Part +76

1.6K 261 63
                                    

Kekuatan cinta sebenarnya luar biasa. Walau terpisah jarak dan waktu, cinta itu masih tetap ada di sanubari terdalam.

Seberapa besar pun menyangkal, faktanya cinta itu tidak bisa dilepas begitu mudah.

Omong kosong jika mengatakan 'aku sudah tidak mencintanya' di saat benak terus menyebut namanya.

Mencari pengganti pun belum tentu dapat menghapus cinta yang sudah tertanam. Walaupun bisa, itu tidak 100% hilang.

Kenangan, kenangan, kenangan, itulah penyebab tidak dapatnya menghilangkan cinta yang sudah membekas.

Dua insan yang berpisah ini punya dua tolak pikir yang berbeda. Yang satu berpikir jika kehidupan mantan suaminya terjalin baik dan harmonis. Yang satu lagi berpikir jika mantan istrinya sudah tidak ingin mengenal dirinya lagi.

Sampai hal ini pun terjadi.

Taehyung makin terpuruk dan Irene bersenang dalam keraguan.

Cincin yang tersemat indah di tangan Irene itu menandakan resminya pertunangan beberapa menit yang lalu. Pesta pertunangan ini begitu meriah dengan hadirnya penari-penari cantik yang berasal dari Mesir. Duduk di kursi tunggal bersama Vel dalam pangkuan, dirinya tersenyum getir berusaha menikmati acara. Untuk satu pekan ke depan ia akan disibukkan dengan pernikahan yang mengusung adat kebudayaan Mesir.

Hiruk pikuk keramaian malam itu menjadi saksi bahwa Irene tidak sebahagia seperti yang ia bayangkan. Padahal malam ini ia bagai ratu Timur Tengah yang menjadi tokoh utama dalam pesta. Senyum paksa terus ia perlihatkan menutupi hatinya yang sebenarnya kosong. Tanpa sadar air mata turun dengan tidak terduga. Entah apa penyebabnya, air mata itu mengalir pelan membasahi pipinya yang elok dengan riasan.

Di sana hanya Jin yang menyadari hal itu. "Kau tidak apa-apa?" tanyanya seraya memberi selembar tisu.

"Tidak apa-apa, aku hanya terharu," ucap Irene yang buru-buru menghapus air matanya.

Jin menatapnya lama sebelum berucap kembali. "Belum terlambat jika ingin membatalkannya."

.

.

.

Taehyung melepas bolpoin dengan tangan yang bergetar, meremas kertas yang baru saja ia tulis, ungkapan hatinya. Menatap tangannya yang berbalut perban dengan datar. Pikirannya kacau sampai ia meraih satu kertas lagi dan mulai menulis sesuatu.


Irene, Val, dan anak bungsuku...

Kalian adalah berlian dan aku adalah rantai. Satu saja berlian dari rantainya hilang. Maka keindahannya pun berkurang.
Rantai tidak akan dilirik oleh pembeli jika tidak ada berliannya.

Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang