Part +10

2.6K 480 88
                                    

Taehyung terbangun saat matahari mulai menyinari ruang di dalam kamarnya. Jendela kamarnya terbuka, menampakkan matahari yang telah terbit di ufuk timur. Kini ia terdiam sejenak, dirinya baru merasakan nyamannya tidur setelah pulang dari Irak. Tidurnya nyaman dan nyenyak sekali. Ngomong-ngomong tentang Irak, ia jadi teringat tentang gadis yang ia bawa. Ia membangunkan dirinya dan keluar dari kamar, sekadar untuk memastika bahwa ia tidak bermimpi. Saat ia membuka pintu, dirinya terlonjak kaget menemukan Irene yang berjongkok dengan memainkan jari telunjuknya di lantai. Gadis itu tersenyum saat melihatnya yang telah keluar dari kamar. "Kenapa kamu disini?"

Irene dengan sigap berdiri lalu merapikan dressnya, ia tersenyum pada Taehyung yang masih menatapnya bingung. "Aku ingin membangunkanmu namun aku tidak berani untuk masuk. "

"Apa di pintuku ada tulisan dilarang masuk?" Taehyung berbalik melihat pintunya, mencoba memastikan bahwa yang ia katakan itu tidak benar.

Masih dengan wajah polos Irene, ia ikut menengok dan menatap Taehyung maupun pintu secara bergantian. "Tidak, kamu ingin memasangnya?"

Taehyung terdiam menatap Irene dengan tidak percaya. Mengapa gadis itu sekarang terlihat polos? Pura-pura polos atau memang sangat polos? Tiba-tiba ia tertawa dan berjalan melewati Irene. Ia mengusap wajahnya dan menyisir rambutnya dengan jemari. Tindakannya itu tanpa sadar membuat Irene terpaku. Tawa yang renyah dan wajah yang tampak senang itu, mampu membuat siapa saja terpesona pada ketampanannya.

Irene berjalan pelan mengikuti Taehyung di balik punggung. Senyumnya mengembang hanya dengan melihat lelaki itu, jantungnya berdetak kencang dengan bunga-bunga yang seakan-akan mengelilinginya. Namun, seketika ia langkahnya terhenti, senyumnya memudar dengan pandangan yang masih menatap lelaki di depannya. Tindakan ia ikut lelaki itu adalah hal yang tidak bisa ia pahami oleh dirinya sendiri. Ia hanya bisa berdoa bahwa kebahagiaan ini akan selalu menghampirinya.

Taehyung berbalik karena merasa langkah Irene tidak lagi terdengar. "Ada apa?"

Irene menggeleng cepat dan tersenyum kembali. "Kita tidak punya makanan untuk sarapan."

"Apa hanya karena itu kau terdiam? Kita bisa makan di luar. Ayo!"

"Sekarang?"

"Kapan lagi, aku sudah lapar."

"Setidaknya, kau mengganti pakaianmu dan mencuci wajahmu," ucap Irene.

Perkataan gadis itu mengundang Taehyung untuk terkekeh pelan. Entahlah, hal yang gadis itu lakukan atau ucapkan semuanya terasa menyenangkan untuknya, walau hanya dengan perhatian kecil dari gadis itu. Irene adalah gadis berbeda yang mampu membuat ia mabuk kepayang.

Berbeda dengan Taehyung yang terkekeh. Irene hanya bisa diam karena tidak tau sebab mengapa lelaki itu selalu terkekeh tiba-tiba padahal tidak ada hal yang lucu menurutnya. Dan sekarang, Taehyung malah berjalan ke arahnya. Bukan, namun berjalan menuju kamar yang berada jauh di belakangnya.

"Aku beruntung bisa bertemu denganmu... "

Kalimat itu Taehyung lontarkan bersamaan dengan tangan lelaki itu menepuk-nepuk pelan kepala Irene. Dirinya mematung bahkan ia merasa sekujur tubuhnya merinding ketika Taehyung membisikinya.

"Dan aku mencintaimu."

.

.

.

Sebenarnya, Irene masih sangat takut untuk bisa kembali melangkahkan kakinya ke negara asalnya. Namun, ia tidak ingin mengecewakan Taehyung, lelaki itu belum mengetahui traumanya. Belum, masih belum. Bukan ia tidak ingin memberitahunya namun belum ada waktu yang tepat untuk ia ceritakan.

"Bisa aku genggam tanganmu? Aku khawatir kau melamun sepanjang jalan," pinta Taehyung.

Irene tersadar, ia menatap lelaki yang berjalan di sampingnya. Ia kemudian melihat tangan Taehyung yang meminta tangannya untuk digenggam. Ia tersenyum kecil, tangannya bergerak untuk meraih tangan itu namun belum juga kedua tangan itu menyatu, suara yang amat sangat familiar menghiasi gendang telinganya. Irene melirik dengan ekor matanya, tampak seorang ibu-ibu dan anak gadis berjalan melewati mereka. Wajah ibu itu terlihat sinis menatapnya, seakan-akan Irene adalah makhluk haram yang tidak boleh tampak di depan wanita tua itu.

"Ibu, dia kak Irene," bisik seorang gadis yang lebih muda dari Irene. Sang ibu menatap Irene dengan wajah yang mengejek. "Itu bukan kakakmu. Kita tidak kenal pada orang yang pindah keyakinan." Suara tajam ibu itu keluar dari ibu yang melewatinya.

Luka lama yang tertutup kini terbuka kembali, Irene merasa sakit mendengar penuturan dari wanita yang melahirkannya. Ibu yang harusnya ia hormat kini bak orang asing. Ibu kandung yang membuangnya.

"Kau kenal mereka?"

Pertanyaan Taehyung mengundang Irene untuk tersenyum miris. Ia menahan air matanya dan tersenyum lebar menatap Taehyung. Ini bukan pertama kalinya, kata-kata tajam terlontar untuknya. Ia cukup kuat untuk menahan perkataan tajam itu. Ya, karena dulu ia telah terbiasa. Yang terpenting sekarang ia harus menikmati apa yang ia jalani, walau banyak penderitaan, ia sangat yakin akan ada kebahagiaan yang menantinya. Dan ia berharap kebahagiaannya ada pada lelaki yang sedang bersamanya. "Bukan siapa-siapa, mungkin aku hanya mirip pada orang yang mereka bicarakan."

Sebenarnya Taehyung hampir tidak percaya pada perkataan Irene namun tingkah gadis itu membuatnya melupakan segala pikiran jeleknya. Gadis itu mengenggam kedua tangannya dan bersandar pada dadanya. Dirinya tidak bisa tidak tersenyum. Keduanya kembali berjalan di keramaian, menikmati indahnya kasmaran yang terikat sampai mereka lupa bahwa hubungan mereka adalah sebuah kesalahan, bahkan kesalahan fatal...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang