Part +11

2.5K 468 83
                                    

Suasana yang damai dengan pepohonan yang hijau. Keceriaan orang-orang bukanlah tempat yang biasanya ia jalani. Irene memejamkan mata ketika angin menerpa wajahnya, selendangnya terlepas dan jatuh ke bahunya begitu saja. Ia berkali-kali menghela napas menikmati suasana tenang yang sangat jarang terjadi pada dirinya.

Taehyung tersenyum kala menatap Irene yang hanya diam memandang danau yang cukup luas. Tangannya tergerak menyelipkan sehelai rambut ke belakang telinga gadis itu. "Kau tampak bukan manusia saat aku menatapmu dari samping begini."

Irene melihat Taehyung lalu kemudian ia ikut tersenyum. "Kau pun begitu."

Taehyung tertunduk malu mendengar balasan Irene atas pujiannya. "Kau sarapan dengan banyak tadi, aku suka melihatnya."

"Karena aku rindu makanan Korea," ucap Irene dengan mata yang sendu. Melihat itu Taehyung tidak berani untuk mengeluarkan  sepatah katapun lagi. Hingga suara seorang wanita menyadarkan mereka.

"Wah... Kau Irene?" Seorang wanita itu berdiri di depan Irene dengan wajah terkejut dan tidak percaya. "Astaga, kau masih hidup?" Wanita itu mengusap rambutnya, seakan-akan ia benar-benar tidak percaya. "Kau masih tetap sama. Sungguh, aku dapat langsung mengenalimu karena gaya pakaianmu ini."

Wanita yang ada di depan Irene terus saja mengoceh masa lalu tentang bagaimana dirinya tertindas dan dibully karena sangat berbeda dengan mereka. Dirinya merasa tidak nyaman karena wanita itu membuat ia mengingat hal pahit yang harusnya ia lupakan. Terlihat sangat jelas di wajahnya bahwa ia sungguh terganggu pada teman yang telah lama tidak ia temui. Dan Taehyung menyadari perubahan raut wajahnya itu.

"Bisa kau berhenti! Irene tampak tidak nyaman kau mengungkit masa lalunya." Taehyung bahkan terdiri untuk menghentikan wanita itu.

Wanita itu menatap Irene dengan senyuman lebar terlihat bahwa ia merasa tidak bersalah. "Ya... Ya... Baiklah," ucap wanita itu seraya membenarkan tasnya yang ingin jatuh pada pundaknya lalu melirik Irene dengan sinis, sebelum ia benar-benar pergi. "Di sini bukan tempat untuk orang sepertimu!" Wanita itu pergi dan tersenyum kembali pada Irene namun dengan senyuman sinis.

Taehyung melirik Irene yang sudah menahan air mata di pelupuk mata. Ia berjongkok, mengenggam kedua tangan gadis itu sekadar menenangkan. Sangat jelas terlihat Irene tidak ingin menangis. Namun, air mata itu tidak bisa, tidak jatuh dari kedua mata gadis itu. Dan semua itu salahnya yang membawa Irene tanpa tau lebih dalam bagaimana gadis itu rela pergi dari Korea karena diskriminasi. Taehyung menghapus air mata itu dengan ibu jarinya. "Apa ini alasanmu pindah ke Irak?"

Irene tersenyum namun dengan air mata yang ingin tumpah kembali. "Ini hanya sebagian kecil, aku tidak apa-apa. Sungguh, aku tidak apa-apa."

Taehyung menutupi kepala Irene dengan selendang yang tersampir di bahu Irene gadis itu. "Kau ingin pulang?" tawarnya.

"Apa kau tidak keberatan?"

"Tidak, aku ingin kau lebih tenang."

Padahal, menatap wajah Taehyung cukup membuat Irene merasa lebih tenang. Ia senang ada seseorang yang mengerti keadaannya dan mau menerima dirinya apa adanya. Kini, ia tidak lagi seorang diri. Apapun yang ia rasakan, ia bisa berbagi pada Taehyung. Apapun yang akan ia lakukan, Taehyung ada di sampingnya. Itu menyenangkan dan ia tidak sabar untuk menjadikan lelaki itu bagian dari hidupnya. "Bisa kau cepat menikahiku?"

"Aku akan melakukannya," jawab Taehyung dengan penuh keyakinan.

Cinta memang bisa membutakan segalanya. Keegoisan cinta membuat kedua insan tidak dapat berpikir jernih. Keduanya tetap melangkah ke jalan yang salah...

.

.

.

Taehyung menutup pintu kamar Irene dengan pelan, setelah sampai di apartemen ia menyuruh Irene untuk tidur agar pikiran gadis itu tenang. Dengan dirinya yang berada di sisi gadis itu hingga tertidur.

Langkahnya menjauh dari kamar Irene dan berjalan menuju balkon apartemen miliknya. Pandangannya menatap jauh pemandangan yang ada di bawah sana. Beberapa saat yang lalu, ia menerima telepon bahwa ia sekarang bisa kembali ke AS. Terhitung memang belum genap sebulan namun ayahnya telah memintanya untuk kembali.

Itu bukanlah satu-satunya yang ia cemaskan, ia hanya mencemaskan bagaimana ia akan meninggalkan Irene di sini seorang diri. Terlebih lagi, di sini lebih baik daripada ia membawa gadis itu ke AS. Irene yang sekarang adalah gadis berkewarganegaraan Irak, tidak mungkin bisa menembus AS dengan statusnya itu. Apalagi, jika ia mengembalikan gadis itu ke Irak, bisa-bisa ia kembali merek sudah berbeda alam. Ia melirik arloji dan mengumpat kasar karena waktu begitu cepat berlalu. Ia tidak mau pergi mendadak meninggalkan Irene begini. Helaan napasnya terdengar, ia memegang pagar balkon dengan erat seraya menatap lantai. Taehyung mengangguk-angguk dengan tawa kecil yang terdengar. Apapun alasannya, ia harus ke AS dan menjalankan tugasnya sebagai tentara seperti biasanya karena itulah pekerjaannya. Ia melangkah masuk, berjalan ke kamar mencari selembar kertas dan sebuah pulpen. Kini ia duduk menuliskan pesan untuk Irene yang akan ia tinggalkan.

Irene...

Aku pergi, tidak lama hanya beberapa bulan.
Aku mendadak harus kembali ke AS
karena perintah atasanku.

Banyak pertimbangan
mengapa aku tidak bisa membawamu.
Aku juga harus meminta restu pada orang tuaku untuk hubungan kita.

Tunggu aku...
Setelah tugasku selesai,
aku akan menjemputmu dan
kita akan menikah..

Aku sudah meninggalkan apapun yang kau butuhkan.

Jaga dirimu...






Irene menaruh kembali kertas yang ia temukan di nakas samping tempat tidurnya. Ia menghela napas, menatap langit cerah dari balik jendela. Angin tertiup kencang menerbangkan gorden tipis yang berkibar di dalam kamarnya. Ia hanya berharap, waktu akan berjalan cepat dan mereka akan segera bertemu kembali....

 Ia hanya berharap, waktu akan berjalan cepat dan mereka akan segera bertemu kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang