Part +59

1.3K 261 83
                                    

"Baca!" Tn. Vincent melempar beberapa kertas hingga mengenai tubuh Taehyung. "Wanita itu menggugat ceraimu."

Taehyung terdiam seraya membaca beberapa kertas yang dilemparkan padanya. Ia sama sekali tidak percaya bahkan ia tidak mau percaya. Terlepas benar atau tidak ini permintaan istrinya, ia tidak ingin peduli. "Omong kosong!" dirinya merobek kertas itu hingga menjadi potongan kecil. "Ini pasti ulahmu, aku tidak percaya Irene ingin bercerai. Aku akan tetap mencarinya."

Taehyung bergegas menuju kamar mendatangi Val untuk ia bawa. "Ayo Val, kita cari ibu." Lelaki itu mengambil mantel Val dan memakaikan-nya.

"Ibu bilang, jangan cari ibu," ucap anak itu.

"Ibumu itu terlalu baik. Ini sudah beberapa bulan, ibumu tidak punya kerabat di sini. Coba pikirkan di mana ibumu tidur. Ibumu sedang hamil, Val. Ayah tidak mungkin tidak mencarinya."

"Ibu juga bilang, ibu mencintai ayah."

"Ayah tau. Makanya kita harus cari ibu." Lelaki itu mengandeng tangan Val dan membawa pergi berharap menemukan istrinya yang mungkin sangat terlambat untuk ia cari. Sedikit mustahil memang, tapi bukankah harus berusaha terlebih dahulu.

Langkah pertama yang ia ambil adalah meminta bantuan pada polisi. Lalu setelahnya ia mencari berdua dengan Val entah itu berjalan kaki atau memakai mobil hingga tanpa sadar waktu telah memasuki hari ke lima.

Taehyung mengacak rambutnya, sangat frustasi karena belum juga menemukan Irene. Ia tidak membayangkan sebelumnya jika mencari seseorang di dunia yang luas ini sangat sulit. Semakin hari dirinya semakin kurus, kurang tidur bahkan jarang makan hanya karena memikirkan istrinya. Dirinya bodoh, karena percaya begitu saja meninggalkan Irene bersama ayahnya. Ini salahnya, seharusnya ia tidak membawa pulang. Mereka mungkin akan tinggal baik-baik saja jika tetap di Irlandia. Dirinya memukul-mukul kepalanya ingin emosi pada diri sendiri.

"Ayah, Val haus," rengek anak itu.

Taehyung memandang anaknya seakan-akan ia tersadar jika ia tidak perlu emosi untuk saat ini. Ia lalu memandang keadaan sekitarnya. Hari memang sudah malam, apa sebaiknya mereka pulang saja dan melanjutkan esok hari? Tidak ada pilihan lain, ia juga kasihan dengan anaknya yang mungkin sudah lelah.

"Ayo kita beli minum di sana!" tunjuk Taehyung pada sebuah restoran cepat saji yang berada di seberangnya.

Val mengangguk dan mengandeng tangan ayahnya untuk menuju tempat tersebut.

"Cola satu untuk dibawa pulang," pinta Taehyung. "Kau ingin yang lain, Val?" 

Val menggeleng cepat.

"Saya pesan itu saja." Untuk beberapa saat ia menunggu hingga terdengar suara pecahan piring yang membuat kegaduhan di dapur restoran. Taehyung menatap pintu dapur yang berhasil menarik perhatiannya. Perhatiannya tertarik untuk melihat pintu dapur yang tertutup rapat hingga karyawan restoran itu menegurnya.

"Pesanan anda, Tuan."

"Terima kasih," ucap Taehyung. Entah mengapa ia melirik lagi pintu tersebut sebelum membawa Val keluar dari restoran itu.

Karyawan yang melayani Taehyung tadi membuka pintu dapur dan memperingati seseorang yang telah membuat keributan. "Irene, tolong jangan ulangi lagi. Kau membuat pelanggan menjadi tidak nyaman."

"Maaf, aku tidak sengaja menyenggolnya," ucap Irene sembari membersihkan pecahan kaca akibat ulahnya.

"Cuci saja piring-piring itu dengan pelan, tidak perlu terburu-buru. Apalagi kau sedang hamil." Kali ini karyawan lain yang memberitahunya.

"Ya. Terima kasih sudah mengingatkan."

Di sinilah ia berada semenjak pergi dari rumah keluarga Kim. Mencari uang sekadar berjaga-jaga untuknya melahirkan nanti. Ia bukanlah karyawan tetap, melainkan hanya menjadi pembantu yang gajinya tidak seberapa. Ia bahkan rela untuk tidak menyewa rumah untuk bisa melahirkan di tempat yang layak. Tidak ada cara lain yang bisa ia lakukan selain mencari uang untuknya dan untuk anaknya kelak, dirinya bukanlah siapa-siapa tanpa Taehyung. Sebenarnya, ia sangat ingin pulang ke Irak, setidaknya di sana ia punya teman ataupun tetangga yang mungkin masih hidup. Namun, lagi kendalanya adalah uang. Jika ia punya uang, dirinya pasti sudah tidak berada di sini.

"Jam kau sudah habis, Irene. Ini bayaran untuk hari ini."

Irene berterima kasih dan menerima uang itu dengan hati senang. "Terima kasih untuk pekerjaannya."

"Hati-hati di jalan. Jangan tidur di jalan lagi, carilah tempat tinggal."

Irene hanya tersenyum lalu pergi dari restoran tempatnya bekerja. Menatap langit-langit malam yang selalu ia lihat setiap pulang bekerja. Ia meraih beberapa kardus dan membawanya pergi ke tempat biasanya. Tidur di sebuah taman untuk menunggu hari selanjutnya.

"Aku rindu kalian."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang