Part +21

1.9K 358 28
                                    

Hari keenam, setelah persidangan pertama. Satu hari lagi menuju sidang yang kedua. Irene berbaring dengan gelisah di lantai yang dingin. Ia mengeratkan selimut pada tubuhnya yang bergetar. Menangis, saat ini ia menangis, mengkhawatirkan Taehyung yang belum juga ditemukan. Walau tanpa suara, air matanya terus turun mengenai bantal yang ia gunakan.

"Hai, Nona!"

Irene sontak menghapus air matanya dan bangun secara tiba-tiba.

Seorang polisi kini berdiri di depan jeruji besi berkacak pinggang sembari menatapnya. "Bisa kau berhenti. Dua hari ini kau menangis setiap saat. Apa kau tidak lelah? Aku yang melihatnya sangat lelah."

Irene hanya terdiam seraya mengusap pipinya yang masih basah.

"Jika kau merasa dunia ini tidak adil. Maka jangan kau berbuat hal buruk terhadap orang lain."

Irene menatap polisi itu yang kini tengah berjongkok menatapnya.

"Aku tidak bersalah," ucap Irene.

Polisi itu hanya tersenyum mengejek dengan mengusap wajahnya. "Kalau kau tidak bersalah, tidak mungkin kau di sini."

Cukup lama mata mereka bertemu, terdiam untuk beberapa saat sebelum Irene menjawab.

"Aku difitnah."

"Kau ini lucu sekali."

Irene menatap polisi yang masih mengejek dan mentertawakannya. "Bapak tidak pernah merasakan bagaimana menjadi seorang muslim di tempat yang masih banyak terjadi hal-hal rasis. Bapak tidak tau betapa aku menderita karena agama yang aku yakini. Aku bertahan sampai sekarang karena aku percaya, Tuhan akan membalasnya dengan kebahagiaan."

Polisi itu seketika terhenti dari tawanya. Ia menatap Irene lekat, seolah-olah ia baru saja menghantam tembok yang besar untuk menyadarkan dirinya.

"Dan sekarang aku diuji untuk melewati ini," ucap Irene lagi.

Keduanya kembali terdiam. Sorot mata seorang polisi itu, memancarkan penyesalan atas ucapannya. "Apa aku perlu membantumu untuk keluar dari sini?" seketika polisi itu menawarkan bantuan pada Irene.

Tentu saja Irene akan senang akan hal itu, namun bukan itu yang sekarang ia inginkan. Ia tidak peduli bagaimana nanti ia akan tetap di penjara atau tidak. Satu-satunya yang ia inginkan sekarang adalah...

"Bisa bapak membantuku mencari calon suamiku yang menjadi korban jatuhnya pesawat baru-baru ini, hingga sekarang ia belum ditemukan."

Polisi itu berpikir sejenak seraya menatap lantai. "Mustahil jika dia ditemukan dalam kondisi selamat. Ini sudah berhari-hari berlalu."

"Aku tidak masalah, jika bapak membawanya dalam keadaan tidak bernyawa. Aku hanya ingin melihatnya sekali lagi."

Polisi itu tersenyum. Menepuk-nepuk surai Irene dengan pelan "Aku akan usahakan. Aku akan mencari saat malam hari di luar tugasku."

.

.

.

Lelaki yang Irene khawatirkan sekarang masih terduduk di tempat yang sama sejak ia bangun dari pingsannya. Tubuhnya yang tersandar di pohon, menatap laut biru dan langit yang mendung dengan pikiran yang bercamuk. Angin yang bertiup kencang menandakan akan ada sebuah badai di tempat tersebut. Tidak perlu menunggu lama, kini hujan mulai turun membasahi bumi, membasahi dirinya yang tidak berdaya untuk berlindung.

Angin yang bertiup semakin kencang dengan langit yang mendung hingga kilatan petir yang terus terdengar. Udara yang dingin dan lembab, dedaunan yang terbang dibawa oleh angin, ranting-ranting mulai berjatuhan. Pohon kelapa yang berayun-ayun membuat kesan ketakutan jika pohon itu tumbang mengenai dirinya. Ombak yang bergulung tinggi seakan-akan menggambarkan bahwa ini adalah akhir dari kehidupan.

Jika dirinya tidak ditemukan di sini, bagaimana dengan Irene? Apa gadis itu bisa melewati masa sulitnya?

Mata Taehyung terpejam merasakan suasana yang buruk di sekitarnya. Suara burung-burung yang ribut ketakutan terdengar. Kilat terus terlihat, diikuti dengan suara guntur yang menggelegar.

Taehyung tertawa pelan, merasa lucu jika ia mati konyol di tempat ini. Hujan deras turun membasahi bumi. Bibir yang kering, wajah yang pucat, mata yang memerah. Diguyur dengan derasnya hujan membuat tubuh Taehyung seolah-olah membeku. Tidak ada yang bisa ia perbuat bahkan berdiri pun ia tidak mampu. Kini ia hanya bisa mempasrahkan semuanya pada takdir dan keajaiban Tuhan.

 Kini ia hanya bisa mempasrahkan semuanya pada takdir dan keajaiban Tuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang