Bab 1 / Part 1

6.3K 706 85
                                    

___________________________________________

Pandangan dan pertemuan pertama
____________________________________________

Di bawah teriknya sinar mentari, dengan melangkah di tanah yang gersang. Setiap langkah diikuti dengan debu yang berterbangan. Angin bertiup kencang, membuat selendang yang Irene kenakan terbang dibawa oleh pawana. Irene berpikir, jika selendangnya telah hilang dan ia tidak akan mungkin untuk mengejar. Namun, pikiran itu salah.

Dia... Lelaki yang membuat Irene lelah, menangkapnya dalam genggaman.

10 tahun yang lalu....

Kaki Irene terus berlari. Berlari sejauh mungkin menghindari ledakan-ledakan yang diturunkan oleh pasukan militer Amerika Serikat. Bom maupun tembakan terus terdengar di seluruh penjuru kota. Yang mengakibatkan hancurnya bangunan-bangunan cantik di Irak tempat Irene tinggal saat ini.

Tangisan hingga teriakan dengan menyebut nama Tuhan, terdengar bersahut-sahutan untuk meminta belas kasih. Bom dengan ledakannya terus turun dari langit menghujani manusia yang tidak tau apa-apa. Setiap Irene menghirup napas, setiap itu pula manusia mati berjatuhan. Puing-puing bangunan sedikit demi sedikit menjatuhi manusia yang menangis ketakutan. Bau darah tercium, kaki tanpa alas kini terinjak darah dari kematian manusia yang tidak berdosa.

Kaki Irene yang berlumur darah terhenti ketika teriakan seorang anak kecil terdengar meminta tolong. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke segala arah. Pandangan dari orang-orang yang sibuk berlari, menyulitkannya untuk mencari asal teriakan yang mampu menghentikan langkahnya.

“To-tolong!”

Mata Irene terhenti pada seorang anak kecil yang terjepit reruntuhan. Anak itu masih hidup, itulah yang membuatnya berbalik dan mencoba menyelamatkan anak yang telah memucat, bahkan terlihat tidak berdaya.

“Kakak, Allah memanggilmu untuk menyelamatkanku. Tolong aku....”

Irene terenyuh mendengar seorang anak yang begitu percaya bahwa Tuhan akan menyelamatkannya. Tangan gadis itu bergetar dengan mata berkaca-kaca.  “Aku akan membawamu ke tempat yang aman,” tuturnya yang tidak kalah bergetar.

Tanpa menunggu lama, gadis itu berhasil meloloskan tubuh kecil sang anak yang lemah dari reruntuhan. Tanpa takut bajunya yang lusuh terkena kotornya darah, Irene menggendong anak itu dan mendekapnya erat, membawa lari sejauh mungkin yang ia bisa.

Setelah berjam-jam lamanya Irene berjalan di tanah kering. Akhirnya, gadis bersurai hitam itu tiba di sebuah kota yang tidak jauh dari kotanya berada. Setidaknya di kota itu, Irene dan anak yang dirinya bawa cukup aman untuk bermalam.

Irene masuk ke dalam bangunan yang hanya terbuat dari bata yang tersusun rapi. Sebenarnya, kota ini adalah kota yang sebelumnya juga pernah diserang oleh tentara Amerika Serikat. Tentara asing itu membuat kota ini menjadi kota mati. Kota yang tidak ada baunya kehidupan, hiruk pikuk keramaian, bahkan alunan merdu kumandang adzan.

Gadis itu menghela napas pelan seraya menurunkan anak dari gendongan. Mengusap wajah sang anak yang tertidur lelap dengan rasa prihatin. “Sebenarnya, apa yang kupikirkan? Aku dengan lancangnya bertanggung jawab untuk keselamatan anak ini. Padahal, aku sendiri pun tidak tahu bagaimana keselamatanku nanti.”

***

Taehyung mengakhiri tembakannya saat dirasa kota yang ia perangi sudah hancur. Tidak terhitung berapa banyak korban yang meninggal di tangannya. Tidak peduli bagaimana pun perasaan lelaki itu, ini adalah sebuah tugas. Cita-citanya sejak kecil menjadi Tentara Angkatan Darat.

Taehyung beranjak dari tempat untuk melanjutkan tugas selanjutnya. Menaiki tank bersama rekan-rekannya hingga diturunkan pada sebuah kota mati yang sudah pernah diperangi sebelumnya. Mereka semua berpencar, memastikan bahwa tidak ada yang bersembunyi dibalik kota itu. Lelaki itu berjalan dengan memegang senjata yang sudah sangat ia kuasai. Pendengarannya yang tajam menangkap suara langkah terburu-buru seakan menjauhinya. Tubuh Taehyung berbalik, mengikuti insting seorang tentara. Dan....

DORR!

Sekali lagi, lelaki berpangkat kapten tersebut membunuh seorang lelaki Irak yang bersembunyi di kota itu. Meyaksikan jatuhnya korban dengan tercucurnya darah dari dada. Tembakan yang mengenai jantung, tepat sekali untuk menghilang nyawa seseorang.

Setelahnya, lelaki itu tersenyum dan kembali melangkah untuk melanjutkan tugas. Hingga Taehyung tidak sengaja melihat seorang gadis yang mengendong seorang anak memasuki bangunan. Taehyung tanpa segan mengarahkan senjata kematiannya pada gadis itu, takut-takut jika gadis itu adalah sebuah ancaman untuknya.

Namun, tiba-tiba Taehyung mengurungkan niat ketika hatinya malah berdebar tidak karuan. Bodohnya... Sampai raganya tidak sadar membawanya melangkah untuk mendekat pada bangunan tersebut. Bukannya memasuki, Taehyung malah mengelilingi bangunan dan berhenti disalah satu jendela.

Tanpa sengaja indra penglihatnya menangkap gadis yang amat sangat cantik bagi lelaki itu. Entah bagaimana, Taehyung terpaku untuk beberapa saat. Belum pernah lelaki itu terpukau dengan seorang gadis dalam pandangan pertama. Benak Taehyung memuji setiap keindahan yang dimiliki gadis itu. Dengan rambut hitam yang terurai berantakan dan pakaian yang lusuh, tetap saja aura yang dimiliki gadis itu sangat kuat hingga mampu membuat dadanya berdetak berirama. Lelaki itu bahkan sampai mempunyai hasrat untuk memiliki gadis tersebut. Bisakah?

Seketika Taehyung tersadar dan menggeleng pelan. Gadis itu harus dibunuh karena itulah tugasnya. Taehyung kembali mengangkat senjata. Menfokuskan pikiran agar tidak salah membidik, yang berakibat membuang peluru sia-sia. Namun, sekali lagi Taehyung berubah pikiran. Bisakah pengecualian pada gadis itu? Bahkan, jika bisa Taehyung malah ingin melindungi. Perasaan bodoh apa ini? Pikiran dan hati seolah berlawan.

Derap langkah kaki membuat Taehyung tersadar kembali. Lelaki itu beralih pada rekannya yang berkeliaran di sekitar bangunan tempatnya berdiri. Taehyung harus mengalihkan perhatian rekannya agar tidak mengetahui ada seorang gadis, jika ia sungguh-sungguh ingin melindungi.

Lelaki itu berjalan pelan dan bertingkah sesantai mungkin untuk mengelabui rekannya. Sebenarnya Taehyung tidak mengerti mengapa ia melakukan ini. "Tidak ada siapa pun di sini," ucapnya.

"Benarkah? Jika begitu, ayo kita pergi!"
Taehyung mengangguk dan menoleh sesaat  sebelum ia pergi meninggalkan tempat itu. Lelaki itu gila karena sudah membiarkan gadis yang seharusnya musuh negara ia bebaskan hidup.

~ Related ~

Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang