Part +80 Last

2.7K 299 32
                                    

Suasana ramai penuh dengan kegembiraan membawa segenap keluarga besar Jin, bersorak bahagia menunggu dimulainya acara akad nikah. Jin tersenyum ramah seraya bersalaman pada orang-orang yang baru saja datang dan duduk di dekatnya.

"Di mana mempelai wanitanya?" tanya seseorang itu pada Jin.

Jin tersenyum sembari menjawab, "Mungkin masih di jalan." Dirinya memalingkan wajah, menatap pintu masjid untuk memastikan kehadiran seseorang. Ia sangat berharap jika wanita itu benar-benar tidak datang, dan memilih kembali pada mantan suaminya. Karena apapun yang dipaksakan, itu tidak akan berjalan dengan baik, seperti pernikahan ini.

Senyum yang terukir di wajah Jin, semakin mengembang ketika hampir satu jam Irene belum juga datang. Penghulu bahkan mendesak agar pernikahan dilangsungkan tanpa mempelai wanita saja, karena itu masih terhitung sah, namun Jin menolak keras dan bersikukuh untuk menunggu Irene beberapa menit lagi. Sampai suara ramai tamu yang menghadiri akad nikah itu berdecak kagum pada seseorang yang memasuki masjid tersebut.

Jin menoleh dan mendapati Irene yang berjalan mendekat sambil mengangkat dress cantiknya. Wanita itu tersenyum kecil dengan mata sembab yang terlihat jelas walau telah ditutupi oleh riasan. Mendudukkan diri di sampingnya yang tidak lepas memandang wanita itu, kali ini bukan kekaguman, melainkan kebingungan. Ia sudah berulang kali memberi peluang pada Irene, namun wanita itu tetap bersikeras untuk menikah dengannya.

Pandangannya itu buyar ketika sang penghulu memulai acaranya. Ia sekilas melirik Irene lagi yang tertunduk sembari menatap kedua tangannya sendiri, lebih tepatnya menatap sebuah kertas yang sudah diremas.

Hingga para tamu yang menghadiri akad nikahnya kembali berdecak heran, saat seseorang berseragam tentara berdiri di ambang pintu masuk yang berada di sebelah kirinya. Jin juga tertarik untuk menatap lelaki itu, hingga matanya beralih pada wanita di sampingnya. Tidak perlu dijelaskan panjang lebar, ia sangat paham dengan tatapan penuh arti yang Irene berikan ketika memandang Taehyung. Irene bodoh, itulah kata yang terus ia ulang dalam benaknya.

Dirinya tersenyum getir, mendapati wanita keras kepala yang tetap kukuh duduk di sampingnya. Padahal di sana jelas-jelas kehadiran Taehyung adalah menjemputnya untuk pulang, kembali seperti kehidupan dahulu yang penuh kebahagiaan. Tetapi wanita ini menyia-nyiakan kesempatan emas yang tidak mungkin datang untuk kedua kalinya. Hingga Taehyung berbalik untuk pergi tanpa berucap apapun. Lalu Irene yang malah banjir dengan air mata. Ia mengerti, alasan paling sederhana Irene tetap menikah dengannya adalah karena tidak enak hati pada kerabatnya. Apalagi acara yang mereka buat tidak memakan biaya yang sedikit.

"Bisa kali ini kita mulai dengan sungguh-sungguh?" tanya sang penghulu.

"Tidak. Kita batalkan saja pernikahan ini," jawab Jin dengan wajah datarnya.

Irene refleks mengusap pipinya. "J-jin..."

Jin memandang Irene dengan tegas, rahang mengeras dengan mata yang tajam. "Kau bodoh, Irene. Kejar dia! tunggu apalagi!"

"J-jin... k-kau...."

"Jangan pikirkan aku, pikirkan dirimu sendiri."

Irene mengigit bibir dengan ragu, dirinya menatap Jin yang sungguh marah padanya. Wajah tampan itu menjadi merah padam yang memintanya untuk pergi, desakan Jin seakan-akan terasa dalam benaknya walau lelaki itu tidak mengucapkan apapun.

Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang