Part +49

1.4K 269 68
                                    

Taehyung terduduk di depan rumah sakit dengan perasaan kacau. Dengan tubuhnya yang terlihat berantakan, ia makin mengacak-acak rambut hitam kusutnya. Berkali-kali ia menarik napas untuk mengikhlaskan keadaan, mencoba begitu sabar seperti Irene yang selalu mengingatkannya. Entah, siapa yang harus disalahkan. Ia terlalu lelah untuk sekadar menuntut orang-orang yang berlaku keji pada istrinya. Orang-orang biadab yang tidak berpikir jernih.

"Permisi."

Suara itu membuat Taehyung sedikit tersadar dan menatap dua orang lelaki ber-jas hitam berdiri di hadapannya. Tanpa bertanya, Taehyung tau dua lelaki ini adalah suruhan ayahnya. "Ada apa kalian kemari?"

"Jenderal meminta kau kembali," ucap salah seorang suruhan sang Jenderal itu.

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Taehyung sedikit tertawa kecil, cukup lucu baginya mendengar ayahnya meminta dirinya kembali setelah sekian lama. "Apa karena kunjunganku kala itu sehingga ayah jadi lebih percaya diri ingin aku kembali?"

"Berita di negara ini cukup ramai di Amerika. Tampaknya Jenderal telah memperhitungkan akibatnya sehingga kami berdua disuruh untuk menjemputmu," ucap salah seorang itu.

Taehyung mengerti, ayahnya pasti mengkhawatirkan dirinya sehingga meminta ia untuk kembali. Ia cukup terharu atas perhatian kecil dari ayahnya tersebut namun...

"Aku tidak akan kembali jika hanya aku yang ia minta," tolak Taehyung.

"Jenderal meminta kau kembali bersama istrimu juga."

Taehyung terdiam setelah suruhan ayahnya itu berbicara. Ada sedikit rasa tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Ia tidak mengerti mengapa tiba-tiba ayahnya meminta dirinya untuk kembali, apalagi bersama dengan Irene. Dirinya bangkit dari kursi dan berbalik untuk masuk ke dalam rumah sakit. "Katakan pada Jenderal, aku akan kembali saat anak dan istriku pulih."

.

.

.

"Kau dari mana?" tanya Irene ketika Taehyung baru saja masuk ke dalam ruangan. Lelaki itu tersenyum seraya melepas jaketnya. "Hanya mencari udara segar."

"Aku ingin buah itu," pinta wanita itu.

"Aku akan ambilkan." Taehyung meraih sebuah pisang yang istrinya itu inginkan dari atas nakas. Sebelum ia memberi buah itu pada istrinya, ia sempatkan untuk melirik anaknya yang tertidur dengan pulas di ranjang yang tidak jauh dari ranjang istrinya. "Apa Val tadi terbangun?" tanyanya.

"Tidak," jawab Irene dengan menerima pisang dari tangan Taehyung.

"Cepat sembuh istriku," kecup Taehyung singkat pada kening Irene dengan lembut. Dirinya menarik kursi dan mendudukkan dirinya di sana seraya menatap istrinya. "Aku ingin tau apa yang kau rasakan?"

"Hm," Irene mengerutkan dahinya, pasalnya ia bingung tiba-tiba Taehyung bertanya begitu, "memangnya kenapa?"

"Apa kau tidak merasa marah dengan orang-orang yang telah membuatmu begini?" lelaki itu mengenggam satu tangan Irene.

"Aku marah tentu saja, mereka telah membuat kita tidak punya tempat tinggal. Namun, aku tidak ingin menunjukkan jika aku marah, aku tidak ingin memperpanjang masalah ini. Ku harap kau juga begitu."

Taehyung menunduk, menatap kedua tangannya yang mengenggam erat tangan wanita itu. "Aku seakan-akan gagal menjagamu..." lirih Taehyung.

"Itu tidak benar," Irene membawa tubuh suaminya itu dalam dekapan, "kau suami terbaik, aku tidak ingin menukarmu dengan suami yang lain," ucap Irene dengan sedikit terkekeh sekadar menghibur lelaki itu.

Taehyung pun ikut tertawa dan membalas dekapan Irene. "Sebenarnya, berapa banyak kau punya suami?"

"Ada banyak sampai aku tidak bisa menghitungnya," jawab Irene bercanda.

Taehyung diam tanpa berniat untuk membalas. Ia merasakan nyamannya dalam dekapan wanita lemah yang mempunyai hati bagai malaikat. Wanita rapuh yang perlu ia jaga lebih ekstra lagi. "Apa kau ingat janji kita pada malam itu?"

"Janji yang mana?"

"Janji kembali ke Amerika."

Irene jadi teringat saat dirinya masih mengandung Val, ia meminta suaminya untuk berjanji, jika suatu saat mereka akan  menetap di Amerika dan Taehyung kembali menjadi tentara. Ia masih sangat jelas mengingat itu. "Aku mengingatnya."

Taehyung melepas pelukan Irene dengan pelan dan memandang wajah pucat itu. "Aku ingin melaksanakannya, kembali menjadi seorang tentara agar kita bisa hidup dengan lebih layak lagi." Lelaki itu berpikir bahwa ini adalah kesempatan yang baik untuknya menepati janji.

Irene diam seribu bahasa, ini bukanlah sesuatu yang membuatnya senang atau pun sedih. Ia juga tidak mengerti ada apa dengan dirinya. Bukankah seharusnya ia langsung mendukung keinginan suaminya itu. Bukankah itu keinginannya.

"Aku merasa kita tidak punya kesempatan untuk tinggal di sini lagi, semuanya pasti akan tampak tidak nyaman dan tidak seperti semula," ucap Taehyung.

"Bagaimana dengan ayahmu? Apa ia akan senang melihatku bersamamu?"

"Aku tidak bisa memastikan tentang hal itu, namun ia memintamu untuk ikut denganku juga. Bukankah ini pertanda baik." Taehyung mengenggam dan menatap mata Irene untuk menyakinkan wanita itu bahwa bisa saja ayahnya telah merestui mereka.

"Jadi, apa kau setuju kita pergi?"

Note bagi yg ngerti: Hidden bakal hilang setelah related tamat:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note bagi yg ngerti: Hidden bakal hilang setelah related tamat:)

Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang