Part +64

1.4K 262 40
                                    

"Irene."

Merasa dipanggil dirinya segera menoleh ke asal suara. Untuk sesaat Irene terdiam dengan mata yang saling memandang. Bibir yang terkatup rapat dengan mata yang mulai berlinang. "Tae-taehyung."

Taehyung pun memasang wajah yang sama dengan tangan yang bergetar ingin menyentuh pipi istrinya. Berkali-kali ia menyebut nama Irene dengan pelan. Berharap bahwa ia tidak bermimpi, tidak bermimpi jika wanita di depannya ini adalah istri yang ia cari. "Kau Irene?"

Irene mengigit bibir menahan tangis saat tangan hangat Taehyung menyentuh pipinya. Menatap mata Taehyung dalam dengan penuh kerinduan. "Aku Irene, istrimu." Tanpa menunggu lebih lama lelaki itu memeluknya erat dengan mata yang terpejam. Kembali bergumam bahkan ia menemukan dirinya.

"Jangan pergi lagi."

Irene tersenyum hambar. Sangat sengaja untuk tidak menjawab ucapan suaminya. "Ayo kita duduk..."

"Tidak. Aku tidak ingin melepasmu."

"Hanya duduk." Irene melepas pelukan mereka dan membawa lelaki itu untuk duduk di sampingnya.

Taehyung mengenggam tangan Irene erat agar Irene tidak pergi darinya, matanya bahkan terus memandang wajah penuh air mata tanpa isakan itu. Wajah pucat Irene membuat hatinya sakit dan berpikir bahwa istrinya telah banyak menderita karena ayahnya. Ia menyesal tidak bisa menemukan Irene lebih cepat. Tanpa sengaja matanya beralih menatap perut yang tampak sedikit besar dibalik dress yang kusut. Ingin rasanya ia membunuh dirinya sendiri karena membiarkan Irene pergi dengan perut seperti itu.

"Ini anakmu," ucap Irene.

Tanpa terduga Taehyung menangis menundukkan wajahnya hingga mengenai perut itu, mengecupnya seraya merasa menyesal.

Irene mengusap pipinya berkali-kali sembari mendongak untuk menahan air matanya. Ia tidak sanggup melihat Taehyung yang menangis di depannya. Hatinya terlalu sakit mendengar isakan dari orang yang ia sayang.

"Taehyung, kita harus bicara."

"Tidak ada yang perlu dibicarakan. Ayo, kita pergi ke mana pun untuk hidup tenang." Taehyung bangun dan menarik Irene dengan paksa, namun Irene menolak dan menghempaskan tangan Taehyung dengan kasar.

"Aku menemui bukan untuk kembali," ucap Irene.

Taehyung menatapnya dalam.

Irene mengalihkan tatapannya dengan air matanya yang kembali jatuh. "Aku ingin kita bercerai."

"Tidak!" tolak Taehyung. "MENGAPA KAU MENYERAH! KITA MASIH BISA MENCARI JALAN LAIN SELAIN BERCERAI!" lelaki itu menguncang-guncang bahu Irene agar menyadarkan istrinya dengan keputusan konyol itu.

"Bukan begitu, coba dengarkan aku." Irene melepas kedua tangan Taehyung dari bahunya. "Aku bukan menyerah. Batasanku hanya sampai sini, aku tidak ingin menikah tanpa restu. Sudah cukup bagiku, aku ingin berhenti."

Taehyung menangkup kedua pipi Irene, menatap tajam wanita itu. "Apa ayah yang menyuruhmu begini! katakan! Apa ia mengancammu!" 

"Tidak," bohong Irene, "ini kemauanku. Aku hanya lelah untuk terus bertahan dalam pernikahan tanpa restu." Sebenarnya Irene tidak sepenuhnya berbohong, ia hanya berbohong tentang ancaman, selebihnya itu adalah kata hatinya. Kata hatinya yang menginginkan untuk berakhir.

"Irene, tolong pikirkan kembali. Apa kau ingin meninggalkanku? Meninggalkan Val?"

Irene menunduk, kembali mengusap pipinya. Dirinya mengangguk pelan tanpa berani untuk menatap Taehyung. "Aku titip Val padamu."

Taehyung mengangkat wajah Irene agar wanita itu menatapnya. Menyatukan dahi mereka dengan mata terpejam. "Aku tidak bisa hidup tanpamu..."

"Tolong pahami aku..." lirih Irene.

"Apa selama ini aku tidak memahamimu? Aku selalu memahamimu..."

"Tapi ayahmu tidak memahamiku."

Taehyung terdiam sesaat. Ya, dia membenarkan ucapan Irene, orang tua itu memang tidak bisa memahami Irene, jangankan Irene memahami dirinya pun tidak. "Aku minta maaf..."

"Mari kita bercerai."

"Tidak."

"Tolong cari penggantiku untuk merawat Val."

"Tidak." Taehyung menolak dengan keras.

Irene mengecup bibir Taehyung dengan pelan. Menempelkan kedua belah bibir itu dengan air mata yang terus turun dari pelupuk matanya. "Bagaimana pun kita bertahan saat ayahmu masih tidak bisa merestui kita, pada waktunya kita juga akan berpisah. Aku mendengar kau akan dinikahkan dengan wanita pilihan ayahmu. Sangat kecil kemungkinan aku tetap bertahan disisimu sampai saat itu. Lebih baik aku yang mundur dari sekarang."

Irene mencium bibir suaminya kembali dengan lumatan kecil mengingat bahwa ini adalah ciuman terakhir mereka. Wanita itu sedikit mencengkram kerah kemeja suaminya, memperdalam ciumannya dengan beribu luka.

"Menikahlah dengan dokter cantik itu. Perlakuan wanita itu dengan baik seperti kau memperlakukanku. Beri dia kebahagiaan maka kau juga akan bahagia tanpa aku. Lakukan semua itu demi Val, Val butuh seorang ibu. Aku percaya pada wanita itu, aku juga percaya padamu. Kebahagiaanku padamu hanya sampai sini, aku juga akan mencari kebahagiaan lain yang bisa memahamiku. Walau kau memintaku untuk kembali suatu saat, aku tidak akan kembali jika masih tanpa restu. Aku ingin semuanya berakhir..."

Irene perlahan-lahan mundur melepas dengan pelan genggaman tangan Taehyung. Melangkah mundur untuk menjauh dari lelaki yang sudah membuatnya menjadi wanita paling bahagia, lelaki nekat yang berani mempertaruhkan nyawanya demi dirinya. Hanya lelaki itu... yang mengutamakannya di atas segalanya.

"Aku akan selalu mencintaimu sampai kapan pun."

Irene berbalik melangkah mendatangi Jin yang sudah menunggunya dari kejauhan. Ia harus pergi sejauh mungkin agar bisa melupakan semua kenangan manisnya. Ia harus pergi jauh agar dirinya dan Taehyung mendapat kebahagiaan yang baru.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang