bisa bertahan, berbeda dengan anak yang gadis itu bawa. “Kakak tidak apa-apa.”

Keduanya terus berjalan menelusuri hamparan gurun, berharap menemukan perkampungan untuk mereka berdua bermalam. Tidak apa-apa jika mereka hanya menemukan gubuk atau pun bangunan kosong. Yang terpenting adalah ada tempat untuk bernaung.

Dan lihat, baru saja Irene berharap dalam hatinya. Tuhan kembali mengabulkan doa gadis tersebut. Kini tampak dari kejauhan dua kuda dan penunggangnya memacu kuda dengan cepat ke arah mereka. Irene terdiam memandang dua pemuda yang makin lama makin terlihat jelas.

“Mengapa kalian ada di sini?”

Pertanyaan itu membuat Irene sejenak memandang anak yang ia bawa dan beralih melihat pemuda yang bertanya padanya. “Kami dari—“ belum selesai Irene menjawab, pemuda satunya lagi memotong ucapan.

“Apa kau korban perang yang selamat?”
Irene mengangguk cepat, yang kemudian membuat kedua pemuda itu saling berbicara satu sama lain. “Kami akan mengantarkanmu ke pengungsian terbesar. Semua korban perang yang selamat ada di sana. Ayo naik!”

***

Taehyung sekarang sedang berdiri di depan seorang jenderal bintang empat. Pangkat yang tinggi di dunia tentara, siapa lagi jika bukan ayahnya. Jika Taehyung telah berdiri di depan sang jenderal maka bisa dipastikan bahwa tangan kanan ayahnya telah melaporkan kesalahan tempo hari. Ya, Taehyung mengaku bersalah karena telah berani mencampurkan urusan pribadi dalam tugasnya. Melindungi dan memberi makan gadis yang seharusnya dibunuh. Benar-benar sesuatu yang melanggar peraturan.

“Kau tahu apa yang membuatmu berdiri di sini?”

Taehyung terdiam dengan pandangan yang lurus ke depan. Tangan yang lelaki itu lipat ke belakang, memberikan kesan kaku yang membuatnya terlihat sangat angkuh. Mata tajam itu, tidak sedikit pun melirik sang ayah yang berada di depan.

“Cepat katakan! Apa kesalahanmu?” Suara tegas sang jenderal tidak membuat Taehyung takut sama sekali.

“Ayah hanya perlu menghukumku tanpa perlu aku menjelaskan kesalahanku.”
Ayah Taehyung menatap anaknya tajam dengan wajah yang menahan amarah. “Aku menskorsmu. Pergilah ke Korea! Renungkan kesalahanmu. Aku tidak ingin melihat wajahmu di hadapanku selama aku tidak mengizinkanmu pulang!”

Taehyung tidak menjawab sama sekali, lelaki itu tahu itu kesalahannya dan pantas menerimanya. Taehyung berbalik, tanpa memberikan salam seperti biasa. Lelaki itu meninggalkan ruangan dan bergegas pergi ke markas untuk mengemas barang.

“Kau mendapat tugas?” tanya rekan Taehyung saat melihat dirinya mengemas semua barang. Yang ditanya hanya diam, tampak tidak memedulikan pertanyaan tersebut.

Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang