Part +7

2.8K 514 61
                                    

Langit telah gelap namun Taehyung maupun Irene belum juga sampai ke pengungsian. Kuda terhenti membuat Irene bertanya-tanya. Baru saja ia ingin bertanya, lelaki itu lebih dulu berbicara. Suara husky yang terdengar, berhasil membuat Irene meremang. Ya, ia merasakan bagaimana napas lelaki itu menyentuh tengkuknya.

"Apa kita beristirahat saja dan melanjutkan perjalanan kita besok?" tanya Taehyung.

Tanpa menolak, Irene langsung setuju. Keduanya kemudian turun dari kuda, entah mengapa Irene selalu berusaha untuk tidak menatap Taehyung. Ada berbagai perasaan yang ingin ia sangkal ketika mengingat perlakuan lelaki itu padanya. Jantungnya bisa berdetak dengan kencang hanya dengan melihatnya.

"Kenapa masih berdiri? Ayo duduk di sini!"

Irene mendekat dengan pelan, mendudukkan dirinya di samping lelaki itu. Malam semakin larut, tidak ada pilihan selain mengistirahatkan tubuh untuk kembali di esok hari. Di malam itu, mereka hanya bisa duduk berhadapan dengan rembulan yang membulat sempurna. Hanya cahaya yang dapat mereka andalkan untuk menerangi mereka di tengah luasnya gurun pasir. Keduanya terdiam membisu menikmati pemandangan malam yang sunyi dan sepi. Hanya ada suara napas dan detak jantung yang tidak terdengar oleh keduanya.

"Apa kita tidur di sini?" tanya Irene memastikan, sedikit melirik Taehyung dari samping.

"Mau tidak mau. Kita butuh tidur."

"Kurasa aku tidak akan bisa tidur."

"Aku juga."

Keduanya saling memandang, kemudian terkekeh pelan.

"Apa kau punya suatu cerita yang menarik?" Irene bertanya pada Taehyung.

Taehyung terlihat berpikir, "Kurasa, aku punya."

"Ceritakan padaku, aku ingin mendengarnya."

Di malam yang sunyi, keduanya memecahkan keheningan dengan cara yang menyenangkan. Mereka larut dalam obrolan yang menarik. Saling berbagi, saling menyelami pembicaraan, saling merasa tertarik satu sama lain. Rembulan adalah saksi bahwa kedua mata mereka mengatakan perasaan itu mulai muncul. Namun, akal dan pikiran terus mengatakan bahwa perasaan itu salah.

.

.

.

"Bisa kau pegangan lebih erat? aku akan melaju lebih kencang." Taehyung meminta pada Irene yang duduk di belakangnya. Sesuai permintaan, gadis itu berpegangan dengan lebih erat dari sebelumnya. Memeluk tubuh lelaki itu dari belakang, ini tidak boleh, kan? Tetapi, kenapa ia tetap melakukannya. Inilah yang disebut tentang perasaan yang baru mekar, semua dilakukan dengan kemauan hati. 

Mereka tidak pernah tau bahwa itu adalah awal dari sebuah kesalahan. Hingga selama seminggu semuanya terasa tenang dan menyenangkan. Ikatan cinta semakin tumbuh, hari demi hari. Namun di minggu kedua, semuanya mulai mendapat masalah.

Seluruh penghuni pengungsian mulai mengelilingi satu nyawa yang terikat di tiang. Wajah penuh lebam, napas yang terengah-engah dengan mata tertutup. Sorak-sorak keramaian menghakimi satu nyawa yang berusaha untuk hidup. Mata Taehyung terbuka, pandangannya menangkap sesosok gadis yang menatapnya iba. Dirinya tau, inilah akibatnya jika nekat untuk menyalahi peraturan. Lalu pandangannya beralih pada anak lelaki yang berdiri di dekat Irene. Tidak salah anak itu juga, jika anak itu mengingat wajahnya, tentara yang membunuh ayahnya. Semua bermula ketika ia menyapa anak itu yang terlihat takut saat menatapnya. Ia berusaha untuk berbicara pada anak itu namun anak itu malah mengatakan semuanya pada orang-orang. Sekarang ia tidak mungkin bisa meninggalkan Irak dengan selamat.

Matanya kembali lagi menatap Irene yang mulai meninggalkan kerumunan. Ia menghela napas, mungkin gadis itu kecewa padanya, walaupun dirinya dan Irene tidak pernah langsung berbicara tentang perasaan. Namun ia yakin, keduanya mempunyai rasa yang sama. Ya, ia sangat yakin.

"Maaf."

.

.

.

Berada di kegelapan dengan merasa lapar, haus, dan sakit, itulah yang Taehyung rasakan sekarang. Bagai hewan yang akan dikurbankan, ia dibiarkan terikat di tiang dengan keadaan yang mengenaskan dalam dua hari lamanya. Belum ada hal yang berbeda, tentu saja. Tidak ada yang boleh peduli padanya. Walaupun ada, tali yang menjerat tubuhnya tidak akan terlepas dengan mudahnya. Dari kejadian ini, tidak ada yang patut untuk disalahkan. Ini setimpal dengan apa yang sudah negaranya hancurkan.

Fokus Taehyung teralih pada cahaya terang ke arahnya. Wajahnya terangkat menatap gadis yang dua hari menghilang dari pandangannya. Gadis itu menatapnya dengan iba. Namun, dirinya lebih berusaha untuk tersenyum di hadapan gadis yang telah mengisi relung hatinya. "Aku senang melihatmu lagi," ucap Taehyung pelan.

Irene tidak berkutik, ia masih berdiri mematung di depan Taehyung dengan tatapan yang sama. Kemudian, ia tersadar maksud kedatangan untuk menemui lelaki itu, dirinya meletakan obor yang ia pegang dan mengeluarkan bungkusan yang ia bawa. "Maaf, aku baru datang," Tangan Irene bergerak untuk membuka bungkus nasi yang ia bawa, "kau pasti sangat lapar, aku akan menyuapimu."

"Kau tidak marah?" ucap Taehyung tiba-tiba, "harusnya kau marah karena aku tentara yang menghancurkan hidupmu."

Tangan Irene yang awalnya terangkat untuk menyuapi lelaki itu jadi terhenti. "Aku kecewa, tapi hatiku tidak bisa marah padamu," jujurnya. Begitulah isi hati Irene, ia begitu kecewa mengetahui siapa sebenarnya Taehyung. Lelaki bejat yang banyak membual terhadap dirinya. Dan bodohnya, ia tidak bisa marah.

Taehyung terdiam setelah mendengar perkataan gadis yang ada di hadapannya, dirinya memandang Irene dengan perasaan bersalah. Gadis baik hati yang tetap peduli padanya.

"Buka mulutmu, aku harus cepat pergi dari sini," pinta Irene seraya menyodorkan sesuap nasi.

Waktu berjalan dengan keadaan yang sama, tidak ada pembicaraan yang terjadi selama Taehyung makan. Lelaki itu melahap semua makanan sampai habis dengan bantuan Irene. "Setelah ini, aku akan membebaskanmu. Lalu pergi dari sini..." Taehyung terenyung mendengar perkataan, yang baginya itu adalah sebuah kata perpisahan.

"Di sini bukan tempatmu," ucap Irene lagi dan kali ini penuh penekanan agar lelaki itu mengerti.

Taehyung mematung seakan-akan ada ombak yang menghantam dirinya. Apa ini akhir dari kisah mereka? Dan yang lebih mengejutkan lagi kini dirinya terbebas seperti perkataan gadis itu, tali yang mengikat dirinya terlepas membuat tiba-tiba jatuh pada pelukan Irene karena kakinya yang lemah. Sesaat keduanya terdiam, ini seperti pelukan terakhir sebelum mereka tidak akan bertemu lagi. Mata keduanya terpejam, merasakan perasaan yang sama walau tidak pernah diungkap.

"Pergi... sebelum orang-orang membunuhmu," lirih Irene.

"Katakan padaku, jika kau tidak ingin aku pergi."

Mata Irene berkaca-kaca menolak keras ucapan Taehyung. Jika ia berkata seperti itu, maka bisa dipastikan lelaki itu tidak akan pergi. Walaupun hatinya tidak menginginkan kepergian lelaki yang memberinya kebahagian singkat. "Pergilah!" Irene melepas pelukan mereka, sedikit mendorong Taehyung untuk menjauh. "Aku tidak ingin lagi melihatmu ada di sini." Irene mengambil lampu yang tertajak di tanah. Bergegas pergi dengan cepat meninggalkan lelaki yang menatapnya kosong. Namun, suara pelan yang sangat jelas ia dengar membuatnya berhenti tanpa berbalik.

"Aku mencintaimu, ikutlah denganku."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang