Part +41

1.5K 270 159
                                    

Langkah pelan Irene membawa dirinya untuk keluar dari toko yang akan ia tutup. Tangan yang bergerak lincah untuk mengunci tokonya seketika terhenti ketika Val bertanya padanya.

"Apa ayah sudah bertemu kakek?"

Irene tersenyum kala memasukkan kunci ke dalam sakunya. "Ibu rasa sudah. Kita akan telepon ayah ketika sudah sampai rumah nanti."

Val, anak laki-laki yang duduk di kursi depan toko tersebut menatap ibunya dengan pandangan yang sulit dimengerti. Dan itu membuat Irene sedikit penasaran. "Ada apa?"

"Rasanya aneh ketika ayah tidak menjemput, biasanya ayah selalu mampir untuk pulang bersama."

"Besok malam mungkin ayah telah pulang. Ayo kita juga pulang. Kita tanya kabarnya."

"Ayo mom! Aku rindu candaan membunuh dari ayah." Val dengan semangat berjalan mendahulu Irene yang membuat wanita itu terkekeh geli mengiringi anak tampannya dengan pelan dengan senyum yang tidak luntur. Namun, senyum itu seketika hilang saat ia sadar dengan yang ia terjadi sekarang. Orang-orang memandangnya dengan tatapan yang aneh. Bukan, tatapan jijik kembali ia dapatkan.

.

.

.

Di sinilah Taehyung sekarang duduk di hadapan sang ayah dengan canggung tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dan hal itu juga terjadi pada sang jenderal yang bersikap sama seperti anaknya. Ini aneh ketika mereka yang sedarah merasa canggung ketika bertemu kembali. Dan lagi, mereka tidak berani untuk menatap satu sama lain.

Taehyung melirik salah satu seragam tentaranya yang terpajang dengan nyata di sudut ruangan sang ayah. Sangat jelas, namanya tertera di seragam itu. "Apa kabar, Jenderal?"  Akhirnya Taehyung memberanikan dirinya untuk membuka pembicaraan.

"Panggil aku Ayah. Lupakan ucapan saat terakhir kita bertemu," ucap sang jenderal dengan menatap jemarinya yang saling bertautan. Sedangkan Taehyung terdiam menatap sang ayah yang terlihat menyesal.

"Ayah sengaja tidak mencarimu karena tidak ingin menganggumu, namun bukan berarti ayah merestui pernikahan kalian yang sudah lama terjadi itu. Sampai kapan pun ayah tidak akan setuju dengan pilihanmu."

Mendengar ucapan sang ayah, Taehyung hanya tersenyum pasrah serta menunjukkan kekecewaannya. Tidak perlu bertanya mengapa ayahnya tau tentangnya.
Ia sangat mengenal ayahnya bagaimana lelaki tua itu sangat pandai mencari informasi. "Aku kira ayah akan berubah pikiran. Ternyata tidak, walau aku mengharapkannya." Lagi-lagi raut kecewa tidak dapat ditutupi oleh Taehyung. Lelaki yang sangat mengharapkan sebuah restu walaupun sangat terlambat untuk meminta kembali. Bagaimana pun, restu adalah hal yang penting walau terlihat sepele.

Taehyung berdiri dengan pelan seraya berucap kembali, "kurasa aku akan pulang setelah dari pemakaman ibu. Aku hanya ingin tau keadaan ayah dan berharap sebuah restu, namun tampaknya aku tidak akan mendapatkannya sampai kapan pun. Jika sudah begitu aku bisa pergi meneruskan kehidupan yang salah menurut ayah."

Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang