Part +53

1.3K 246 117
                                    

Wanita yang sekarang satu rumah dengan mertuanya itu menampilkan senyumnya dikala mengingat jika ayah mertuanya menerimanya dengan baik sebagai seseorang yang dibenci. Kedua tangannya bergerak lincah mencuci piring sehabis menyantap makan malam. Malam makan yang canggung, namun itu jauh lebih baik karena lelaki tua itu mau menyantap makanan yang ia buat.

"Ibu, apa ayah sudah menelepon?" tanya Val yang mendatanginya ke dapur setelah bermain dengan Tn. Vincent.

"Belum, mungkin ayahmu masih sibuk," jawab Irene yang mengeringkan tangan basahnya. Ya, dirinya telah selesai mengerjakan kewajibannya.

"Ayah itu sebenarnya menyebalkan. Di saat ayah ada selalu mengajak bertengkar, ketika tidak ada malah membuat rindu," ungkap Val seraya berjalan meninggalkan ibunya.

Irene hanya tersenyum kecil dan mengikuti tubuh kecil anaknya yang berjalan di depannya. "Ibu iri, kau begitu sayang dengan ayah."

"Tidak! Aku lebih sayang ibu," tolak Val dengan tegas. Walaupun sebenarnya terlihat jelas jika anak tampannya sedang mengelak. Lagi-lagi Irene hanya tersenyum dan masih mengikuti langkah Val yang menuju kamar. Tidak terduga, telepon yang Val tunggu berbunyi membuat anak itu berlari cepat dan berteriak kegirangan. "KIM TAEHYUNG MENELEPON!" anak kurang ajar yang berani menyebut nama ayahnya.

"Val, jangan begitu," tegur Irene. Namun, ia juga tidak dapat menahan senyum karena tingkah anaknya.

"Halo ayah, apakah ini ayah Val?"

"Maaf adik. Kau salah sambung," sahut seseorang di seberang telepon. Val langsung merubah raut wajahnya dan memberi telepon itu pada ibunya. "Ibu, ini bukan ayah."

Irene menerimanya dan meletakkan telepon itu ke kupingnya. "Kau senang mengerjai anakmu?" ucap Irene pada suaminya yang berhasil mengelabui anaknya sendiri. Terdengar kekehan kecil dari telepon itu. "Bagaimana harimu di sana?"

"Di sini cukup baik. Lalu, bagaimana denganmu?"

"Ibu, itu ayah? Tadi katanya bukan." Val menarik-narik dress ibunya agar ikut mendengar pembicaraan yang sedang ibunya itu bicarakan.

"Di sini juga baik. Aku sekarang ditugaskan di Kuwait."

"Jaga dirimu baik-baik. Doaku selalu menyertaimu."

"Ibu, Val juga ingin bicara," ucap Val memohon di kaki ibunya.

"Nah, kau ini tidak sabar sekali." Irene memberikan telepon itu pada anaknya yang disambut dengan antusias. "Ayah, kapan pulang?"

"Ayahmu ini baru pergi lima hari," ucap Taehyung dengan nada kesal, "bahkan ayah tidak tau kapan harus pulang."

"Val tidak jadi minta mainan, yang terpenting ayah pulang."

"Kau kira ayah bisa pulang begitu saja."

"Ayah kan hebat, masa pulang saja tidak bisa."

"Kalau ayah pulang. Ayah akan menghabisimu," ancam Taehyung.

"Siapa takut. Val akan berlindung di belakang ibu." Val sangat tau di mana letak kelemahan ayahnya. Sodorkan saja ibunya sebagai tameng, maka ayahnya akan kalah.

Irene menggelengkan kepalanya pusing mendengar perdebatan yang tiada henti dari suami dan anaknya. Perdebatan yang sangat sering ia dengar hingga menjengkelkan untuk didengar kembali. "Sudah Val, kau sebaiknya tidur."

"Oke mom. Sini Val cium dulu, kasihan sekali ayah yang tidak bisa mencium ibu," pinta Val pada Irene sekaligus mengejek ayahnya yang jauh di sana.

"Dasar anak jahanam! Akan ku bunuh jika pulang."

Ujaran Taehyung tidak didengar oleh Val, anak itu pergi berlalu naik ke atas ranjang setelah memberikan telepon pada sang ibu.

"Kenapa kalian tidak berubah?" kali ini telepon telah beralih ke tangan Irene.

"Anakmu itu kurang ajar sekali, selalu tau caranya membuatku kesal."

"Itu anakmu juga," ujar Irene dengan senyuman, "besok hari pertamanya masuk sekolah."

"Ya, aku tau. Justru karena itu aku menelepon tapi ia malah--- ah, kau kan lihat sendiri bagaimana caranya mengejekku."

"Sudahlah..." Irene menurunkan sedikit suaranya karena tiba-tiba ia jadi teringat sesuatu. Sesuatu yang ingin ia katakan pada suaminya. Hal yang sebenarnya belum bisa ia pastikan dengan benar. "Taehyung," panggilnya. Ketika dirinya maupun Taehyung sudah memanggil nama, artinya hal itu adalah sesuatu yang serius untuk dibicarakan bahkan Taehyung yang jauh di sana sangat mengerti jika ia akan mengatakan atau menanyakan sesuatu.

"Katakan langsung, apa itu?"

Irene mengigit bibir bawahnya karena ragu. Alangkah baiknya jika ia bisa mengatakan secara langsung di hadapan suaminya. "Aku akan mengatakannya jika kau pulang."

"Jadi, kau ingin aku memendam rasa penasaran berbulan-bulan?"

"Bukan begitu. Sangat sulit bagiku mengatakannya di sini."

"Apa ini sesuatu yang membuatku senang?"

Irene mengulum senyumnya. "Aku tunggu kau pulang."

Tunggu yaa gaes tunggu seperti kata Irene

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tunggu yaa gaes tunggu seperti kata Irene

Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang