Part +78 (Back To Part 1)

1.9K 257 66
                                    

Raut wajah gelisah menemani masuknya Jin ke dalam rumahnya, dengan menggendong Vel yang menangis, ia melangkah mencari ibunya. "Bu, Irene belum pulang?"

Ibunya yang tengah sibuk kini terhenti dari kegiatannya. "Dia pergi?"

"Ia pergi satu jam yang lalu. Entah ke mana, aku juga tidak tau."

"Kenapa kau membiarkan calon mempelai pergi sendiri! cepat cari dia, besok pernikahan kalian," pinta ibundanya Jin yang setengah berteriak. Ia juga mengambil alih Vel dalam gendongan Jin. "Cepat pergi!"

.

.

.

Kini, calon mempelai wanita yang tengah dicari itu, merenung sembari berjalan tanpa arah. Dalam hamparan luas gurun pasir, ia berjalan seorang diri dengan pandangan yang kosong. Kakinya yang tanpa alas terus melangkah mencari ketenangan. Ada satu titik di mana ia harus menyakinkan bahwa keputusan yang ia buat tidaklah salah. Hati. Ia sedang menyakinkan hatinya. Dirinya tidak dapat berjalan mundur ketika pintu gerbang dibuka dengan lebar. Walaupun bisa, pasti akan dipaksa masuk karena sudah sangat terlambat.

Dirinya menghela napas seraya menatap kakinya yang berjalan tanpa henti. Ia berpikir, bagaimana jika ia bertemu kembali dengan Taehyung dan Val? Apakah ia tetap akan kukuh pada pendiriannya? Ia sungguh lelah dengan hati dan pikirannya sendiri.

Tanpa disangka, angin bertiup kencang, membuat selendang yang ia kenakan terbang dibawa oleh angin menjauh darinya. Ia telah berpikir, bahwa selendangnya telah hilang dan ia tidak akan mungkin untuk mengejarnya. Namun, pikirannya salah.

Dia....

Lelaki yang membuatnya lelah, menangkapnya dalam genggaman.

Wajah tirus dan pucat menatapnya sendu seperti pertama kali mereka bertemu. Lelaki yang berseragam tentara itu tetap sama seperti dahulu. Tampan dan berkharisma. Darahnya mendesir naik hingga jantungnya masih tetap berdetak merdu seperti saat bersama lelaki itu. Tidak ada yang berubah, semua terasa sama. Sekuat apapun ia menutupi perasaannya, hatinya tidak bisa berbohong. Ia masih mencintai lelaki yang berbeda dengannya, Kim Taehyung.

Ia menahan diri untuk tidak memeluk lelaki itu, karena ia sadar dirinya bukanlah siapa-siapa, hanya sekadar mantan istri dan ibunya Val. Ia begitu menahan kuat agar kakinya tidak melangkah sedikit pun dari tempatnya. "Sudah kukatakan, jangan muncul di depanku jika masih tanpa restu."

"Aku membawanya."

Irene terdiam cukup lama. Sorot matanya bahkan enggan untuk berpaling. Hingga seorang anak kecil muncul dari balik tubuh Taehyung. Anak itu menatapnya dengan takut.

"Val," panggilnya.

Val tidak bergeming. Anak itu bahkan bergetar makin takut saat dirinya melangkah untuk mendekat. "Ini ibu...."

"Ja-jangan..." lirih Val. "I-ibu ja-jahat. Jangan pukul Val...."

Seketika Irene menatap Taehyung. Meminta jawaban atas perkataan Val yang terdengar sangat takut. Namun, lelaki itu hanya diam seakan-akan tidak sanggup untuk mengatakan apapun. Ia bersimpuh, menarik anaknya ke dalam pelukan. Mendekapnya dengan sayang sesekali bergumam bahwa yang memeluk anak itu bukanlah ibu yang jahat. Sampai ia menyadari ada sesuatu yang berbeda pada tengkuk anaknya. Ia menatap tengkuk Val yang mengundang perhatian. Dirinya membalikkan tubuh kecil itu, menyingsing ke atas baju Val dengan cepat.

Seketika ia terkejut bukan main. Tubuh anaknya penuh dengan lebam, goresan yang bahkan bekas itu tidak akan bisa hilang dengan mudah. Ia berdiri menatap Taehyung dengan tajam. "Kau yang melakukannya?"

Taehyung terdiam sejenak memandang wajah merah Irene yang menatapnya. "Aku gagal menjaganya." Wanita yang kini berdiri di depannya membuang muka dengan kekesalan yang ditahan. "Kembali padaku, Val butuh ibu sepertimu bukan yang lain." 

"Aku sudah sangat percaya padamu hingga aku rela melepas Val untukmu. Tapi kenapa kau tidak bisa menjaganya!"

"Irene, kumohon kembali padaku."

"Taehyung! jawab aku! kenapa kau lengah menjaganya!" marah Irene. Ia sekarang mengkhawatirkan anaknya, tapi Taehyung malah terus-terusan memintanya kembali.

"Itu juga karena kau yang memintaku menikah dengannya! kau terlalu naif dan mudah percaya pada wanita itu, dan aku juga terlalu bodoh karena terlalu mencintaimu!" balas Taehyung dengan lantang, bahkan urat lehernya tercetak jelas. Ia marah pada Irene? Tidak, ia marah pada kebodohan mereka.

Mata Irene yang tadinya sangat sengit, berangsur menjadi lembut. Netra indah itu perlahan-lahan mengeluarkan cairan bening, membasahi kedua pipinya. Ia salah dan Taehyung juga salah, itulah yang bisa ia simpulkan. Dirinya mengenggam tangan Val tanpa mengalihkan tatapannya. "Berikan hak asuh Val padaku. Dan kau..." ia menjeda ucapannya sembari mendorong dada Taehyung, "kembalilah ke tempat asalmu."

Irene menarik tangan Val ingin membawa anaknya pergi, namun Taehyung menahannya.

"Aku ke sini untuk menjemputmu, bukan mengantar Val."

Irene menepis tangan Taehyung dari bahunya dengan pelan. Tanpa ingin menoleh ataupun menatap mata lelaki yang ia rindukan. Ia berucap, "Kau datang terlambat... sangat terlambat." Dirinya lalu menoleh pada Jin yang berdiri tidak jauh dari mereka. "Undangan sudah tersebar, dan aku harus menikah dengannya."

Jadi teman-teman, Flashback berakhir di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi teman-teman, Flashback berakhir di sini.

Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang