Part +77

1.6K 269 24
                                    

"Irene."

Wanita yang disebut namanya menoleh pada asal suara, dirinya mendapati lelaki yang baru saja mengikat dirinya dalam hubungan. Berdiri di belakangnya masih dengan terbalut jas yang rapi.

"Bisa keluar, ada yang perlu kita bicarakan."

Irene mengikuti lelaki itu untuk duduk di teras depan rumahnya. Tanpa basa-basi pun lelaki itu langsung membuka pertanyaannya.

"Kau yakin?" 

"Apa?"

Jin diam dengan wajah yang mengeras. Ia menatap Irene dengan kekesalan yang tidak bisa ia tunjukkan. Wanita di depannya ini sangat bersikeras, nyatanya ia sangat jelas melihat keraguan untuk menikah dengannya. "Mari kita akhiri saja sebelum terlambat. Aku tidak ingin melihatmu tertekan karena harus bersamaku." Dirinya meraih tangan Irene ingin melepas cincin yang tersemat cantik di jari wanita itu.

Namun, Irene menarik tangannya paksa sebelum cincin itu terlepas. "Apa yang kau lakukan?" 

"Berhenti berpura-pura menyukaiku."

Tubuh Irene menegang, dirinya bahkan tidak sanggup untuk melihat mata Jin yang menatapnya tegas.

"Kau sadar jika kita hanya sebatas teman?"

Bagai dihantam ombak yang besar, Irene terdiam seribu bahasa. Ia meneguk saliva pahitnya dengan pandangan tumpul. Banyak jawaban untuk menyangkal  pertanyaan sekaligus pernyataan itu, namun tidak satu pun dapat terucap. "Cukup, Jin!" ia menutup kupingnya kuat. "Tidak! jangan katakan apapun lagi!" Irene bangkit, masuk dengan tergesa-gesa meninggalkan Jin yang berusaha mencegahnya.

"Irene, kita harus bicarakan ini."

Irene menggeleng. Menutup pintu dengan keras tanpa berniat untuk membicarakan hal yang dapat merubah niatan hatinya. Ia bersandar dibalik pintu, merosotkan tubuhnya dengan mata yang berlinang. Ia merasa ragu, namun ketika diberi kesempatan untuk lepas ia malah tidak mau. Sebenarnya apa yang ia inginkan? Perlahan-lahan ia terisak hingga tanpa sadar jika Jin masih berada dibalik pintu mendengarnya menangis.

.

.

.

Alunan merdu musik menggema nyaring di satu rumah yang diramaikan oleh kaum wanita. Acara ini hanya boleh dinikmati khusus para wanita saja. Ya, karena ini adalah acara henna yang diselenggarakan oleh calon mempelai wanita, adat dari kebudayaan Timur Tengah. Penari-penari belly dengan lenturnya menggoyangkan tubuh mengelilingi Irene dan beberapa wanita profesional yang asyik mengukir di tangan calon mempelai itu.

"Kau beruntung sekali bisa mendapatkan pemuda kaya di kota kecil ini," puji salah satu wanita di samping kiri Irene, lalu wanita di samping kanannya pun tidak mau kalah. "Benar, bukan hanya kaya, namun juga tampan."

"Astagfirullah---haram, Shadha, memandang lawan jenis."

"Aku tidak memandang, aku hanya kebetulan meliriknya," tampik wanita yang bernama Shadha itu.

Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang