Part +73

1.5K 251 62
                                    

"Vel!" teriak Irene yang segera melepas adonan kue, karena melihat anak perempuannya mencoba menarik taplak meja yang terdapat vas bunga, yang mungkin akan pecah jika ia tidak buru-buru menggendong anaknya. "Kau ini mulai nakal... mentang-mentang sudah bisa merangkak dan berdiri," gemasnya, lalu mendudukkan anaknya ke kereta bayi. "Main di sini ya... Ibu selesaikan orderannya dulu."

Semenjak melahirkan, Irene berhenti untuk memakai kartu kredit milik Taehyung. Karena masa idah-nya telah selesai, selesai pula tanggung jawab Taehyung padanya, itu menurut agama yang ia yakini. Lalu, dia mulai mencoba membuka sebuah usaha kecil untuk kebutuhannya sehari-hari. Ya, dia seorang single mom sekarang, bagaimana pun dia harus memutar otak untuk mencukupi kebutuhannya, terlebih anaknya. Beruntunglah dia saat masih menikah, dirinya melatih kemampuan mengolah kue yang akhirnya bermanfaat untuk dirinya sendiri. Dengan bantuan lelaki baik hati di samping rumahnya, dirinya berhasil mendapatkan pelanggan setia yang rutin memesan kue padanya.

"Assalamu'alaikum," salam Jin yang membuat Irene untuk kedua kalinya menghentikan aktivitasnya. "Wa'alaikumsalam," sahut Irene yang berjalan membukakan pintu.

Jin tersenyum manis melihat Irene yang menyambutnya dengan apron penuh tepung. "Maaf, aku pulang telat."

Tiba-tiba Irene tertawa pelan sembari membuka pintunya selebar mungkin. "Kau berkata seperti seorang suami. Ayo, masuk... Vel pasti ingin bermain denganmu."

"Kau tidak ingin?"

"Hm?" Irene yang tadinya berjalan mendahului Jin kini berbalik saat mendapat pertanyaan yang membuatnya bingung.

Jin yang mengerti dari perubahan wajah Irene, segera memperjelas perkataannya. "Kau tidak ingin punya suami?"  Sesaat tatapan dalam Irene menerawang sampai ke sanubarinya, tatapan mata yang sebenarnya mengharapkan sesuatu, namun tidak bisa mengatakannya karena keraguan. Dirinya tertawa pelan untuk memecahkan keheningan, melangkah pelan dan mengeluarkan sesuatu dalam saku celananya. "Penggemar beratmu semakin bertambah setiap harinya. Aku lelah terus dicegat untuk menyampaikan surat-surat ini kepadamu." Jin berlalu setelah menyerahkan beberapa surat ke tangan Irene, berjalan menghampiri Vel, lalu menggendong anak itu. "Om datang, Vel!" 

"Lagi?" tanya Irene pelan sembari meneliti surat di tangannya, namun enggan untuk membuka bahkan membaca.

"Sebenarnya kita hidup di jaman apa? Kenapa masih ada cara kuno ini untuk menyatakan perasaan?" ujar Jin.

"Yang lebih aku herankan, mengapa mereka malah menyukai seorang ibu dua anak sepertiku? padahal banyak perempuan muda di luar sana."

"Karena kau masih cantik."

Irene terdiam.

"Baca saja surat itu, itulah yang mereka katakan," ucap Jin yang selalu membaca surat yang diterima oleh Irene.

Seketika Irene menyadarkan dirinya. Ada sesuatu yang tidak beres dengan otaknya, setiap perkataan Jin membuatnya berpikir terlalu jauh. Entah ini karena tuntunan hatinya, atau hanya sebuah prasangka.

"Apa kerjaanmu masih banyak?" tanya Jin yang mendekat.

"Tidak. Ini hanya perlu di---" Jawaban lembut Irene terhenti ketika melihat anak cantiknya tertidur dengan nyaman dalam gendongan lelaki itu. "Vel merasa nyaman denganmu seperti seorang ayah."

"Apa aku layak menjadi ayahnya?"

Lagi-lagi Irene terdiam. Apa sebenarnya yang ia rasakan? Kenapa hanya dengan mendengar itu, membuatnya berpikir yang tidak seharusnya ia pikirkan.

Jin kembali tertawa untuk mencairkan suasana. "Kau hari ini terlihat aneh."

"Kau yang membuatku aneh."

"Apa?" tanya Jin sembari menyerahkan Vel pada ibunya yang meminta.

"Terima kasih telah berperan sebagai ayah untuk Vel. Kau hari ini membuatku sadar, kalau kau adalah salah satu bagian terpenting dalam hidupku. Jika Taehyung adalah kebahagiaanku, maka kau adalah keberuntunganku. Entah keberuntungan ini akan terus bersama denganku atau tidak. Aku akan mengikuti alur apapun yang terjadi nanti." Irene mengakhiri ucapannya untuk menidurkan Vel ke dalam kamar, namun suara Jin menghentikannya, bahkan membuatnya berbalik sekadar untuk mendengar pertanyaan itu.

"Kebahagiaan dan keberuntungan sudah kau dapatkan, saatnya mendapatkan kesenangan. Banyak lelaki yang menyukaimu, apa kau tidak ingin melirik mereka satu pun?"

"Jin, aku mengerti kebahagiaan dan kesenangan itu berbeda, namun dua hal itu sudah aku dapatkan dari diri ayah anak-anakku, sulit rasanya untuk membangun kembali dengan orang yang berbeda. Tetapi, jika aku mencoba memilih keberuntungan, bisakah aku mendapat ketiganya?"

Kali ini Jin memilih diam. Tidak sulit baginya mencerna perkataan Irene yang sangat jelas maksud dan tujuannya. Hanya saja dirinya terus diam sampai wanita itu kembali berkata, "Tidak perlu memikirkan apapun, itu hanya pengandaianku saja."

"Pengandaian tidak jauh berbeda dengan harapan," sahut Jin.

Irene tersenyum simpul, dan berbalik. "Kau benar. Aku berharap kau benar-benar menjadi ayah Vel."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang