Part +18

1.9K 365 89
                                    

Taehyung terduduk, melepas sepatunya beserta kaus kakinya. Ia menatap teman-temannya yang melakukan hal yang sama. Dan juga menatap temannya yang sedang menelpon para keluarganya. Mereka diberi kesempatan untuk bisa menelpon kerabat atau orang yang ingin mereka telpon. Tugas mereka sebenarnya belum selesai. Namun, mereka diperbolehkan untuk menghubungi keluarga, itu adalah hal yang jarang terjadi.

Taehyung menatap ponselnya sendiri, membolak-balikkan ponselnya seraya berpikir untuk menelpon Irene atau tidak. Ia rindu, namun ia takut menganggu gadis itu. Setakut-takutnya ia, ia lebih takut menahan rindu lebih lama. Ponselnya kini telah terletak pada kupingnya, menunggu Irene untuk menjawab.

3 menit

5 menit

8 menit

Belum juga Irene menjawab. Ia mencoba sekali lagi, menunggu dengan sabar berharap gadis yang ia rindukan akan mengangkatnya. Namun, per sekian detik menunggu dirinya malah menjadi resah karena gadis yang ia rindukan tidak kunjung menjawab. Ia menghela napasnya, berusaha sabar kemudian menelpon lagi untuk ke sekian kalinya. "Shit," umpat Taehyung kesal.

Bukan kesal pada Irene melainkan ia kesal karena pikirannya sudah berpikir yang tidak-tidak. Ia mengkhawatir Irene yang ada di sana. Perasaan nya pun mulai tidak tenang. Ia ingin tau bagaimana kabar gadis itu, apa gadis itu baik-baik saja atau malah sebaliknya.

.

.

.

Sudah lewat beberapa hari sejak Jin pergi menemui Irene. Kini, sekarang ia telah berada di apartemen Irene seorang diri dengan memandang ruangan yang rapi dan bersih tersebut. Besok adalah hari sidang Irene. Walaupun telat, ia tetap akan memberitahu calon suami dari Irene. Ia tidak peduli, seberapa keras Irene melarangnya, lelaki yang dicintai oleh Irene  harus tau bahwa wanita itu sedang menderita sekarang.

Bagaimana caranya Jin bisa masuk sini?

Jelas saja ia memberi beberapa alasan pada Irene, agar gadis itu membolehkan dirinya masuk. Jin menelusuri setiap ruangan mencari letak nomor yang tertempel, yang gadis itu beritahu. Namun, ketika langkahnya sedang asyik menelusuri setiap ruangan, langkahnya terhenti pada suara dering telepon yang menggema. Awalnya ia hanya mendekat dan membiarkan telepon itu berdering. Tetapi, ketika telepon itu berdering terus menerus. Ia memberanikan diri untuk mengangkatnya. "Halo, Assalamualaikum..." jawab Jin dengan tenang.

Cukup lama si penelpon terdiam, da itu juga membuat Jin menjadi bingung. "Apa kau mencari Irene? Irene sekarang sedang--"

"Siapa kau?"

Jin terdiam sejenak saat mendengar suara seorang pemuda yang menggunakan bahasa yang berbeda dengannya, dan untungnya ia mengerti bahkan ia juga menguasai bahasa tersebut. "Aku Jin... Aku adalah--"

"DI MANA IRENE!!"

Jin kembali terdiam. Lelaki yang ada di seberangnya tampak kesal dan juga emosi. Ia tau, lelaki itu pasti salah paham padanya. "Bisa kau dengarkan aku sebentar. Aku adalah tetangga Irene."

"AKU HANYA PERLU TAU, DI MANA IRENE!!"

"Tenanglah, aku akan memberitahu Irene tanpa perlu kau emosi."

"Bagaimana bisa aku tidak emosi ada lelaki yang masuk dan menjawab teleponnya."

Jin menghela napas mendengar penuturan Taehyung yang tidak ada salahnya sama sekali. Siapa yang tidak salah paham, jika orang itu diposisi Taehyung. "Jangan salah paham. Sebenarnya aku juga ingin memberitahumu." Tidak terdengar jawaban dari Taehyung, tampaknya lelaki itu menunggu apa yang akan Jin ucapkan. "Sudah dua minggu Irene dalam masa tahanan, ia dituduh ingin menculik seorang anak kecil. Kau tau, di dalam tahanan tampaknya ia teraniaya. Wajahnya penuh luka lebam, penghuni apartemen banyak yang membicarakan yang tidak benar tentangnya. Ia tampak kesulitan seorang diri...."

"Kau, aku tidak tau apa tugasmu hingga ia rela tidak memberitahumu. Tapi apa kau tidak bisa membantunya, ia butuh seseorang untuk bersandar. Jika kau besok tidak menampakkan batang hidungmu, maka aku akan membawa Irene pergi dari sini untuk menyelamatkannya dari penderitaan. Cukup ia menahan perasaannya, aku benci melihatnya tersenyum saat semuanya tidak baik-baik saja. Aku ingin ia menangis sekali saja-- di hadapanku atau di hadapanmu."

Ponsel Taehyung terhempas, jatuh dari genggaman tangannya. Bayangkan saja, bagaimana terkejutnya ia. Bukan kabar seperti ini yang ingin ia dengar, ia sudah meninggalkan Irene cukup lama dan selama itu juga Irene menderita. Tanpa berpikir lebih lama lagi, ia membuka loker miliknya dan mencari barang-barang penting untuk ia bawa. Hal itu mengundang perhatian dari teman-temannya.

"Hei, apa yang kau lakukan?"

"Kau ingin pergi?"

Teman-teman Taehyung satu persatu bertanya padanya. Namun, tidak satu pun Taehyung jawab, baginya itu hanya membuang waktunya, ia ingin segera menemui Irene. Ia tidak peduli lagi, apa yang akan terjadi jika ia pergi. Yang lebih penting sekarang adalah menemui Irene, satu-satunya sumber kebahagiaannya.

 Yang lebih penting sekarang adalah menemui Irene, satu-satunya sumber kebahagiaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang