Part +45

1.5K 292 163
                                    

Langkah berat lelaki yang telah mempunyai anak satu itu membawanya pergi ke beberapa rumah sakit untuk mencari darah dagingnya yang entah sampai sekarang berada di mana. Pergi dini hari dan kembali menemui dini hari. Ya, Taehyung telah melewati satu hari yang sia-sia. Dirinya mendongakkan kepala menatap langit cantik. Berkali-kali menghela napas dengan pikiran yang kacau. Sangat kacau. Ia frustasi? Ya, tentu saja. Siapa yang tidak frustasi ketika seorang ayah kehilangan anaknya. Ditambah dirinya yang tidak pulang semenjak ia meninggalkan Irene dengan sebuah pilihan. Taehyung menatap jalanan yang sepi lalu kembali menyusuri jalanan. Setiap langkahnya ia berharap bertemu Val dalam keadaan selamat.

Hingga beberapa saat dirinya berdiri di bangunan yang menjulang tinggi yang berada hadapannya. Nuansa putih serta bau obat-obatan yang bahkan tercium sampai ke hidungnya. Entah, ini rumah sakit yang ke berapa akan ia masuki, ia tidak peduli. Ia hanya berharap akan ada keberadaan Val di sana.

Taehyung menarik napas sebelum ia melangkah memasuki rumah sakit tersebut. Namun, langkahnya terhenti ketika seseorang menepuk punggungnya, sontak Taehyung berbalik dengan cepat.

"Permisi, apa anda mencari seorang anak?"

Taehyung menyengitkan dahinya ketika seorang wanita dewasa menghampirinya, bahkan mengetahui maksud dan tujuannya.

"Dari mana anda tau?"

"Wajah anda terlihat mirip dengan seorang anak yang saya tolong."

Mendadak Taehyung membulatkan matanya, mencoba memahami jika ia tidak salah dengar. "Valter Kim, benar?" tanya Taehyung pelan.

Wanita dewasa itu terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya ia tersenyum dan mengangguk. Wanita itu memang sempat menanyakan nama Val ketika melarikan anak itu ke rumah sakit.

"Aku ayahnya," Taehyung menepuk-nepuk dadanya seakan-akan memberitahu jika ia adalah ayah yang sejak lama telah mencari-cari anaknya, "aku ayah Val."

"Jika benar begitu, aku bisa lega karena anak itu ada yang mencarinya."

"Bagaimana keadaannya? Di mana anakku sekarang?" Taehyung berkali-kali menatap ke rumah sakit dan wanita yang ada di hadapannya secara bergantian.

"Anak anda baik-baik saja, baru saja ia melakukan operasi di beberapa tubuhnya. Selebihnya ia baik-baik saja, dokter yang mengatakan itu."

Taehyung menghempaskan napasnya dengan lega. Ya, lega karena ia tau kabar Val, anaknya.

"Aku akan memberitahu ruang anak anda namun..." Tiba-tiba wanita yang telah baik hati menolong Val tersebut merubah raut wajahnya. Wanita itu menatap Taehyung dengan sendu, seolah-olah tidak tega untuk memberitahu.

"Katakan saja, tidak apa-apa."

Wanita yang mempunyai rambut blonde tersebut menarik napas sekadar mempersiapkan dirinya. "Saat terjadi kecelakaan anakmu, aku berada di sana menjadi saksi atas kecelakaan itu. Aku sangat bersyukur anak sekecil anakmu bisa selamat atas tabrakan tersebut. Namun, seseorang yang menolong anakmu... Tewas di tempat kejadian..."

Taehyung terdiam.

"Dan keluarga korban tidak terima atas kejadian ini. Itu karena korban menolong seorang anak dari keluarga muslim yang seharusnya tidak pantas untuk ditolong, begitu ujaran mereka."

Pandangan Taehyung seketika menumpul, ia menatap wanita di depannya dengan kosong. "Apa yang salah dengan muslim?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutnya. Tentu saja, ia tidak mengerti mengapa negara yang sudah enam tahun ia tinggali. Bisa berubah sejauh ini. Ia sangat ingat, mengapa dahulu ia memilih untuk menetap di sini karena tingkat toleransinya yang begitu tinggi. Namun, ada apa sekarang?

"Kau tidak lihat berita akhir-akhir ini? Akhir-akhir ini media banyak menyudutkan umat muslim sebagai teroris yang merugikan. Karena itu masyarakat banyak yang terpengaruh oleh media. Aku rasa, toleransi untuk umat muslim sudah tidak ada lagi di sini."

.

.

.

Taehyung memasuki pelan ruangan yang Val tempati. Setelah ia berbicara dengan wanita baik yang ia temui, dirinya tidak langsung menemui Val melainkan mengunjungi rumah keluarga korban untuk meminta maaf sekaligus berterima kasih atas keselamatan Val. Namun, yang ia dapat malah cacian dan hinaan. Mata Taehyung menangkap Val yang masih terbaring dalam pengaruh obat bius. Dirinya mendekat menatap anak itu dengan lekat. Jemari-jemari lelaki itu tergerak untuk mengelus pelan surai hitam milik Val. Ia menarik kursi mendudukkan dirinya di sisi Val dengan mengenggam tangan anak tersebut.

Taehyung menyesap pelan jemari kecil milik Val dalam genggamannya sembari Ia memejamkan mata. Dalam sekejap ia teringat ketika dirinya bersikap kasar pada Irene. Bukannya memberi wanita itu kekuatan, ia malah membentaknya. Sudah cukup dunia tidak adil pada Irene hingga menyakiti hati istrinya. Jangan sampai, ia ikut menjadi bagian yang menyakiti itu.

Namun, lagi... saat itu dirinya teringat ucapan terakhir yang ia lontarkan. Ia menyadari jika ucapan itu tidak seharus ia lontarkan, itu pasti sangat menyakiti hati Irene. Selama ini mereka selalu mendukung dua keyakinan tanpa memandang rendah salah satunya. Tetapi, sampai ia berucap agar Irene mengikuti keyakinannya. Bukankah itu sama saja seperti menganggap jelek keyakinan Irene. Tidak, bukan itu yang ia maksud. Ia hanya ingin Irene bahagia tanpa di diskriminasi oleh orang lain.

Ia menyesal. Sungguh, sangat menyesal. Tetapi, ia tidak dapat menarik ucapannya.

"Val, ayah benci menyakiti hati ibumu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang