Part +38

1.7K 310 110
                                    

Irene mengerjapkan mata kala menyadari bahwa suaminya tidak berada di sampingnya. Hanya ada dirinya seorang di ranjang besar milik mereka. Ia mengedarkan pandangan pada luar tirai. Di sana berdiri seorang lelaki yang ia cari. Memandang ke arah luar jendela di temani oleh sunyinya malam. Tubuhnya tergerak untuk mendekat pada lelaki itu. "Kenapa kau tidak tidur?" tanya Irene seraya melingkarkan tangan pada perut suaminya.

"Kau bangun?"

Irene menghela napas menyandarkan kepalanya pada punggung lelaki itu sebelum berniat untuk menjawab.

"Kau masih memikirkan perkataan bibi?" kali ini Irene berusaha untuk menatap wajah Taehyung dari balik punggung lelaki itu.

Lalu lelaki itu tersenyum kecil, senyum yang mengisyaratkan bahwa perkataan Irene itu sangat benar. "Bohong jika aku berkata tidak." Taehyung menunduk mengelus pelan tangan Irene yang melingkar di perutnya. "Ayo, kita tidur," ucapnya seraya berbalik namun Irene menahan dengan menyentuh dadanya. Wanita yang kini berstatus sebagai ibu beranak satu menyentuh dadanya.

Sesaat kedua mata mereka bertemu diiringi dengan angin malam yang berhembus. Taehyung tidak dapat menebak, apa yang akan wanita itu katakan.

"Jika kau rindu, merasa bersalah dan membuat hatimu tidak nyaman. Pergilah... temui ayahmu. Ia satu-satunya yang kau punya, kan?" Kini, Irene menyandarkan kepalanya pada dada Taehyung dengan nyaman serta tangan yang tidak lupa ia lingkarkan pada pinggang lelaki itu.

"Ayah sudah tidak menganggapku anak, kata-kata itu yang selalu menahanku untuk pergi menemuinya."

"Ia pasti tidak bersungguh-sungguh."

Taehyung terdiam sejenak. "Lalu bagaimana denganmu?"

"Apa?" Irene mendongakkan kepalanya.

Taehyung menangkup kedua pipi Irene sebelum ia menyatukan dahi mereka. "Apa kau ikut denganku jika aku pergi menemui ayah?"

Irene menjauhkan sedikit wajahnya. "Tidak, dengan adanya aku, itu akan makin memperburuk suasana. Aku akan baik-baik saja di sini bersama baby Val. Ada bibi tetangga juga. Kau tidak perlu khawatir."

Taehyung tersenyum. Kecupan berkali-kali ia berikan pada istri yang sungguh sangat memahami dirinya. Irene adalah anugerah terindah dan dirinya adalah lelaki yang paling beruntung di muka bumi ini. "Aku belum bisa menentukan akan pergi atau tidak, aku perlu mempersiapkan diriku untuk bertemu ayah setelah sekian tahun."

"Apapun keputusanmu, aku akan mendukungnya..."

Taehyung terkekeh pelan. Namun sedetiknya, ia terdiam memandang wajah Irene yang menatapnya. Tatapan wanita itu berbeda, dirinya berpikir sejenak. Jika istrinya itu sudah menatapnya seperti itu, pasti ada sesuatu yang wanita itu inginkan. Ayolah, ia sangat hapal dengan gelagat Irene. "Katakan apa yang kau inginkan di tengah malam begini?" tanya Taehyung.

Namun, istrinya itu malah menunduk dan memainkan kancing piyamanya. Tanpa ia sadari kancing itu terbuka hingga memperlihatkan dada bidangnya. Tidak terduga, Irene malah mengecup mesra dada itu.

"Sayang jika kita langsung tidur begitu saja," ucap Irene lembut. "Bagaimana jika kita bermain dan aku yang memimpin?" tangan Irene dengan kasar menarik piyama suaminya dan membawa lelaki itu menuju ranjang. Hal itu membuat Taehyung tertawa pelan seraya menutup mata dengan lengannya ketika istrinya berubah menjadi makhluk yang agresif. "Astaga, aku suka yang kasar."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang