Part +50

1.7K 266 87
                                    

Vincent Smith adalah seorang jenderal bintang 4 dari Angkatan Darat Amerika Serikat (US Army). Mempunyai sikap tegas dan pemberani yang membuatnya cukup disegani sebagai Combatant Commander. Ia menikah pada usia 32 tahun dengan wanita Korea Selatan, bernama Kim Taehee. Namun sayang, istrinya harus meninggalkannya karena kecelakaan maut di saat malam natal. Saat itu Taehyung telah berumur 18 tahun. Dan dari situlah hubungannya dengan anak itu mulai merenggang. Mereka jarang berkomunikasi karena jarang bertemu. Saat bertemu, mereka harus bersikap layaknya atasan dan bawahan. Karena itulah, sikap kaku mereka mulai tercipta. Tidak ada lagi tawa bersama,  makan bersama bahkan mengobrol bersama. Namun, walau begitu ia sangat menyayangi anak itu. Tidak ada alasan baginya untuk membenci anaknya walaupun melakukan banyak kesalahan. Terbukti dengan langkah kaki yang terhenti di depannya.

Dirinya menutup koran yang menemaninya di masa tua bersama secangkir teh hangat. Tangan kulitnya yang mulai mengendur itu meletakkan koran yang telah ia lipat ke sisi kursi. "Aku senang kau memutuskan untuk kembali."

Taehyung hanya diam dengan Val dalam gendongannya. Ia melihat ayahnya yang tampak nyaman menikmati masa-masa tua. "Aku dengar Ayah telah pensiun. Benarkah?"

"Ya. Hari terakhirku saat aku meminta pada pengawalku untuk menjemputmu."

Taehyung kembali terdiam memandang wajah ayahnya yang tersenyum hangat.

"Apa dia anakmu?"

Taehyung segera menurunkan Val dari gendongannya dan menyuruh anaknya itu untuk memberi salam. "Namanya Valter Kim."

Lagi-lagi ayah Taehyung tersenyum hangat lalu matanya menatap Irene yang hanya berdiri mematung di samping Taehyung. "Katakan pada wanita itu, aku ingin berbicara empat mata denganmu."

Taehyung menatap istrinya. "Ia telah mengerti, Ayah." Setelah dirinya berucap begitu. Irene segera menarik Val dan membawa anak itu untuk segera menjauh.

Kini, tinggallah ayah dan anak yang saling diam dalam keadaan canggung. Ayah Taehyung berdeham pelan untuk memulai perkataannya. "Maafkan sikap ayah selama ini. Namun, bukan berarti ayah merestui pernikahan kalian. Masih berat bagi ayah untuk menerima kenyataan ini. Kau tau ayah begitu mencintai negara, denganmu menikah dengannya seakan-akan ayahlah yang berkhianat. Aku akan merestuimu dengan siapa pun asal tidak dengannya. Tapi sekarang, kelihatan sangat jelas kau tidak bisa melepasnya. Terbukti dengan ayah yang menyuruhmu untuk kembali bersamanya, kau langsung cepat kembali." Lelaki tua itu kemudian menyesap tehnya yang mulai dingin.

"Apa ini artinya aku harus membawa istriku pergi lagi?"

"Tidak," Ayah Taehyung meletakkan cangkirnya kembali ke atas piring kecil, "tinggallah di sini untuk menemaniku. Dan lagi, aku tidak ingin kau menyerah tentang karirmu. Aku akan mengalah demimu, anakku."

Taehyung cukup terharu dengan sedikit kebaikan hati ayahnya. Ia sangat berharap jika suatu saat hati ayahnya akan terbuka untuk Irene dan merestui pernikahan mereka.

.

.

.

Taehyung memasuki kamar lamanya yang sudah lama ia tinggalkan. Terakhir kali ia menempati kamar itu ketika kematian ibunya. Selebihnya, ia banyak menghabiskan waktunya di markas tentara. Tidak ada yang berubah kecuali orang yang sekarang berada di dalam. Dirinya menarik sudut bibir ketika melihat Irene yang sedang mengganti bed cover. "Kau suka kamarnya?" tanyanya pada sang istri.

"Ini cukup nyaman untuk kita," senyum Irene seraya melirik sebentar suaminya yang hanya memandanginya, "ke mana Val?"

"Bersama ayah," jawab Taehyung.

Senyum yang menghias wajah cantik Irene seketika luntur, ada sekilas raut kesedihan yang terpancar dari wajah cantik wanita itu. "Tampaknya ayah menyukai Val namun tidak untukku."

"Ku harap yang kau katakan itu tidak benar."

"Tapi ternyata benar, kan?" sahut Irene atas perkataan suaminya.

Taehyung terdiam lagi, enggan untuknya berkata 'ya' takut menyakiti hati istrinya. Dengan itu, Irene menjadi memaksakan senyum karena tanpa jawaban Taehyung pun ia sudah tau jawabannya. "Tidak apa-apa, ayah menerima kehadiran Val saja diriku sudah senang. Apalagi beliau mengizinkanku di sini bersamamu. Ku rasa itu cukup, ayah sudah sangat baik untuk seseorang yang ia benci."

Taehyung mendekat memeluk istrinya. Sangat bosan baginya memuji kerendahan hati wanita itu. Ia merasa Irene adalah wanita tanpa ada kekurangan yang hanya ditakdirkan untuknya. "Tunjukkan pada ayah jika kau menantu idaman."

Irene terkekeh pelan. Dirinya berjinjit lalu mengalungkan kedua lengannya pada leher lelaki itu. Sedikit memperpendek jarak hingga hembusan napas menerpa di masing-masing kulit wajah mereka.

Taehyung ikut terkekeh melihat kelakuan tidak terduga dari istrinya. Bisa-bisanya setelah pembicaraan serius mereka, Irene malah berbuat seperti ini. Dan sekarang Taehyung sadar, jika Irene sedikit demi sedikit memajukan wajahnya hingga hidung mereka saling menyentuh satu sama lain. Bibir tipis yang menggoda itu mencoba untuk menyatukan dengan bibirnya. Namun, seketika ia menjauhkan wajahnya untuk menghindari bibir memikat itu. "Sayang, kau baru sembuh. Jangan buat aku hilang kendali karena ini."

"Mumpung tidak ada Val."

"Anak itu akan datang sebentar la--" ujaran Taehyung terhenti ketika Irene malah menyesap lehernya, bermain dengan lidah liar wanita itu. Sebenarnya Taehyung tidak mengerti mengapa libido Irene sekarang lebih tinggi darinya. Wanita itu, ah benar-benar. Tampaknya ini tidak dapat untuk di hindari.

Dikomen jangan lupa guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dikomen jangan lupa guys

Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang