Part +20

2.1K 368 148
                                    

Memang tidak banyak kenangan yang tersimpan, memang belum begitu jelas hubungan mereka. Bukan sebagai kekasih, bukan sebagai saudara, bukan sebagai teman, bukan juga sebagai sahabat. Walau begitu, mereka punya satu tujuan yang sama, menikah. Janji yang terucap bukan hanya sekadar janji. Namun, itu juga penentuan kemana langkahnya akan berjalan. Kemana langkahnya akan membawa pergi.

Hari demi hari akan terus terlewati. Dengan kepercayaan bahwa janji itu akan terlaksana. Namun, seketika semua itu runtuh...

Dengan keraguannya...

Irene tersenyum getir menahan tangis untuk sekian kalinya. Sudah empat hari sejak Jin memberitahunya bahwa Taehyung sudah tau keadaan dirinya. Bayangkan saja sudah empat hari berlalu, tandanya Taehyung memang tidak peduli padanya, kan? Lagi-lagi dirinya memaksakan senyumnya. Menghapus air mata yang tidak ia inginkan untuk jatuh. Sebenarnya, apa yang ia harapkan, bukankah bagus jika Taehyung lebih mementingkan pekerjaannya tetapi mengapa ia malah bersedih.

Irene menggeleng pelan. Apa yang ia pikirkan? Taehyung tidak datang belum tentu pernikahan mereka juga akan batal. Ia hanya perlu menunggu dan percaya pada Taehyung, membuang semua pikiran anehnya.

"Irene."

Irene menengok pada asal suara. "Jin."

Jin memandangnya datar, dan itu membuat Irene bingung dengan maksud kedatangan lelaki itu. "Ada apa?" tanya Irene.

"Apa calon suami-mu bernama Kim Taehyung?"

Irene sedikit terkejut, seingatnya ia tidak pernah memberi tahu Jin. "Dari mana kau tau?"

"Itu cukup mudah bagiku untuk mencarinya."

Irene kemudian tersenyum. "Lalu, ada apa?"

Jin tertunduk tampak ragu untuk memberitahu. Namun, terlalu jahat baginya jika Irene tidak tau. Ia menarik napas yang dalam memberanikan diri untuk menatap Irene. Ia melihat gadis itu masih tampak tersenyum menunggunya mengatakan sesuatu. Dirinya benci ketika Irene masih bisa tersenyum saat gadis itu mendapat masalah yang bertubi-tubi.

"Tampaknya aku benar-benar akan membawamu pergi setelah keluar dari sini."

Senyum Irene seketika luntur. "Tidak. Aku tetap akan menunggu Taehyung. Aku percaya ia akan datang menjemputku lalu kami akan menikah."

Jin menghela napas kembali. "Aku menghargai keputusanmu. Namun, beberapa hari yang lalu, pesawat yang ditumpangi oleh Taehyung jatuh dan Taehyung masuk list dalam korban pencarian yang belum ditemukan."

Dunia seakan-akan berhenti berputar saat Irene mendengar kabar buruk itu. "Kamu bohongkan?" dirinya menggeleng, tampak tidak ingin percaya pada ucapan Jin, "katakan padaku jika kau berbohong!"

"Tidak. Itu benar, berita itu kini masih menjadi topik hangat di Korea."

"Taehyung tidak mungkin meninggalkan aku begitu jauh. Jangan berbohong!" Irene berusaha menampik apapun yang ia dengar.

"Tidak Irene."

"TAEHYUNG TIDAK MATI!" 

Jin hanya terdiam menatap Irene dalam. Matanya bertemu dengan mata Irene yang berkaca-kaca dengan raut wajah yang ingin menangis lagi. Seketika tubuh Irene merosot, menggenggam jeruji besi dengan kuat. Air matanya akhirnya tumpah, menangis terisak-isak mengundang perhatian seluruh penghuni tahanan.

Cukup lama Jin membiarkan gadis itu menumpahkan perasaannya. Membiarkan gadis itu menangis sepuasnya sampai hati Irene menjadi tenang. Ketika tangisan itu mulai mereda, Jin berjongkok meraih tangan Irene dan memberikan gadis itu sesuatu yang mungkin akan berguna.

"Kau mungkin membutuhkan tasbih ini."

.

.

.

Ombak menghempas hingga mengenai kaki seseorang. Cuaca terik dengan panas yang menyengat. Udara yang tampak sejuk dengan angin yang berhembus. Taehyung terbatuk-batuk ketika ia baru sadar dari pingsannya. Air seketika keluar dari mulut dan hidungnya. Badan yang lemas berusaha untuk bangun dari baringnya. Pandangan mata yang silau membuat lelaki itu masih belum bisa mengumpulkan seluruh jiwanya. Masih lengkap dengan seragam tentaranya, ia kini terduduk di pesisir pantai menghadap laut dengan pikiran yang kosong. Kepalanya yang sangat sakit membuatnya masih lupa apa yang sudah menimpanya.

"Irene...."

Itulah kata pertama yang terucap dari mulut lelaki itu. Tampaknya ia beruntung dan selamat atas kejadian yang mengerikan. Berhari-hari ia terdampar di laut, dan Tuhan menyelamatkan dengan membawanya mengikuti ombak lalu tiba di pulau kosong yang tidak berpenghuni ini. Ia mencium kalung salib yang tergantung di lehernya. "Terima kasih Tuhan, kau menyelamatkanku."

Tubuh Taehyung yang lemah membawanya berdiri untuk berlindung di bawah pohon. Baru selangkah kakinya berjalan, tubuhnya terhempas lagi ke pasir, tidak kuat untuk menopang tubuhnya sendiri. Ditambah dengan kepalanya yang masih sakit.

"Irene...."

Tujuan utama Taehyung adalah ingin bertemu Irene, tapi ia malah terjebak di sini. Terjebak dengan pasir yang ia genggam. Ia bangkit lagi melawan kaki nya yang bergetar.

Bugh

Ia terjatuh lagi.

Taehyung marah pada dirinya yang begitu lemah. Ia adalah seorang tentara yang dilatih untuk menjadi kuat, agar bisa melindungi negara. Mengapa hanya dengan terdampar di laut ia malah menjadi lemah.  Ia tidak bisa begini, ia harus keluar dari pulau ini dan bertemu dengan Irene. Irene adalah satu-satunya kekuatannya saat ini. Ia bangkit lagi, melangkah pelan menuju pohon kelapa untuk mendudukkan dirinya di sana.

Ia menghela napas kasar seraya menatap laut. Ia bisa mati jika hanya menunggu orang untuk menyelamatkannya. Ia perlu makan, agar bisa bertahan hidup. Namun, tubuhnya masih belum berdaya untuk berjalan. Ia tidak bisa meminta bantuan siapa-siapa karena hanya ada ia seorang di sini.

Tanpa terduga, satu buah kelapa jatuh di depannya. Ia tampak tersenyum melihat kelapa yang terlihat segar dimatanya. Dengan ini, ia punya harapan untuk bisa bertahan hidup.

 Dengan ini, ia punya harapan untuk bisa bertahan hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang