Part +15

2K 372 105
                                    

Taehyung merenggangkan otot lengannya yang terasa kaku. Mendapat tugas berjaga semalaman membuat tubuhnya seakan-akan mati rasa. Ia meletakkan senjatanya dan melepas helm tentaranya.

"Kita diperpanjang untuk tugas selanjutnya," ucap teman Taehyung yang juga bertugas yang sama dengannya.

Taehyung hanya menghela napas dengan perasaan khawatir yang campur aduk. Ia harus menahan diri lagi untuk beberapa bulan agar bisa bertemu Irene. "Berapa lama tugas selanjutnya?" tanya Taehyung pada teman di sampingnya.

"Sekitar tiga bulan karena kita bertugas di pusat kota."

Mendengar jawaban temannya, ia hanya bisa tersenyum getir. Tidak apa-apa, ia hanya perlu bersabar dan menunggu. Akan tiba saatnya nanti ia akan pulang dan memeluk Irene. Memeluk? Taehyung terkekeh, menampilkan senyumanya yang kotak. Sungguh, ia rindu pada gadis itu.

.

.

.

Pintu apartemen Irene terketuk membuat Irene tersadar dari lamunannya. Ia berdiri melangkah pada pintu, lalu membukanya. Menampakkan Jin yang berdiri di sana dengan tangan yang ingin mengetuk kembali pintu apartemen Irene.

"Apa yang terjadi? kenapa tidak datang ke taman?"

Irene terlihat bingung menatap Jin. Ia kemudian menggeleng pelan, lalu tersenyum. "Aku hanya tidak enak badan."

Jin terlihat mengangguk-angguk seakan-akan mengerti. "Kalau begitu, kau istirahat saja, aku akan pulang."

"Terima kasih." Irene tersenyum lagi dan menutup pintu. Namun, saat beberapa langkah ia menjauh pintu kembali terketuk, dan mau tidak mau ia membukanya kembali.

"Ada apa lagi Ji--" Mulut Irene seketika bungkam, tubuhnya mematung hingga tidak berkutik sama sekali. Sungguh, ada apa ini?

"Kami dari pihak kepolisian. Nona Irene mendapat laporan atas percobaan penculikan anak. Dengan ini, Nona ikut kami ke kantor polisi." Irene bahkan belum sempat untuk berbicara, kedua tangannya telah diborgol. Ia begitu terkejut dengan apa yang terjadi.

"Ta-tapi saya tidak--"

"Nona bisa menjelaskannya di kantor polisi."

Irene ditarik paksa oleh kedua polisi yang menjemputnya. Saat dirinya berjalan melalui lobi, seluruh penghuni apartemen ramai berada di sana. Kalimat-kalimat pedas tidak luput terdengar di kupingnya.

"Seorang muslim lagi. Aku tidak percaya mengapa mereka selalu membuat onar."

"Aku tidak pernah suka jika bertetangga dengan seorang muslim. Mereka sangat berisik."

"Temanku dulu berpindah keyakinan ke Islam. Dan sekarang ia menjadi manusia yang tidak berguna."

"Aku tidak paham agama mereka."

"Mereka jelas-jelas membenarkan kelakuan teroris."

Kalimat hinaan keluar begitu saja dari mulut mereka. Mereka tidak salah.

Tidak.

Mereka hanya tidak mengerti. Mereka tidak paham. Bagaimana harus bersikap pada agama yang tidak mereka pahami. Mereka hanya melihat secara sepintas lalu berasumsi dengan pikiran mereka masing-masing. Terlepas bahwa itu benar atau tidak. Setiap manusia selalu begitu dan itu tidak mengherankan.

Irene menangis dalam diam, ia tidak perlu menangis terisak, tidak perlu berteriak. Tidak. Karena tidak akan ada yang paham tentang dirinya bahkan agamanya.

.

.

.

Taehyung berjongkok di depan kran, menadahkan tangannya pada air kran yang mengalir deras. Membasuh wajah lalu membasahi sedikit ubun-ubunnya. Sebentar lagi ia akan berpindah kota, menuju perkotaan besar. Dan itu lebih beresiko daripada sebelumnya. Ia mengambil botol air, lalu minum menampakkan jakunnya yang naik turun. Sisa air yang masih ada di dalam botol itu, ia tumpahkan ke kepalanya sendiri.

Hah, bener-bener, kenapa ia selalu kepikiran gadis itu. Kepalanya bahkan sangat panas karena terus memikirkan gadis itu yang menganggu jiwanya. Ia menyisirkan rambut dengan jemarinya lalu memandang langit sore yang mulai menguning.

"Apa kabarnya?"

.

.

.

Irene, gadis yang kini sedang di pikirkan oleh Taehyung, mendekam di balik jeruji untuk sementara. Padahal, ia sudah menjelaskan bagaimana tuduhan penculikan itu terjadi padanya. Namun, polisi seolah tuli bahwa yang dikatakan oleh Irene itu adalah bohong. Irene tersenyum getir. Tidak apa-apa, ia akan baik-baik saja. Ia tidak bersalah, tidak ada saksi bahwa ia menculik anak itu, ia hanya membantu anak itu untuk pulang. Tidak apa-apa, ia akan baik-baik saja. Sampai masa sidang dua minggu lagi. Ya, selama dua minggu ia akan tinggal di sini....

Irene menatap ketiga penghuni penjara yang sedang asik bermain kartu.

Di dalam penjara bersama teman-teman penjaranya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang